Pasang Suruh Alat Tradisional Pabeng di Kabupaen Situbondo

Kaji Absu, Ketua Komunitas Adat Pariopo saat melayani pemesanan alat musik tradisonal bernama Pabeng di Desa Bantal Kecamatan Asembagus Situbondo. [[sawawi]

Sempat Hilang, Kini Jadi Primadona Setelah Dihidupkan Lagi
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Di Indonesia, bambu banyak dimanfaatkan masyarakat untuk perlengkapan sehari-hari, membangun rumah hingga digunakan sebagai alat musik. Tak hanya alat musik tradisional seperti angklung, saat ini bambu juga bisa dijadikan bahan untuk alat musik modern.
Salah satu daerah di Jatim yang masih melestarikan bambu sebagai alat musik ada di Dusun Pariopo Selatan, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Alat musik itu bernama Pabeng. Alat musik tradisional dari bambu ini dapat menghasilkan bunyi-bunyian mirip kenong, kendang dan gong yang memiliki karakteristik unik.
Ternyata komposisi Pabeng itu meliputi bagian sembilu bambu setelah diiris memanjang hingga terangkat dan berfungsi sebagai senar. “Bagian ini diganjal potongan kecil bambu sehingga sembilu bisa menonjol ke permukaan. Ketika dipukul, bagian ini akan menghasilkan bunyi-bunyian mirip kenong,” kata salah seorang pemuda asli Desa Mojosari, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo, Irwan.
Pria yang juga seorang pengajar ini menuturkan, di Pabeng selalu ada bagian lain dari bambu dan memiliki lubang di samping sembilu. Di atas lubang tersebut, terdapat Sober atau potongan bambu yang sedikit ditipiskan dan biasanya ditautkan pada irisan sembilu tadi. Ketika bagian ini dipukul, akan timbul bunyi-bunyian mirip gong karena berisonansi.
Sedangkan bagian lain yang berbunyi mirip kendang, berada di ujung lubang bambu sebelah kiri berupa pelepah pohon pinang yang dikaitkan. “Itulah sekilas Pabeng, alat tradisional Situbondo yang terbuat dari bambu,” jelas Irwan.
Lalu kemanakah alat musik bambu bernama Pabeng itu setelah bertahun-tahun lamanya ‘hilang’?. Menurut Balok Imam Subakti, veteran perang kemerdekaan yang lahir pada 1930, sejak zaman dahulu alat Pabeng sudah ada di Situbondo. Namun perlahan lahan alat yang kerapkali dipakai untuk acara selamatan itu sempat hilang dan kini mulai dimunculkan kembali di Situbondo. “Alat itu sempat tenar sebagai alat utama saat ada acara selamatan desa dizaman perang dahulu,” ujarnya.
Balok membenarkan jika Pabeng kini kian mewabah kembali di wilayah Situbondo bagian timur. Bahkan saat ini Pabeng mulai menjadi atraksi wajib saat ada hiburan di tempat yang dikeramatkan seperti Ghunong Masali (Bukit Masali). Selain itu, Pabeng kian berkembang dalam kegiatan arisan di Dukuh Lowa, Dukuh Onggha’an Accem, Dukuh Pangghulan dan Dukuh Coramalang.
Dia mengaku tidak ingat betul sejak tahun berapa aktivitas permainan Pabeng berhenti hingga kemudian digagas sejak 2015 lalu. “Pada 28 Maret 2015 lalu, ada Yunawiya, warga Pariopo pernah memainkan Pabeng. Nah sejak itu Pabeng mulai perlahan menggeliat,” urai Balok.
Pada November 2015 lalu, sejumlah masyarakat Dusun Pariopo menggelar upacara adat Pojhian Hodo bersama Pariopo Festival 1st Rindu Hujan. Disela sela acara, panitia menampilkan alunan musik tradisional Pabeng.
Alat itu, kata Balok, ternyata mulai dikenalkan kembali oleh para komunitas seni dari SMK Nuril Asror Kecamatan Asembagus Situbondo. “Meski penampilan masih sederhana, setidaknya hal itu bisa merangsang memori ketenaran alat Pabeng sejak dahulu kala,” ungkapnya.
Sementara itu Kaji Absu, Ketua Komunitas Adat Pariopo yang dahulu bernama Lembaga Adat Suku Pariopo, mengakui keberadaan alat musik bambu bernama Pabeng kini mulai mengemuka. Kata Kaji Absu, hingga dirinya kini berusia 70 tahun, masih selalu teringat akan ketenaran alat musik tradisonal Pabeng di Situbondo, era dahulu kala. “Dahulu alat Pabeng sempat juga dipakai dalam musik lestari di Pedukuhan Pariopo Desa Mojosari Kecamatan Asembagus Kab Situbondo,” urainya.
Untuk menghidupkan kembali alat tradisonal bambu bernama Pabeng, kini Kaji Absu mulai kebanjiran pesanan dari warga desa setempat. Kurang lebih dua jam lamanya, aku Kaji Absu, untuk bisa membuat alat musik tradisional bambu bernama Pabeng tersebut.
Kaji Absu juga sempat mengingat kenangan bersama Balok Imam Subakti-salah satu sejarawan Situbondo-perihal pembuatan alat musik tradisonal Pabeng. “Biasanya Balok Imam Subakti itu kalau membuat Pabeng selalu dengan senyuman dan ngidung,” kenangnya.
Kaji Absu menerangkan, Pabeng punya manfaat lain yakni sebagai salah satu sarana hiburan masyarakat Pariopo yang biasanya sedang merambah hutan. Kata Kaji Absu, warga Dusun Pariopo selalu menghibur diri untuk mengusir kesunyian di tengah hutan sambil menjaga ladang dengan membunyikan Pabeng.
Bahkan, lanjutnya, kini ada suatu kawasan yang disebut dengan nama ‘Hutan Pabeng’. Pasalnya, di kawasan hutan itu banyak terdapat tanaman bambu yang kemudian sering dikunjungi untuk dimanfaatkan bambunya. “Biasanya masyarakat membuat Pabeng dari bambu di kawasan tersebut,” ungkapnya.
Kaji Absu sangat terobsesi untuk terus mengangkat keberadaan alat musik tradisonal Pabeng. Terbukti pada November 2016 lalu, dalam ajang Pariopo Festival 2nd Berkah Hujan, Kaji Absu bersama 4 personelnya berhasil memainkan alat Pabeng hingga memukau perhatian penonton. Pada perayaan budaya tahun kedua itulah, kupas Kaji Absu, sejumlah komunitas lokal ikut antusias mengapresiasi keberadaan Pabeng.
“Para pegiat seni budaya dariĀ  Bondowoso, Tuban dan Pemalang juga berkesempatan hadir dalam ajang yang menonjolkan permainan Pabeng itu,” beber Kaji Absu seraya menambahkan Pabeng akan dikenalkan kembali dalam ajang Festival Pariopo 2017 ini. [Sawawi]

Tags: