Panglima TNI Beri Kuliah Umum Mahasiswa Unair

Panglima-TNI-Jenderal-TNI-Gatot-Nurmantyo-saat-memberikan-kuliah-umum-Jati-Diri-Kebangsaan-dihadapan-mahasiswa-Unair-Surabaya-Rabu-1111.-abednego.

Panglima-TNI-Jenderal-TNI-Gatot-Nurmantyo-saat-memberikan-kuliah-umum-Jati-Diri-Kebangsaan-dihadapan-mahasiswa-Unair-Surabaya-Rabu-1111.-abednego.

Surabaya, Bhirawa
Semangat cinta tanah air tidak hanya dimeriahkan dengan seremonial Hari Pahlawan belaka. Melainkan bisa dilakukan dengan pembekalan tentang jati diri kebangsaan, seperti yang dilakukan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang memberikan kuliah umum Jati Diri Kebangsaan dihadapan mahasiswa Universitas Arilangga (Unair) Surabaya, Kampus C Surabaya, Rabu (11/11).
Pada materi kuliah umum ini, Jenderal TNI Gatot Nurmatyo mengaku, kuliah umum ini perlu untuk memberi pembekalan Jati Diri Kebangsaan kepada mahasiswa. Menurutnya, pemuda merupakan ujung tombak bangsa dalam menghadapi sekaligus membentengi keutuhan NKRI.
“Untuk membangun masa depan Indonesia Emas, pemuda merupakan ujung tombak bangsa,” tegas Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat menyampaikan materi kuliah umum dihadapan mahasiswa Unair Surabaya, Rabu (11/11).
Dijelaskan Panglima, pembekalan Jati Diri Kebangsaan diperlukan guna menolak ancaman Proxy War dari luar. Sebab, indikasi ancaman negara asing untuk menguasai kekayaan alam Indonesia nampak dan menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu caranya yakni, dengan memanfaatkan dan menguasai media di Indonesia untuk menciptakan adu domba antara TNI dan Polri.
“Ancaman negara asing nampak juga pada rekayasa sosial, perubahan budaya, pecah belah partai, dan penyelundupan narkoba yang sudah jauh-jauh hari dilakukan,” jelas Panglima.
Selain itu, lanjut Gatot, lepasnya Timor Timur adalah salah satu contoh dampak Proxy War. Karena di Celah Timor ada kandungan minyak luar biasa yang bernama Greater Sunrise, ini yang menjadi magnet negara asing untuk masuk dan menguasainya. “Disinilah peran mahasiswa sebagai  agen perubahan untuk mengalahkan Proxy War dengan Pancasila dan semangat gotong royong,” ungkapnya.
Lanjut Panglima, sekitar 70 persen konflik di dunia berlatar belakang energi. Peningkatan energi pada kurun waktu 2007-2009 memicu kenaikan harga pangan dunia mencapai 75 persen. Di sisi lain, hanya ada negara-negara yang dilintasi ekuator yang mampu bercocok tanam sepanjang tahun negara tersebut adalah Amerika Latin, Afrika Tengah, dan Indonesia.
“Saat ini sisa cadangan energi dunia tinggal 45 tahun. Itu akan habis jika kita semua tak berusaha menemukan penggantinya karena  konsumsi energi 2025 meningkat 45 persen,” imbuhnya.
Sementara itu  jumlah penduduk dunia diperkirakan akan menembus angka 12,3 Miliar pada  2043. “Jadi di dunia, hanya ada 2,5 miliar penduduk yang tinggal di garis ekuator sementara sisanya sebanyak 9,8 miliar berada di luar ekuator, Jika dibiarkan kondisi ini akan  memicu perang untuk mengambil alih energi negara-negara yang berada di garis ekuator salah satunya Indonesia,” paparnya.
Tak hanya itu saja, Panglima TNI juga menyempatkan diri untuk membuka sesi tanya jawab kepada para mahasiswa. Pada kesempatan itu, Panglima TNI menyuguhkan materi kepada mahasiswa tentang tata cara mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) sekaligus kemajuan Negara. “Masa depan bangsa khususnya persatuan dan kesatuan bangsa saat ini berada di tangan para pemuda yang merupakan suatu ujung tombak bangsa dan negara dalam menjaga keutuhan NKRI,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor Unair Kampus C Profesor Muhammad Nasih sangat mengapresiasi Kuliah Umum yang diberikan Panglima TNI di Universitas Airlangga. Profesor Muhammad Nasir menyampaikan bahwa Mahasiswa Unair merupakan pendukung penuh atas keutuhan NKRI. “Apa yang disampaikan Panglima TNI dalam mata kuliah umum ini, diharapkan dapat ditanamnkan dalam jiwa generasi muda saat ini,” tambahnya. [bed]

Tags: