Pasien Lanjut Usia Bisa Sembuh dari Corona

25.450 Pemudik Mulai Masuk ke Jatim
Pemprov, Bhirawa
Kesempatan untuk sembuh dari paparan virus corona tidak hanya untuk pasien yang masih berusia muda. Bagi para lanjut usia (Lansia), sembuh bukan tidak mungkin. Itulah kenyataannya.
Di Jatim, beberapa pasien dari total 17 orang yang sembuh merupakan lansia. Beberapa ada yang telah berusia diatas 50 tahun bahkan ada pula yang telah mencapai usia 76 tahun. Salah satu di antara pasien lansia yang sembuh itu ialah Yeti Sri Wulan (60). Dia dirawat di RSUD dr Soetomo setelah dinyatakan positif virus corona pada 14 Maret lalu.
“Saya dinyatakan positif setelah dari Jakarta dan saya berterimakasih atas perawatan para dokter serta tenaga medis yang telah intensif merawat saya. Perhatian Gubernur Jatim sangat luar biasa,” tutur Yeti melalui rekaman video yang diputar dalam konfrensi pers di Gedung Negara Grahadi, Selasa (31/3).
SelainYeti, Harmin Jaya pasien usia 55 tahun juga dinyatakan sembuh setelah melakukan perawatan di RSUD Dr Soetomo. “Kami sangat terimakasih, pagi, siang, malam kami diperiksa oleh dokter. Semua saya harap tetap menjaga social distance agar virus ini dapat dikendalikan,” tutur Harmin Jaya dalam rekaman video serupa.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menuturkan, ada tambahan satu orang sembuh yang usianya mencapai 76 tahun. Hal ini menandakan bahwa proses yang diberikan oleh tenaga medis pada pasien covid-19 adalah upaya memberikan layanan terbaik.
Sementara jumlah pasien yang dinyataka positif hingga kemarin mencapai 93 orang atau hanya bertambah dua orang. Sedangkan total Pasien Dalam Pengawasan (PDP) mencapai 460 orang. Untuk status Orang Dalam Pantauan (ODP) tercatat 6.565 kasus. “Kami juga melakukan rapid test yang telah dilakukan terhadap 2.020 orang dengan total hasil yang positif 49 orang. Saya sudah minta untuk yang positif ini segera dilakukan swab agar hasilnya semakin presisi,” tutur Khofifah.
Khofifah menegaskan, hasil rapid test yang sudah terkonfirmasi positif tidak bisa dijadikan patokan bahwa mereka positif covid-19. Sebab, mereka masih harus dilakukan PCR untuk mendapatkan hasil yang akurat. “PR kita adalah melakukan percepatan untuk swab bagi yang rapid test positif. Jika PCR negatif setelah rapid test, maka biaya akan ditanggung biayanya oleh Pemprov,” ungkap mantan Menteri Sosial RI tersebut.
Kendati jumlah pasien yang positif telah melandai, Khofifah berharap kewaspadaan ini terus diperkuat. Physical distancing tetap menjadi kunci dari berbagai upaya pencegahan virus corona terus menyebar.
Hal itu cukup beralasan, sebab pergerakan jumlah pemudik yang masuk di Jatim telah cukup besar. Gubernur Khofifah menyebutkan, tercatat sejak 16 – 29 Maret jumlah pemudik yang masuk ke Jatim mencapai 25.450 ribu orang. Dari pergerakan tersebut, Khofifah mengatakan satu hari pernah mencapai 7.635 pemudik. “Kalau total sampai saat ini kira-kira 25.450 ditambah 15 ribu-an pemudik,” tutur Khofifah. Para pemudik ini mayoritas merupakan pekerja transportasi semacam ojek online (ojol) dan sopir taksi yang totalnya mencapai 169.300. “Jadi beberpa pekerja transportasi publik sebagian sudah ada yang mudik lebih awal,” sambung dia.
Kendati demikian, Khofifah melihat ada hal yang sangat bagus dilakukan kepala desa dan lurah yang menerima warganya dari mudik. Yaitu dengan tetap harus melapor meskipun mereka telah saling mengenal sehingga tercatat mobilitas warganya. Ini artinya kordinasi antara pemprov dengan pemkab dan pemkot sudah nyambung. “Misalnya mereka dari Surabaya pulang ke Jombang, mereka harus tetap melapor ke RT, RW dan kepala desa,” ungkap Khofifah.
Sementara itu, Ketua Gugus Kuratif Covid-19 dr Joni Wahyu Hadi menambahkan, jumlah perkembangan ODP di Jatim yang sangat pesat menunjukkan langkah dari tim tracing yang cepat. Sebaliknya, grafik kenaikan PDP dan konfirmasi positif justru semakin melandai. “Semoga dari fakta ini mulai muncul tanda-tanda herd imunity, (kekebalan kelompok),” ungkap dr Joni yang juga Dirut RSUD Dr Soetomo.
Selain grafik yang landai, tingkat kunjungan lsien yang datang sudah tidak separah dahulu, yakni antara pasien dengan kondisi sedang hingga berat. “Tapi kita harus tetap waspada dengan physical distance dan tetap menggunakan masker. Mudah-mudahan kita sudah bisa melawan ini sehingga semakin landai,” pungkas dr Joni. [tam]

Tags: