Para Seniman Hidupkan Kembali Ketoprak Siswo Budoyo

Seniman memainkan peran tokoh karakter dalam pertunjukan perdana seni budaya ketoprak Siswo Budoyo Unit 2 di Tulungagung akhir pekan lalu.

Seniman memainkan peran tokoh karakter dalam pertunjukan perdana seni budaya ketoprak Siswo Budoyo Unit 2 di Tulungagung akhir pekan lalu.

Gelar Pentas Perdana di Tulungagung, Siap Keliling Jawa Timur
Kabupaten Tulungagung, Bhirawa
Sejumlah seniman daerah kembali menghidupkan paguyuban seni ketoprak Siswo Budoyo yang pernah jaya di era 1970 hingga 1980-an dengan melakukan pementasan keliling sejumlah kota di Jawa Timur.
Pada dekade 1970-an  kesenian ketoprak benar-benar mengalami masa keemasannya. Termasuk grup populer saat itu, Siswo Budoyo.  Namun selepas 1980-an tontonan ketoprak mulai terpinggirkan. Para penggemar ketoprak mulai beralih ke televisi dan bioskop. Panggung pun lengang. Kursi-kursi kosong tanpa penonton. Undangan pentas pun mulai jarang datang. Para pemain ketoprak seperti terjatuh dari ketinggian.
Upaya membangkitkan ketoprak dilakukan oleh Siswo Budoyo setelah sekian lama  vakum. Kebangkitan itu diawali dari Tulungagung, tempat kelahirannya. Mereka yakin, kesenian ini masih memiliki peminat.
“Dan untuk pertama kalinya, pementasan kembali dilakukan di Tulungagung, Jumat (14/10) lalu karena Siswo Budoyo lahir pertama kali juga di Tulungagung,” kata pimpinan paguyuban pelestari seni budaya ketoprak Siswo Budoyo Unit 2 Gatot Utomo saat di Tulungagung, Minggu (16/10).
Mirip penampilannya terdahulu, pertunjukan ketoprak Siswo Budoyo unit 2 yang diusung Gatot dan kawan-kawan tak banyak melakukan perubahan dramatis dari segi penampilan, kemasan panggung maupun lakon ceritanya.
Semua tetap mengacu karakter dan cara penyajian ala teater tradisional yang serba sederhana untuk memperkuat ciri khas produk seni-budaya daerah yang dulu berkembang di wilayah pedalaman Jatim dan Jateng tersebut.
“Inovasi ada namun tidak signifikan. Kolaborasi dengan wayang revolusi mental maupun seni budaya lain di setiap daerah dimana kami pentas menjadi cara Siswo Budoyo beradaptasi,” ujarnya kepada Kantor Berita Antara.
Dalam peresmian seni budaya ketoprak itu, lanjut Gatot, kelompok seni Siswo Budoyo bekerjasama dengan Polda Jatim yang kebetulan memiliki misi pengembangan budaya daerah dan kearifan lokal sekaligus memasyarakatkan ide-ide kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).
Ada empat daerah yang menjadi sasaran pementasan seni budaya ketoprak Siswo Budoyo, yakni Tulungagung (Jumat, 15/10), Madiun pada kurun November, Bojonegoro awal Desember dan terakhir Surabaya pada akhir Desember 2016. “Kami cukup optimistis respons masyarakat pecinta seni budaya ketoprak masih bagus,” ujarnya.
Selain pementasan keliling kota, lanjut Gatot, mereka juga aktif mengunggah video dan foto-foto penampian katoprak Siswo Budoyo ke berbagai kanal media sosial seperti whatsapp, facebook, twitter, instagram hingga situs berbagi video youtube.
“Perlahan namun pasti kemasan penampilan ketoprak akan terus kami modifikasi dengan mengikuti mode dan tren sastra-budaya modern supaya tidak menjadi barang kuno dan semakin ditinggal penggemarnya,” katanya.
Saat pementasan di Tulungagung, Jumat (14/10), respon warga atas penampilan perdana paguyuban pelestari seni ketoprak Siswo Budoyo unit 2 cukup banyak.
Ratusan tamu undangan dan penonton umum datang memadati 90 persen kursi yang disediakan di dalam ruang aula besar Klenteng Djoe Tik Kiong Tulungagung, setelah kelompok ini lama vakum sejak 2005.
Namun pertunjukan yang monoton membuat sebagian besar penonton tak bertahan hingga akhir acara. Mereka pulang lebih awal atau saat di pertengahan pertunjukan meninggalkan tempat dengan berbagai alasan, mulai mengantuk, kerja, sekolah, maupun urusan rumah tangga lainnya.
“Yang bapak-bapak atau yang muda biarkan bertahan, tapi kalau ibu-ibu seperti kami tentu tidak mungkin menonton sampai larut,” ujar Yanti, warga Kelurahan Kutoanyar yang memilih pulang duluan sebelum pertunjukan ketoprak usai. [Rachmad Caesar]

Tags: