Pasar Tradisional Ditutup, Jalan Nasional Jadi Pasar di Jember

Suasana Pasar dadakan di Jalan Sultan Agung (depan Eks Pertokoan Kalijompo) Jember, Senin (25/5/2020) malam.

Jember, Bhirawa
Pasar tradisional ditutup sementara, Jalan Sulatan Agung (eks pertokoan Kalijompo yang ambruk beberapa waktu lalu), jadi pasar dadakan, Senin (25/5) malam. Pasar dadakan di sepanjang jalan nasional ini, menjadi pusat perhatian. Apalagi, kerumunan massa yang ditimbulkan tidak memperhatikan protokoler kesehatan yang telah ditetapkan, sehingga dikhawatirkan mempermudah penyebaran virus corona.
Para pedang mengaku terpaksa menjual dagangannya, karena mereka kesulitan mencari tempat untuk memasarkan daganganya. Seperti yang disampaikan oleh Pak Warti pedagang sayur asal Desa Manggisan Sukorambi Jember. Pak Warti mengaku terpaksa membuka lapak dipinggir jalan agar dagangannya laku. “Harus kemana lagi saya jualan, Pasar Tanjung yang selama ini menjadi jujukannya ditutup,” ujar Pak Warti dengan logat bahasa Madura.
Pria paro baya ini mengaku tidak takut diobrak oleh petugas, karena terpaksa. ” Mau bagaimana lagi, kalau hasil panen sayurannya tidak segera dijual, kami rugi. Sementara keluarga saya di rumah butuh uang untuk makan. Kalau tidak segera dijual, bisa tidak makan anak istri saya,” ungkapnya. Pasar dadakan ini dimulai pukul 22.00 WIB hingga menjelang subuh.
Ketua Gugus Tugas Penananganan COVID-19 Nahdatul Ulama Jember, Ayub Junaidi meminta pemerintah Kabupaten Jember segera mengambil langkah konkret mengantisipasi fenomena tersebut. Pemkab Jember diharapkan segera membuka kembali pasar tradisional yang beberapa hari ini ditutup. “Pemkab seharusnya segera membuka kembali operasional pasar tradisional. Tapi dengan penataan, sehingga aktifitas pasar bisa berjalan dengan protokol kesehatan,” kata Ayub saat dihubungi, Selasa (26/5).
Menurutnya, penutupan pasar tradisional yang dilakukan Pemkab Jember sekarang ini tanpa disertai solusi. Sehingga pedagang kemudian mencari sendiri lokasi dalam berjualan. “Ini kan malah berbahaya, ada tempat berjualan baru yang tidak terkontrol. Berpotensi munculnya klaster baru penyebaran virus Corona,” kata Ayub yang juga Ketua GP Ansor Jember melanjutkan.
Padahal, kata Ayub, Jember memiliki fasilitas pasar yang bisa menjadi tempat berjualan. Tinggal bagaimana pemerintah bisa mengatur agar di pasar tersebut bisa diterapkan protokol kesehatan.”Kan tinggal diatur bagaimana agar bisa jaga jarak, kemudian semua diwajibkan pakai masker. Disiapkan tempat cuci tangan. Terus diberikan sanksi bagi yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan. Kalau mau cari gampangngnya, contoh saja penataan pasar di Salatiga,” tandasnya.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Jember Ahmad Halim. Menurut Halim, munculnya pasar dadakan harus segera direspon. Kalau tidak, maka akan bermunculan pasar-pasar dadakan baru. “Kita tidak bisa menyalahkan pedagang ya, kan itu sudah menyangkut urusan perut. Kalau pasarnya ditutup, otomatis mereka akan berusaha cari tempat untuk berjualan,” katanya.
Oleh karena itu, politisi asal Gerindra berharap, Pemkab Jember segera membuka kembali aktifitas pasar dengan aturan tertentu. Sehingga roda perekonomian masyarakat tetap berjalan dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan. “Harus sama-sama jalan. Perekonomian jalan, kesehatan juga terjaga. Apalagi kita kan mulai masuk pola hidup New Normal. Harus bisa hidup berdampingan dengan virus Corona yang kita tidak tahu kapan ada obatnya ini,” harapnya.
Sementara Kepala Diskominfo Jember Gatot Triyono saat dikonfirmasi mengaku akan menindaklanjuti adanya pasar dadakan tersebut. Dia berjanji segera berkoordinasi dengan gugus tugas penanganan COVID-19 Kabupaten Jember.”Saya masih rapat, akan saya komunikasikan ke tim sebagai bahan evaluasi dan tindaklanjut berikutnya,” tulisnya melalui pesan WA.[efi]

Tags: