Paslon SAE Komitmen Program Atasi Pengangguran di Kota Malang

Kota Malang, Bhirawa
Jumlah angkatan kerja di Kota Malang 2017 mencapai 443.035 jiwa. Sementara itu, jumlah warga yang bekerja sebanyak 411.042 jiwa atau 92.77%. Artinya, ada 7.23% atau 31.933 orang warga yang tidak bekerja atau pengangguran. (BPS Kota Malang, 2017).
Angka ini merupakan akumulasi jumlah pengangguran warga asli kota dan warga pendatang yang berbaur menjadi warga sosial kota Malang sehingga kota Malang berada di urutan tertinggi kota dengan angka pengangguran terbesar di Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kota Kediri.
Sebagian besar pengangguran, bila ditinjau dari latar belakang pendidikan 33.68 persen justru merupakan warga lulusan perguruan tinggi, disusul warga lulusan SMK 17,3 persen, lulusan SMA sederajat 16,5 persen, lulusan SMP sederajat 13,3 persen, lulusan SD 6,7 persen, dan warga yang tidak sekolah sebanyak 12,4 persen.
Mengatasi masalah pengangguran di kota Malang bukan hanya tugas pemerintah kota, melainkan menjadi kewajiban semua warga sebagai pemilik kota ini. Sebagai kota besar nomor 2 di Jawa Timur setelah Kota Surabaya, masalah pengangguran di Kota Malang merupakan pekerjaan rumah pembangunan dibidang ekonomi dan sosial yang harus diselesaikan.
Curah pendapat tentang masalah pengangguran ini dilakukan Sutiaji dan Edi Jarwoko dalam beberapa kali dialog dengan berbagai tokoh publik, ulama dan komunitas UMKM selama blusukan kampanye pilkada yang akan berakhir besok, Sabtu 23 Juni 2018.
Menurut kajian paslon SAE dan para cendekia, setidaknya terdapat empat penyebab terjadinya pengangguran, yaitu (1) pengangguran akibat perpindahan kerja, (2) pengangguran akibat pergantian musim panen, (3) pengangguran akibat perubahan struktur ekonomi, dan (4) pengangguran akibat berlebihnya supply dari demand tenaga kerja.
Masalah pengangguran menjadi Pekerjaan Rumah yang harus diprioritaskan oleh paslon SAE apabila memenangkan pilkada 2018 demi menjaga stabilitas, pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan masyarakat dan berujung pada terwujudnya kamtibmas yang kondusif.
Dua pendekatan yang harus dijalankan secara simultan, pertama, membuka ruang yang luas bagi pengangguran untuk berlatih meningkatkan keterampilan dan komunikasi, mengadopsi pengetahuan teknologi membuka literasi dan kompetensi kerja. Kedua, mengundang investor untuk membuka lapangan kerja secara saling memberi benefit.
Tri Prasetya yang bertumpu pada pembangunan kesejahteraan sosial, ekonomi dan infrastruktur diharapkan mampu menurunkan angka pengangguran secara signifikan. Ini memerlukan sinergi antara stakeholders kota Malang, juga kerjasama produktif dengan wilayah Batu dan Kabupaten Malang. [mut]

Tags: