Parade Bantengan Peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-73 Tahun 2018

Penampilan salah satu peserta seni Bantengan yang digelar dalam rangka peringatan HUT Pemprov Jatim ke-73 Tahun 2018.

(Jadi Ikon Seni Kabupaten Mojokerto) 

Pemkab Mojokerto, Bhirawa
Kesenian tradisional asli Kabupaten Mojokerto yakni Bantengan, turut mewarnai kemeriahan Peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-73 Tahun 2018 yang diselenggarakan di Lapangan Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo, Sabtu (24/11) .
Event ini dibuka Wakil Bupati Mojokerto Pungkasiadi yang diwakili Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Mojokerto Alfiyah Ernawati. Membacakan sambutan wakil bupati, Alfiyah Ernawati menyampaikan harapan agar seni Bantengan tidak berhenti pada orientasi pariwisata saja. Namun juga menjadi kebermanfaatan bagi sektor lain.
“Dalam pengelolaan dan pengembangan seni Bantengan, kita harapkan tidak berhenti dalam hal pariwisata. Namun menjadi kebermanfaatan bagi sektor lain seperti menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat, mempeluas lapangan pekerjaan, serta mengembangkan kesempatan berwirausaha menuju ekonomi kreatif,” ujar Erna.
Erna juga mengucapkan terimakasih dan apresiasi tinggi kepada seluruh seniman Bantengan di Kabupaten Mojokerto, atas partisipasi memeriahkan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-73 Tahun 2018. Ia berharap agar seni Bantengan makin berkibar dan dikenal lebih luas sebagai identitas seni Kabupaten Mojokerto.
“Selain Kerajaan Majapahit, seni Bantengan juga kita harapkan sebagai salah satu ikon Kabupaten Mojokerto di bidang kesenian. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh seniman Bantengan yang turut berpartisipasi memeriahkan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-73 Tahun 2018. Jawa Timur, jaya…luar biasa,” tandas Erna.
Parade Bantengan kali ini dimenangkan grup Bantengan Cahyo Putro Mojopahit sebagai juara pertama, Silamba Putro Brawijoyo sebagai juara dua, dan Cambuk Sakti sebagai juara tiga.
Menilik beberapa literatur sejarah Bantengan, kesenian rakyat ini dituturkan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya Desa Made yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Dipercaya bahwa banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk, salah satunya banteng.
Seorang penduduk Desa Made bernama Paimin, memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka banteng lengkap. Kerangka kemudian dibersihkan dan ditempatkan di dalam rumah. Lalu dibuatlah sebuah atraksi dimana dua orang seolah-olah menjadi banteng. Satu orang di bagian depan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan. Sementara satu orang lain di belakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Atraksi gerakan menggambarkan perilaku banteng sedang berkelahi atau marah.
Di Kabupaten Mojokerto ada sekitar 56 grup atau kelompok seni tradisional Bantengan yang tersebar di 15 kecamatan seperti Kecamatan Pacet, Kecamatan Trawas dan Kecamatan Jatirejo.
Dalam kesenian Bantengan, yang ditonjolkan bukanlah kesurupannya. Melainkan seni yang telah dipadupadankan dengan musik Gending Jawa dan cerita rakyat. Harapannya dengan begitu, makna yang tersirat di dalamnya dapat mengedukasi masyarakat.
Pemkab Mojokerto melalui Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga sebagai fasilitator selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk menunjangnya.
Makin berkembangnya jumlah kelompok seni Bantengan di Kabupaten Mojokerto diharapkan ke depannya mampu menjadi ikon wisata kreatif. [kar, adv]

Tags: