Paska Tanggul Jebol, DPU SDA Bojonegoro Bakal Kembalikan Fungsi Tanggul

Kepala DPU SDA Bojonegoro, Erik Firdaus

Bojonegoro,Bhirawa.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (DPU SDA) menyebutkan, bahwa penyebab jebolnya tanggul di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro belum lama ini karena fungsi tanggul sudah berubah. Sehingga akan kembalikan tanggul sebagaimana fungsinya.

Hal itu disampaikan oleh Kepala DPU SDA Bojonegoro, Erik Firdaus kepada Bhirawa, kemarin (27/1). Menurutnya, fungsi tanggul sudah berubah, artinya yang seharusnya tanggul dengan lebar 3 sampai 4 meter, namun lebarnya saat ini tinggal sekitar 1 sampai dengan 1,5 meter.

” Akibatnya, kemampuan tanggul untuk menahan tekanan air yang begitu besar menjadi berkurang dan akhirnya tanggul jebol,” tuturnya.

Selain lebar tanggul berkurang. Ditambah lagi tanggul yang seharusnya disitu tidak boleh ada tanaman seperti ditanami pohon pisang.

” Dan sehingga mengakibatkan terjadinya kontruksi tanah tanggul akan berkurang dan akibatnya kekuatan tanggul juga melemah,” ujarnya.

Erik juga menyampaikan, dalam waktu dekat akan melakukan normalisasi sungai maupun normalisasi tanggul. Akan kita kembalikan tanggul itu semula sesuai dengan batas lebar, batas wilayah dari sungai sampai seberapa termasuk tanggulnya.

” Kita normalisasi tanggul dan kita dalamkan untuk sungainya agar supaya memuat volume lebih besar agar tidak mudah banjir apabila ada kiriman air,” terangnya.

Selanjutnya, Erik mengatakan, pihaknya juga akan mengajak pemerintah desa setempat untuk melakukan pengukuran dan sosialisasi kepada warga.

” Masyarakat harus memahami kalau memang lebar tanggul 3 sampai 4 meter, jadi nanti kalau ada pengukuran dan mengambil lahan tanggul yang sekarang di ambil warga menjadi persawahan, ya, harus dikembalikan untuk tanggul sebagaimana fungsinya, ” tandasnya.

Terkait konsep pembangunan, menurut Erik, saat ini lebih difokuskan pada normalisasi tanggul lebih dulu. Jika normalisasi selesai dilakukan, lanjut dia, baru ditentukan bagaimana konsep pembangunan tanggul untuk jangka panjang.

“Setelah itu baru konsep yang permanen seperti apa, apa dari tembok, tanah dan lainnya,” ujarnya.

Harapannya setelah dinormalisasi tidak lagi terjadi tanggul jebol dan tidak merugikan lagi masyarakat. [Bas.gat]

Tags: