Pasokan Terlambat, Harga Bawang Merah Merangkak Naik

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Tersendatnya pasokan bawang merah dari daerah sentra penghasil bawang merah mulai berimplikasi terhadap harga bawang merah yang berada di beberapa pasar tradisional. Pedagang bawang merah di Pasar Pahing dan Pasar Sidosermo mengakui memang benar terjadi penaikkan harga, sehingga sangat dikeluhkan oleh ibu-ibu rumah tangga.
Menurut Sumirah, pedagang pasar bawang merah di Pasar Pahing mendapatkan informasi dari tengkulak bawang merah naiknya harga, karena daerah sentra penghasil bawang merah mengalami sabagian lahan gagal panen karena curah hujan yang tinggi.
‘’Sebagian bawang merah yang siap di panen ternyata ada yang rusak. Sehingga ada beberapa bawang merah yang kondisinya baik dilakukan penyortiran. Sehingga pengiriman bawang merah dengan kualitas layak menjadi tersendat. Dampaknya akhirnya naik menjadi Rp30 ribu per kilogram, di bandingkan bulan sebelumnya yang sekitar Rp14 ribu hingga Rp16 ribu per kilogramnya,’’ ungkapnya Minggu (22/3) kemarin.
Dengan naiknya harga yang mencapai 100%, diakuinya dirinya tidak bisa membeli dalam jumlah banyak. Karena dari pelanggan sudah mengurangi pembelian, sehingga pembelian kepada tengkulak dengan terpaksa memang harus dikurangi.
‘’Jika beli seperti hari biasa, dikhawatirkan bawang merahnya nanti rusak dan merugi. Karena sudah terlanjur membeli dalam jumlah banyak, ternyata tak laku saya bisa rugi mas,’’ jelasnya singkat.
Sementara itu, menurut Sulis pedagang di Pasar Sidosermo, kenaikan bawang merah memiliki kondisi bukan bawang merah yang kering, melainkan agak basah dan ukurannya kecil-kecil. Sedangkan untuk ukuran yang sedikit lebih besar, harganya sudah berbeda. ‘’Bawang merah dengan kualitas harganya memang mahal, yang saya jual ini adalah bawang merah yang masih memiliki kandungan air, dan ukurannya kecil. Ukuran yang besar seperti ini harganya sudah berbeda, jadi pelanggan lebih bersifat pilih-pilih,’’ terangnya.
Sulis juga menjelaskan, harga bawang merah dari petani masih lebih murah daripada yang sudah beredar di pasaran. Namun, bawang yang dari petani masih benar-benar basah dan berdaun sehingga pembeli (tengkulak) masih harus mengeluarkan dana untuk pengeringan dan membersihkan daunnya.
‘’Bawang merah dari petani belum sepenuhnya siap jual. Tengkulak masih harus melakukan proses sendiri yakni dengan mengeringkan sendiri dan tengkulak harus membersihkan daun-daunnya,’’ katanya.
Sulis memprediksikan, jika harga bawang merah akan turun kedepannya. Karena satu bulan kedepan dipastikan terdapat panen raya kembali. ‘’Semoga harganya pas, tak terlalu murah dan mahal. Petani mendapatkan untung, dan pembeli tak kesulitan mendapatkan bawang merah dengan kualitas yang cukup baik,’’ tutupnya. [wil]

Tags: