Pasca Pesawat Tempur TNI AU Jatuh, Pangkalan Udara Iswahjudi Dijaga Ketat

Kepulan asap hitam tampak dari lokasi jatuhnya pesawat T50 saat Gebyar Dirgantara di Lanud Adisutjipto Jogjakarta, Minggu (20/12) pagi.

Kepulan asap hitam tampak dari lokasi jatuhnya pesawat T50 saat Gebyar Dirgantara di Lanud Adisutjipto Jogjakarta, Minggu (20/12) pagi.

Madiun, Bhirawa
Pasca jatuhnya pesawat tempur T50 milik TNI AU, suasana di pangkalan udara Iswahjudi Madiun yang merupakan home base pesawat buatan Korea itu dijaga ketat oleh POM AU. Suasana tersebut tidak berbeda jauh dengan suasana di asrama TNI AU Iswahjudi di mana Mayor Penerbang Dwi Cahyono, pilot pesawat T50 tinggal.
Pembantu rumah tangga Mayor Dwi Cahyono, Endang mengatakan bahwa majikannya berangkat dari Lanud Iswajudi pada Jumat lalu. Sedangkan istri Mayor Dwi Cahyono ikut mendmpingi suaminya untuk mengikuti atraksi kedirgantaraan. “Bapak berangkat Jumat lalu dari lanud, kalau ibu juga lagi di Jogjakarta mendampingi bapak,” kata Endang, Minggu (20/12).
Mayor Pnb Dwi Cahyono menikah dengan Dwi Wanito Ambarsari dan dikaruniai dua anak yang masih balita.Sementara itu kediaman mertua Letkol Marda Sardjono di Jalan Bawono Manis V  No 3 tampak sepi. Menurut beberapa tetangganya rumah tersebut tidak dihuni, mertua Letkol Marda Sardjono telah diboyong ke Jakarta. Sedangkan rumah almarhum terlihat dijaga ketat. Keduanya jadi korban tewas pesawat tempur T50 di dekat Bandara Adisutjipto, Jogjakarta. Mereka di sana dalam rangka Gebyar Dirgantara Jogjakarta 2015.
Untuk diketahui TNI AU kehilangan dua prajurit terbaiknya Letkol Marda Sarjono dan Kapten Dwi Cahyadi. Keduanya gugur saat pesawat tempur T50 Golden Eagle yang mereka awaki jatuh dan terbakar saat beratraksi di airshow di Jogjakarta.
“Saya mewakili TNI AU menyampaikan duka cita sedalam-dalamnya dan (yang gugur) ditempatkan di tempat yang mulia, gugur dalam tugas,” ujar Danlanud Adisutjipto Marsma TNI Imran Baidirus dalam jumpa pers di Kantor Danlanud Adisutjipto, Minggu kemarin.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Hendry Bambang Soelistyo membenarkan adanya pesawat jatuh di sekitar Bandara Adisutjipto, Jogjakarta.
Dia mendapat informasi jika kedua pilot langsung tewas di tempat akibat kecelakaan tersebut. “Pilot dua-duanya meninggal,” ujar Soelistyo.
Letkol Marda Sarjono adalah komandan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Madiun. Beliau adalah lulusan Akabri 1995. Sementara Kapten Dwi Cahyadi merupakan perwira penerbang Skadron 15, lulusan Akabri Udara pada 2002.
Kecelakaan tersebut terjadi saat memperingati 70 tahun Hari Jadi Sekolah Penerbang TNI AU, di nama sekolah itu mengadakan air show dan Gebyar Dirgantara Jogjakarta selama dua hari, dari 19 sampai 20 Desember 2015.
Dalam memperingati 70 tahun sekolah penerbang TNI AU, berbagai kegiatan digelar seperti Jupiter Aerobatic Team, fly pass pesawat latih TNI AU, fly pass Pesawat FASI, terjun payung, static show pesawat tempur, helikopter dan pesawat latih TNI-AU FASI, Drumband Akademi Angkatan Udara, Jupiter Runway For Run (4.000 peserta), otomotif gathering, bazar otomotif dan sebagainya.
Jupiter Fun Run sendiri dilaksanakan pada Minggu 20 Desember di runway Lanud Adisutjipto. Selain itu, diselenggarakan lomba Disc Jokie (DJ) pada saat Jupiter beraksi. Sebanyak 57 pesawat milik TNI AU dan 3.000 personel TNI AU siap beraksi dalam acara yang baru pertama kali digelar ini. Di antaranya pesawat tempur T50, F16 dan pesawat Sukhoi.
Akibat kecelakaan tersebut, penerbangan komersil dari dan ke Bandara Adisutjipto sempat mengalami keterlambatan. Sedangkan rangkaian acara Gebyar Dirgantara 2015 dihentikan.
Sekolah Penerbang TNI AU adalah satuan pendidikan di bawah Komando Pendidikan Angkatan Udara yang berada di Lanud Adisutjipto Jogjakarta. Sesuai catatan sejarah, sekolah ini didirikan pada 15 November 1945 dan merupakan pendidikan militer tertua. Seiring perjalanan sejarah, Sekolah Penerbang TNI AU telah banyak melahirkan para penerbang militer pengawal dirgantara. [dar,ins]

Tags: