Pastikan USBN Digelar Berbasis Komputer

Foto: ilustrasi

Dindik Surabaya, Bhirawa
Selain menghadapi Ujian Nasional (UN), tahun ini siswa jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK juga diwajibkan lebih dulu mengikuti Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Dalam pelaksanaannya, Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya memastikan akan menggunakan metode berbasis komputer layaknya Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Penggunaan komputer ini diklaim sudah mendapat restu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Insya Allah kami USBN 100 persen menggunakan komputer,” kata Kepala Dindik Surabaya Ikhsan, Minggu (26/2).
Dia mengungkapkan, pola USBN berbasis komputer dibuat serupa dengan UNBK. Di antaranya menyiapkan tiga sesi waktu ujian untuk satu mata pelajaran (mapel) serta menyediakan proktor dan teknisi di setiap sekolah. “Sementara polanya USBN berbasis komputer seperti UNBK,” ungkapnya.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya ini melanjutkan, proses pembuatan soal untuk USBN SMP di Kota Pahlawan sudah tuntas. Soal ini digunakan USBN utama, soal cadangan, dan soal-soal yang bisa digunakan siswa untuk try out. Dalam USBN, Kemendikbud menyediakan soal sebanyak 20% sampai 25%. Soal sisanya disusun oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMP di bawah koordinasi Dindik Surabaya.
“Kalau pusat menyerahkan 20%, berarti nanti kami 80% sisanya. Tinggal menunggu pusat untuk perakitan soal ini. Yang jelas kami sudah siap. Apakah nanti akan dirakit oleh pusat atau kita itu hanya soal teknis saja,” ujar Ikhsan.
Sementara itu, Kabid Sekolah Menengah Dindik Surabaya Sudarminto menambahkan, dalam POS USBN siswa SMP mengerjakan tiga mapel. Di antaranya Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan (Kurikulum 2006)/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Kurikulum 2013), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). “Tiap mapel berisi 40 soal pilihan ganda dan lima soal uraian,” jelasnya.
Dia menguraikan, saat ini Dindik Surabaya tengah menyiapkan beberapa opsi untuk siswa SMP dalam mengerjakan soal uraian. Opsi pertama, siswa diberi kertas berbarcode. Kertas ini disediakan oleh Dindik. Jawaban soal uraian bisa ditulis siswa di kertas ini. “Saat pengoreksian secara manual, siapapun yang mengoreksi tidak akan tahu kertas tersebut milik siswa yang mana,” tuturnya.
Opsi kedua terdapat soal uraian dengan jawaban yang terstruktur. Terstruktur ini pola jawabannya sudah pasti, jadi sistem komputer bisa membacanya. Opsi ketiga, jawaban untuk soal uraian langsung dikerjakan di komputer. Opsi keempat, sekolah menyediakan kertas biasa.
“Awal Maret nanti sudah ditentukan opsi mana yang dipakai. Saat ini masih didesain mana yang memungkinkan dipakai. Yang penting tidak melanggar POS USBN bahwa soal uraian harus ada,” terangnya.
Disinggung opsi yang paling memungkinkan dipakai, Sudarminto mengungkapkan opsi yang pertama paling pas untuk diterapkan dalam ujian yang akan digelar pada 17 – 19 April untuk jenjang SMP/MTs. [tam]

Tags: