Pasca Lebaran Berpotensi Tambah Pengangguran di Sidoarjo

foto ilustrasi

Sidoarjo, Bhirawa
Pasca Lebaran 2017 kaum urban yang datang ke Kab Sidoarjo dimungkinkan menambah jumlah pengangguran yang sudah ada di Kota Delta ini. Karena mereka datangĀ  untuk mencari pekerjaan. Padahal pekerjaan di sektor formal, misalnya di perusahan dan sejenisnya tidak gampang. Mereka butuh waktu berbulan-bulan bahkan ada yang sampai tahunan untuk mendapatkannya.
”Selama mencari pekerjaan, menurut versi BPS, mereka dianggap pengangguran,” kata Kasubid Kesra Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan Bappeda Kab Sidoarjo, Ardi Anindhita SSTP, Senin (17/7) kemarin, di kantornya.
Menurut BPS, kata Ardi, warga yang masuk ke Kab Sidoarjo, minimal sudah dalam waktu enam bulan, sudah dianggap menjadi warga Sidoarjo. Meskipun kadang secara administrasi kependudukan, mereka belum punya KTP Sidoarjo.
Tidak hanya kaum urban maupun warga asli saja yang masih mencari kerja dianggap pengangguran. Tapi menurut versi BPS, mereka yang masih kuliah tapi belum kerja dan mereka yang sudah S1 melanjutkan S2 namun belum kerja, juga dianggap sebagai pengangguran terselubung. Dari data BPS, hingga kini jumlah pengangguran di Kota Delta, berkisar 129,3 ribu. Perhitungan itu dari asumsi, jumlah penduduk Sidoarjo per Juni 2017 sebanyak 2,2 juta jiwa. Sedangkan prosentase angka pengangguran di Sidoarjo tahun 2016 lalu 5.6%.
Disampaikan Ardi yang juga Sekretaris Tim Koordinator Pengendalian Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab Sidoarjo berpendapat, hendaknya para pencari kerja tidak melulu mencari kerja di sektor formal saja. Tapi mereka bisa bekerja di sektor non formal.
”Misalnya menjadi wirausaha baru, justru jadi wirausaha ini tidak terlalu kena dampak krisis global, malah nanti mereka bisa membuka lapangan kerja,” terang Ardi.
Selain Pemkab tiap tahun membuka Bursa Kerja Terbuka (BKT) sampai dua kali, Pemkab juga membuka pelatihan-pelatihan ketenagakerjaan wirausaha baru. Seperti ini hendaknya juga dilakukan juga oleh semua OPD terkait. Misal pelatihan bengkel, AC, ngelas, persepatuan, jahit dan pelatihan pembuatan produk makanan.
”Agar angka pengangguran di Sidoarjo terus turun. Tentunya pelatihannya harus berkualitas dan tepat sasaran. Supaya mereka bisa bersaing dalam pekerjaan,” kata Ardi.
Dari data yang ada, pada tahun 2016 lalu, angka pengangguran di Sidoarjo sudah turun dari tahun 2015, karena tahun 2015 sebesar 6,4% tahun 2016 jadi 5,8%, turun 0,6%.
Para OPD di Sidoarjo, kata Ardi, selain bisa memberikan pelatihan wirausaha, juga bisa menghubungkan kemitraan dengan perusahaan yang ada. Sehingga tetap ada pendapatan bagi warga. Kalau pengangguran tidak ditekan, maka dimungkinkan akan bisa memicu angka kriminalitas. Sebab mereka nekat, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup. ”Kalau sudah tuntutan perut, mereka kadang bisa nekat berbuat apa saja,” kata Ardi. [kus]

Tags: