Pariwisata Gelar Teatrikal Perebutan Gedung Kenpetai

2-Aksi teatrikal perebutan gedung kenpetaiSurabaya, Bhirawa.
Pemerintah Kota Surabaya melalui UPTD Tugu Pahlawan, Dinas Pariwisata kota Surabaya menggelar teatrikal peristiwa bersejarah Perebutan Gedung Kenpetai. Hal ini dilakukan untuk mereka-ulang peristiwa bersejarah di Surabaya.
Reka-ulang sejarah ini merupakan kerjasama dengan Komunitas pecinta sejarah Roodebrug Soerabaia dan Komunitas Pegiat Kebangsaan. Selain komunitas, beberapa warga peduli sejarah juga turut serta melakukan teatrikal sembari mengenakan baju ala pejuang. Efek suara dan dubbing membantu pengunjung Tugu Pahlawan menuju masa lalu.
Menurut Satrio Sudarso dari komunitas Roodebrug Soerabaia mengatakan teatrikal tersebut merupakan cuplikan peristiwa Sepuluh Nopember yang berfokus pada perebutan gedung Kenpetai.
Masih menurut Satrio, Gedung Kenpetai merupakan markas Polisi Militer Jepang. Gedung tersebut kala itu merupakan gedung paling ditakuti karena dimanfaatkan sebagai tempat penyiksaan pejuang.
Satrio menambahkan, melalui peristiwa tersebut pejuang juga merebut arsenal/persenjataan untuk mempersenjatai Badan Keamanan Rakyat untuk melawan sekutu.
”Teatrikal digelar sebagai edukasi kepada khalayak umum tentang salah satu peristiwa sejarah. Melalui teatrikal melibatkan kreatifitas dan mudah dimengerti masyarakat. Sekitar 40 orang terlibat dalam reka ulang sejarah berasal dari komunitas Roodebrug Soerabaia, KPK Kota Surabaya dan masyarakat peduli sejarah,” jelasnya.
Sebagai informasi, teatrikal reka ulang sejarah digelar setiap satu bulan sekali di akhir minggu di halaman kompleks Tugu Pahlawan. Selain acara reka ulang sejarah perebutan gedung Kenpetai, Dinas Pariwisata juga aktif melakukan reka ulang peristiwa perobekan bendera Belanda di hotel oranye.
Bahkan dalam acara tersebut Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini juga aktif ikut melakukan aksi teatrikal tersebut. Heri Prasetyo, seniman yang lebih dikenal dengan nama Heri Lentho menjelaskan, menurut catatan harian Ploegman, isiden ini awalnya dimulai ketika Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno mengeluarkan maklumat pada tanggal 1 September 1945, yang berisi himbauan bahwa bendera merah dan putih harus dikibarkan di seluruh wilayah Indonesia.
Namun, saat itu tentara Belanda yang sedang memperingati hari Ratu Wilhelmina, malah mengibarkan bendera merah putih dan biru. ”Ini peristiwa heroik yang pertama dilakukan oleh arek-arek Suroboyo. Sebab saat itu keadaan orang Surabaya miskin, kurang makan, dan tidak memiliki senjata karena baru saja dijajah oleh pihak Jepang. Namun, mereka berani melawan orang-orang Belanda yang dengan sombong berada di hotel mewah. Rasa patriotismenya tidak bisa dibendung,” imbuh pria yang aktif di kegiatan seni Kota Surabaya. [dre]

Tags: