Pasca Pesawat Tempur F-5 Tiger Resmi Grounded 2016

Pesawat tempur F-5 Tiger dijadikan monument di Pintu Timur Lanud Iswahyudi, Megatan yang diresmikan KASAU Marsekal TNI Yuyu Sutisno didampingi Danlanud Iswahyudi Marsma Widyargo Ikoputra.

Tingkatkan Minat Dirgantara Masyarakat, Dijadikan Monumen di Lanud Iswahyudi
Kab Magetan, Bhirawa
Legenda pesawat tempur F-5 Tiger di Tanah Air sangat istimewa. Burung besi itu menjadi tonggak transformasi teknologi mesin pesawat terbang bagi “tentara langit” atau penerbang Angkatan Udara.
Sejak resmi dinyatakan di-grounded pada 28 Juni 2016, pesawat tempur yang menjadi kebanggaan penerbang muda itu, akhirnya dijadikan monumen untuk sarana edukasi, sebagaimana monumen F-5 E yang diresmikan KASAU Marsekal Yuyu Sutisna di Pintu Timur Lanud Iswahyudi, Magetan, Rabu (6/2).
Yuyu menegaskan, monumen F-5 E/F Tiger II telah dibangun di beberapa lokasi. Diantaranya di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta, Markas Komando Pertahanan Udara Nasional Jakarta, juga di Alun-Alun Caruban, Kabupaten Madiun. “Sekarang ini didirikan di Iswahyudi, dan rencananya akan didirikan di Taman Lalu Lintas, Bandung,” kata Yuyu usai meresmikan monumen, kemarin.
Menurut dia, pembuatan monumen F-5 E/F Tiger bertujuan meningkatkan minat dirgantara bagi masyarakat luas. Apalagi, pesawat yang dijuluki Sang Macan ini banyak berjasa dalam menjaga kedaulatan udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak kedatangannya pada 7 April 1980 dengan diangkut pesawat C-5A Galaxy ke Lanud Iswahjudi, yang masih terbungkus plastik.
Mimpi besar TNI AU di saat kedatangan delapan pesawat F-5 Tiger itu mulai nampak wujudnya. Pesawat F-5 yang dibeli dari Northrop Co-USA menjadi kekuatan baru Skuadron Udara 14 Lanud Iswahyudi.
Pesawat tempur dengan kecepatan mencapai 1,6 kali kecepatan suara itu telah hadir menggantikan generasi terdahulunya, yakni Sabre 86.
Dalam paket kontrak pengadaan F-5 E/F Tiger II terdapat pengiriman beberapa penerbang ke USAF untuk melaksanakan konversi. Maka ditunjuklah tiga penerbang untuk konversi yakni Mayor Pnb Holky Basah Kartodibroto (Komandan Skuadron Udara 14). Mayor Pnb Budiharjo Surono, Kapten Pnb Lambert Siloy, namun karena sakit akhirnya digantikan Kapten Pnb Zaky Ambadar.
Pesawat ini memiliki kekhasan sendiri bagi penerbang muda karena kesulitannya yang begitu tinggi. Bentuknya yang lancip seperti roket mengingatkan kembali MIG 21-F yang dimiliki TNI AU era 1960-an. Pesawat F5-E yang legendaris itu memiliki kecepatan mendarat yang tinggi serta kontrol kemudi yang lumayan berat saat melakukan manuver.
Beratnya kontrol kemudi mempengaruhi saat pesawat belok tanpa ditarik, pesawat hanya akan miring saja. Namun tetap berjalan lurus. Masalah akan muncul saat para penerbang siap mendarat. Sebelum mendarat, pesawat harus terbang menyusuri kelebaran landasan, sembari menempatkan 45 derajad dibelakang sayap, baru pesawat akan membelok guna mengambil kelurusan landasan sambil turun untuk mendarat. Saat membelok dan mengambil kelurusan inilah banyak penerbang yang mengalami masalah.
Para penerbang F-5 memiliki program latihan yang terencana dalam meningkatkan profesionalisme. Program tersebut adalah program pendidikan dan siklus profisiensi. Dalam pembinaan penerbang F-5 The Eagle memiliki kemampuan sebagai real fighter pilot sehingga dapat menjalankan misi operasi yang menjadi tanggung jawab Skuardron Udara 14, Iswahyudi.
Semasa F-5 Tiger masih beroperasi, berbagai misi telah berhasil dilaksanakan oleh Skuardron Udara 14. Misi operasi yang paling lama dilaksanakan adalah operasi Panah yang dimulai tahun 1989 – 1992 di Aceh. Operasi lainnya adalah Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Elang Sakti, Operasi Tutuka, Operasi Garuda Jaya, Patroli ALKI perbatasan dan pengamanan wilayah perairan. Sedangkan latihan antar negara yang pernah diikuti di antaranya Elang Thainesia, Elang Indopura, Elang Ausindo, dan Cope West.
Dari keterlibatan ‘Sang Macan’ dalam sejumlah operasi selama 36 tahun, Yuyu menegaskan bahwa pengabdian F-5 menjadi kebanggaan para penerbang tempur. Terutama yang mengawaki pesawat F-5 E/F yang ber-homebase di Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi. Juga, para teknisi pesawat tempur tersebut.
“Monumen ini menjadi bukti bahwa pesawat F-5 E/F Tiger telah mengabdikan diri untuk kedaulatan NKRI selama 36 tahun,” ujar Yuyu yang juga mantan penerbang tempur pesawat F-5 E/F Tiger tersebut. [wardianto]

Tags: