Pangkas Kesenjangan Sosial, Baznas Dorong Kesadaran Berzakat

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Sidoarjo saat memberikan bantuan sembako dan layanan kesehatan gratis kepada warga miskin di Sidoarjo

Surabaya, Bhirawa
Mengentaskan kemiskinan tidak cukup dengan memberi bantuan sembako dan lainnya bagi warga miskin saja, tetapi juga harus diikuti dengan langkah memangkas mata rantai kemiskinan yakni membuka akses pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. Pendekatan inilah yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam turut serta berperan dalam memangkas kesenjangan sosial di Indonesia.
Garis-garis wajah yang menggurat di raut senja Aminah (76) menunjukkan ekspresi sumringah saat bertutur pengalamannya menerima bantuan dan Baznas Sidoarjo beberapa waktu lalu. Mak Aminah demikian para tetangganya biasa memanggil tinggal di Dusun Kali Kajang, Kel Gebang, Kec Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu warga yang mendapatkan bantuan sembako dan layanan kesehatan gratis dari Baznas Sidoarjo.
Di wilayah yang masuk kategori miskin tersebut tutur Mak Aminah, beberapa perempuan yang sudah lansia bukan hanya mendapat bantuan sembako namun juga layanan kesehatan dari Baznas Sidoarjo bekerja sama dengan Rumah Sehat Baznas. Warga miskin yang rata-rata sudah berusia lanjut di wilayah terpencil itu, menyambut gembira dan terharu, karena bantuan dari Baznas Sidoarjo itu, dianggap sangat bermanfaat untuk kelangsungan kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Dari penelusuran Bhirawa, aktivitas Baznas Sidoarjo dalam membagikan bantuan juga menyasar ke warga miskin yang bekerja sebagai pemulung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Kupang Kec Jabon, Kabupaten Sidoarjo.
Agus Salim (63), kakek yang tinggal bersama istrinya di sebuah rumah kecil di dekat TPA tersebut membenarkan adanya bantuan dari Baznas Sidoarjo. Kepada Bhirawa, Agus Salim menceritakan kalau setiap menjelang sore hingga larut malam ia mencari nafkah dengan berjalan kaki menyusuri jalan-jalan untuk mengumpulkan barang-barang bekas. Meski penghasilannya kecil, Bapak Agus yang juga telah memasuki usia senja tetap semangat dalam mencari rezeki.
“Sering sekali saya melewatkan makan malam karena harus mencari uang dengan memulung barang-barang bekas di jalanan. Alhamdulillah saya juga mendapatkan bantuan,” ucap Agus Salim penuh syukur.

Mitra Entaskan Kemiskinan
Wakil Ketua Baznas Kab Sidoarjo, M Ilhamudin, Baznas Sidoarjo mengungkapkan secara konsisten terus berkomitmen untuk memberikan bantuan lebih banyak lagi kepada masyarakat kurang mampu di Sidoarjo.
”Wilayah yang kita bantu itu termasuk satu diantara zona merah kemiskinan di Kab Sidoarjo, semoga pada tahun yang akan datang, Baznas Sidoarjo bisa membantu lagi warga miskin di tempat lain,” jelas Ilham.
Dipilihnya dusun terpencil Kali Kajang itu jelas Ilham tidak lepas seiring dengan kegiatan dari Rumah Sehat Baznas yang mempunyai program kegiatan memberi pelayanan kesehatan pada warga miskin. Ilham menegaskan, pelayanan kesehatan dari Rumah Sehat Baznas pada masyarakat miskin tidak itu dipungut biaya alias gratis.
Menurut Ilhamudin, selama ini pihak Baznas Sidoarjo sudah banyak melakukan aksi-aksi sosial keagamaan yang membantu meringankan kesusahan yang dialami warga. Misalnya seperti membantu biaya pengobatan kesehatan warga kurang mampu, membantu warga yang sedang tertimpa bencana dan masih banyak lagi lainnya yang tidak disebut secara rinci.
“Bahkan Baznas juga ikut partisipasi membantu warga luar Kab Sidoarjo yang sedang mengalami bencana alam,” komentar Ilhamudin, Senin (2/9) kemarin.
Di bidang kesehatan, Baznas Sidoarjo secara rutin tiap tahun membantu pengobatan operasi mata warga kurang mampu, operasi bibir sumbing, saat peringatan HUT Kab Sidoarjo. Sedangkan tiap menjelang hari raya Idul Fitri, membagikan beras kepada kaum fakir miskin.
“Masih banyak program dan aksi sosial keagamaan dari Baznas Sidoarjo, yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Intinya kami selama ini siap jadi mitra Pemkab Sidoarjo dalam program pengentasan kemiskinan di Sidoarjo,” paparnya.
Proses pengucuran bantuan yang dilakukan Baznas Sidoarjo, menurut Ilham, bahkan lebih cepat dari OPD lain terkait. Kalau dari OPD mungkin masih harus menunggu alur birokrasi. Namun bantuan dari Baznas lebih cepat. Sehingga korban bisa cepat mendapat pertolongan. Dirinya sempat menyebutkan, pihaknya sering mendapat permohonan dari masyarakat kurang mampu, untuk mengambil ijazah anaknya di sekolah.
Ilham mengatakan dana yang disalurkan Baznas Sidoarjo untuk membantu kesusahan dan penderitaan yang sedang dialami kaum fakir miskin itu, berasal dari zakat infak dan shodakoh (ZIS) dari para ASN Sidoarjo, BUMD maupun warga lain yang menyalurkan lewat Baznas Sidoarjo. Keuangan Baznas Sidoarjo tiap tahun juga diaudit dari pengaudit eksternal.
“Kami siap digandeng sebagai mitra untuk mengentaskan kemiskinan di Sidoarjo, apa yang kami lakukan selama ini berjalan lancar,” katanya.
Secara khusus, Ilham juga mengungkapkan sudah banyak kisah dan pengalaman yang membuktikan betapa pemanfaatan zakat yang dikelola Baznas sudah berkontribusi besar bagi bangsa ini. Kisah dan pengalaman yang menginspirasi tersebut jelas Ilham oleh Baznas didokumentasikan dalam sebuah buku yang berjudul “Mengantar Mustahik Menjadi Muzakki”. “Buku ini berisikan tentang pengalaman dan keberhasilan mustahik melalui pendayagunaan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dilakukan oleh BAZNAS,” jelas Ilham.
Berbagai kisah menarik tersaji di buku ini, seperti perjuangan mustahik dan pendamping dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat melalui berbagai aspek, di antaranya kisah pemberdayaan kota yang berbasis ritel mikro, ketahanan dan kedaulatan pangan berkelanjutan, pemberdayaan mustahik berbasis kelompok dan usaha kreatif, pengembangan masyarakat berbasis wilayah, pemberdayaan masyarakat ternak, dan praktik keberhasilan microfinance non profit.
Sebuah kisah yang menarik ditulis dalam buku ini misalnya dalam tulisan yang berjudul “Halimah, Sang Tulang Punggung Keluarga”.
Halimah adalah ibu rumah tangga yang harus menjadi tulang punggung ekonomi keluarga setelah suaminya selaku penopang penghasilan utama menderita stroke pada 2018. Stroke tersebut membuat sang suami tidak bisa mengais rezeki lagi.
Halimah akhirnya mendapatkan pembiayaan modal dari BAZNAS Microfinance yang berangsur membuatnya bisa mengembangkan usaha secara berkelanjutan untuk memproduksi dan berjualan kue di Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Bogor.
“Awal menjalankan usaha, saya hanya bisa menerima pesanan, hingga pada akhirnya setelah saya mendapat pembiayaan modal usaha dari BAZNAS Microfinance, saya mulai berani membuka lapak di depan rumah,” kata dia.
Ada lagi kisah lain yang menarik untuk disimak yakni kisah warga Lombok, Sabrun Jamil, menggunakan fasilitas BAZNAS Microfinance Desa (BMD) Gunung Sari untuk memberdayakan warga setempat setelah gempa besar melanda Nusa Tenggara Barat pada 2018.
Pembiayaan dari BAZNAS itu tidak hanya membantu ekonomi warga, tetapi juga membantu warga dua desa, yaitu Langko dan Kuripan untuk bisa terlepas dari pinjaman rentenir yang bersifat riba atau bertentangan dengan syariat Islam. Kisah nyata Sabrun in tertuang dalam tulisan yang berjudul “Membangun Geliat Ekonomi Umat Pasca-Gempa”.
“Banyak masyarakat apatis dan tidak percaya. Mana ada lembaga keuangan yang mau memberikan pembiayaan tanpa bunga?” kata Sabrun.
Singkatnya, tegas Ilham, buku ini bertujuan untuk menyebarluaskan syiar peran zakat untuk kemajuan masyarakat kepada publik secara lebih luas. Dari buku ini, pembaca dapat meresapi bagaimana aktivitas pendayagunaan zakat mampu mengangkat mustahik menjadi berdaya. Selain itu, pembaca juga dapat mengetahui bagaimana kisah-kisah pendampingan yang dilakukan oleh BAZNAS.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestiano Dardak ketika dikonfirmasi terkait pengeloaan zakat mengatakan, zakat merupakan salah satu upaya Islam dalam mengentaskan kemiskinan. Dengan kesadaran membayar zakat yang tinggi, kata Emil, angka kemiskinan di Indonesia dapat ditekan.
“Kalau seluruh umat Islam di Indonesia bayar zakat, itu setahun bisa (terkumpul) Rp200 triliun. Tapi, sayangnya belum maksimal, baru 10 persen yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat di seluruh Indonesia,” kata Emil Dardak.
Menurut mantan Bupati Trenggalek ini, zakat di Jatim tidak hanya disalurkan kepada fakir miskin, tetapi juga kepada pihak-pihak yang tengah berjuang di jalan agama Islam, seperti guru ngaji dan kiai. Untuk itu, Emil berharap warga Jatim menjadi kelompok pemberi dan penolong. Dengan demikian, kata ia, penanggulangan kemiskinan terutama di masa pandemi COVID-19 dapat diatasi melalui zakat.
“Di Jawa Timur zakat itu banyak pintunya, mustahiknya, tidak hanya melulu ke fakir miskin yang tentunya itu menjadi kewajiban. Banyak pesantren kita bantu oleh zakat juga, guru ngaji, para kiai, dakwah-dakwah Islam yang membutuhkan zakat, sehingga manfaat zakat itu sangat terasa,” ucapnya.
Ketua Baznas Provinsi Jawa Timur, Dr. KH. Abd. Salam Nawawi menambahkan menyalurkan zakat untuk pemberian beasiswa guna membantu keluarga tidak mampu dalam pendidikan putra/putrinya. Selain itu, juga untuk meringankan beban ekonomi ditengah pandemi Covid 19.
“Beasiswa ini diberikan untuk meringankan beban orang tua dan membantu kelancaran siwa dalam belajar, apalagi ditengah pandemic Covid 19 ini,” kata Nawawi. Lebih lanjut menurut Kiai Nawawi bahwa selain pemberian beasiswa kepada pelajar, Baznas Provinsi Jatim juga memberikan bantuan biaya pendidikan untuk tingkat Universitas, yaitu satu keluarga satu sarjana. Selain bantuan beasiswa un tuk SMA dan Universitas, Baznas Jatim juga membantu masyarakat tidak mampu dalam bentuk lainnya, seperti Bedah Rumah untuk 250 rumah, menyantuni fakir settiap bulan. Untuk fakir telah dilakukan santunan kepada hampir 1000 ora fakir sebesar Rp 500 ribu per orang per bulan.

Sinergi Pengentasan Kemiskinan
Dosen ekonomi syariah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr Nafik HR berharap adanya peningkatan sinergi antara Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) daerah dengan Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam mengentaskan kemiskinan. Pengentasan kemiskinan merupakan langkah nyata dalam menggapai masyarakat sejahtera sebagaimana diamanahkan dalam undang-undang.
“Baznas Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat melaksanakan tugasnya dan bersinergi dengan pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat duafa dan mustahik,” ujarnya ketika dikonfirmasi Bhirawa lewat telpon.
Menurut Nafik, contoh langkah nyata dari Pemerintah Daerah adalah misalnya dengan membuat peraturan pemotongan zakat secara langsung dari gaji yang diberikan kepada aparatur sipil negara.
“Adapun untuk aturan terkait zakat ASN Pemerintah Daerah apabila peraturan daerah mengenai kewajiban zakat belum dapat terdaftar di Ditjen Otonomi Daerah, Kemenag dan Kemendagri dapat membuat surat keputusan bersama sebagai dasar hukum untuk pemotongan gaji,” katanya.
Lebih lanjut menurut Nafik, kebangkitan zakat merupakan momentum untuk menjadikan zakat sebagai pilar pemecah ketimpangan sosial, kebangkitan ekonomi masyarakat, pengentasan kemiskinan, dan pengembangan sumber pendanaan untuk pembangunan kesejahteraan mustahik di luar APBN.
“Terlebih saat ini dunia tengah berada pada kondisi sulit, semoga manfaat zakat bisa dirasakan dalam membantu khususnya rakyat Indonesia rentan yang terdampak dari pandemi Covid-19,” lanjut Nafik.
Dengan potensi ekonomi islam yang begitu besar berkelindan dengan potensi zakat yang dikandung Indonesia. Potensi zakat di Indonesia sangatlah besar. Potensi zakat Indonesia tegas Nafik masih sangat mungkin untuk ditingkatkan. Menurut Nafik, pengumpulan zakat secara efektif mampu andil dalam mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Jadi yang diperlukan sekarang adalah memperbanyak tumbuh kembangnya lembaga amil zakat sehingga upaya pengumpulan zakat bisa lebih maksimal. Kalau potensi zakat ini bisa ditingkatkan maka bukan tidak mungkin upaya pengentasan kemiskinan bisa dipercepat. Karena kita tahu bahwa dengan dana zakat ini kita bisa mengurangi ketimpangan antara si kaya dan si miskin,” ucap Nafik. Selain pengembangan badan amil zakat, menurut Nafik, untuk meningkatkan potensi zakat juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa zakat adalah kewajiban. Kehadiran badan amil zakat diharapkan bisa lebih mudah mengajak masyarakat dalam menunaikan zakat sebagai kewajiban.
“Karena kita harus sadar diantara harta yang kita miliki ada hak fakir miskin. Yang perlu dibangun adalah kesadaran masyarakat bahwa zakat adalah kewajiban,” katanya. [wahyu kuncoro]

Tags: