Pasangan Novi-Marhein Tinggalkan Acara Deklarasi Damai

Deklarasi damai yang digelar KPU Nganjuk untuk menciptakan pemilu yang tertib, damai dan bermartabat. [ristika]

Nganjuk, Bhirawa
Pasangan calon bupati dan calon wakil bupati Nganjuk Novi-Marhein menunjukkan etika yang tidak baik saat digelar deklarasi pilkada damai 2018 di GOR Bung Karno. Pasangan nomor urut 1 tersebut meninggalkan lokasi ditengah-tengah acara sedang berlangsung.
Salah satu tahapan penting pemilihan bupati dan wakil bupati Nganjuk tahun 2018 berupa kampanye damai bagi tiga pasangan calon diselenggarakan di lapangan GOR Bung Karno Begadung Nganjuk, Minggu (18/2). Masing-masing pasangan wajib menampilkan talen unggulannya untuk menarik simpati masyarakat Nganjuk.
Etika yang tidak layak sebagai calon pemimpin ditunjukkan pasangan Novi-Marhein ketika mereka usai menampilkan talenta. Pasangan calon bupati yang diusung oleh PDIP, PKB, dan Hanura justru meninggalkan lokasi usai menampilkan kesenian musik Al-Banjari. Pasangan Novi-Marhein dan pendukungnya tidak menunggu acara usai, tetapi langsung meninggalkan lokasi.
Padahal, rangkaian acara masih panjang karena pasangan urut nomor 2 yakni Siti Nurhayati-Bima masih menampilkan seni kreasi dan tari salepuk. Demikian juga psangan nomor urut 3, Desy-Yakin juga menampilkan kesenian tradisional kuda lumping. Dalam acara itu, semua anggota komisioner KPUD Nganjuk, Panwaslu, Kejaksaan Negeri Nganjuk, Polres, Kodim, tokoh partai, serta sejumlah pejabat Pemkab Nganjuk hadir.
Menanggapi hal itu Ketua Panwaslu Kabupaten Nganjuk, Abdul Syukur menyayangkan etika pasangan calon bupati dan calon wakil bupati nomor urut 1 tersebut. “Salah satu pasangan calon yaakni pasangan nomor urut 1, meninggalkan tempat sebelum acara selesai. Ini sangat kami sayaangkan karena kaami menilai mereka tidak menghormati pasangan lain dan tahapan penyelenggaran Pemilu,” ujar Syukur.
Abdul Syukur juga mengatakan, setidaknya, pasangan nomor urut 1 bersama pendukungnya tetap berada di tempat hingga acara selesai. Namun demikian, pihaknya tidak dapat mengambil tindakan, meski acara kampanye damai sudah disepakati bersama oleh ketiga pasangan. “Memang bukan suaatu pelanggaran, tetapi hal tersebut menunjukkan etika yang kurang baik sebagai calon pemimpin,” tegas Abdul Syukur.
Hal senada juga diungkapkan Ketua KPUD Nganjuk, Agus Rahman Hakim sempat khawatir setelah mengetahui peserta kampanye damai dari pasangan novi – Marhen meninggalkan lokasi acara lebih dulu, di tengah acara masih berjalan cukup lama. Padahal, saat itu masih ada dua pasangan yang masih berada di tempat. Yakni pasangan Hanung – Bima dan Desy – Yakin.
“Sempat was-was juga, kalau yang sudah menyampaikan talen-nya langsung pulang, kuatir pasangan yang tampil paling akhir tidak ada orang. Untungnya, pasangan Bu Hanung – Bima masih berada di tempat, menunggu sampai acara selesai,” kata Agus.
Sebenarnya, lanjut Agus Rahman, melalui pembawa acara sudah disampaikan, pasangan yang sudah menyampaikan talen-nya harus tetap berada di tempat, menunggu acara kampanye damai selesai. Karena dikatakan Agus Rahman, tujuan deklrasi kampanye damai mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menciptakan pelaksanaan pilkada yang damai dan berintegritas. “Saya juga berharap, dengan kegiatan yang ada, masyarakat dapat berpartisipasi secara maksimal, khususnya menggunakan hak suaranya dengan baik dalam Pilkada serentak 27 Juni 2018 nanti,” pungkas Agus Rahman. [ris]

Tags: