PC ISNU Bondowoso Sukses Terapkan Teknologi Pertanian Hidroganik Daerah Kekeringan

Saat dilakukannya panen raya tanaman sayur hidroganik di Desa Gayam Kecamatan Botolinggo yang di gagas PC ISNU Bondowoso. (Ihsan Kholil/Bhirawa)

Bondowoso, Bhirawa
PC ISNU Bondowoso menerapkan teknologi pertanian Hidroganik yang kini tengah dikembangkan di Desa Gayam Kecamatan Botolinggo Kabupaten Bondowoso. Hal ini dilakukan, sebagai bentuk gerakan ketahanan pangan berbasis keluarga, khususnya di daerah tertinggal yakni wilayah yang mengalami kekeringan atau sulit akan kebutuhan air di lahan pertanian.
Hidroganik dimaksud adalah suatu sistem budidaya yang memadukan sistem hidroponik dan tanpa bahan kimia (organik). Perpaduan tersebut menghasilkan sistem budidaya tanaman dilakukan tanpa media tanah dan menggunakan pupuk organik alami yang berasal dari kotoran hewan, yakni dengan menggunakan kotoran ikan.
Adapun program pertanian hidroganik PC ISNU Bondowoso ini, yang di lakukan adalah tanaman padi, dan sayur serta budidaya ikan nila. Sedangkan untuk sayur sendiri ada beberapa jenis, seperti sayur kangkung dan selada yang kini sudah sukses dengan dilakukannya panen raya, Kamis (9/4).
Dalam kegiatan panen raya tanaman sayur pertanian Hidroganik yang digagas oleh Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Bondowoso ini, tampak hadir dari pihak Pemerintah Kabupaten setempat, salah satu Anggota DPRD Fraksi PPP, Kepala Bank Jatim cabang Bondowoso, Kades Gayam, serta sejumlah Pengurus PC ISNU setempat.
Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Bondowoso, Moch Abdul Halik, S.Sos.I mengatakan bahwa pihaknya memilih Desa Gayam sebagai pilot project. Karena Desa ini terkenal dengan tingkat kekeringannya sangat tinggi.
“Kemarin saja Ibu Gubernur (Khofifah-Red) ke Bondowoso hanya ke Gayam gara-gara musibah kekeringan. Gayam ini menjadi pilot project kita, kalau ini sukses kami yakin seluruh Bondowoso yang kekeringan juga akan sukses menggunakan teknologi seperti ini,” katanya saat di konfirmasi di lokasi.
Adapun keunggulan dengan program Hidroganik ini kata dia, tentu saja bisa menghemat air. Dan juga bahan yang digunakan semuanya murni bahan organik.
“Air yang digunakan sangat hemat sekali, kita meminit itu. Kita tau dilahan tadi, dilahan kering kita bisa ada kolam, karena kolamnya pakai terpal. Kita murni pakai bahan organik, jadi tidak ada pestisida non organik atau pupuk kimia tidak ada,” jelasnya.
Tak hanya itu, dalam program tanaman Hidroganik itu berbeda dengan yang biasa dilakukan para petani pada umumnya. Yakni dalam pengolahan tanah, menggunakan traktor, menyemai rumput, atau pun mencangkul dan lain sebagainya.
“Ini sangat cocok di era modern, bagi temen-temen yang masih muda. Karena disitu tidak ada pekerjaan yang menyita waktu, kita hanya megontrol air,” terangnya.
Pria yang akrab di sapa Halik itu pun menjelaskan, bahwa program pertanian hidroganik ini tidak mengenal musim. Yakni pada musim kemaru atau pun hujan, bisa menanam apapun.
“Musim apapun, kita bisa tanam apapun. Mau musim kemarau kita bisa tanam padi, musim hujan kita bisa tanam sayur,” terangnya.
Selanjutnya, keunggulan dari hidroganik ini yaitu bisa memangkas waktu tanam. Yang biasanya, penanaman sayur membutuhkan waktu sekitar 30 hari.
“20 hari kita sudah panen untuk sayur. Untuk padi rata-rata 120 hari, kita bisa 3 bulan sudah panen. Karena masa penyemaian itu kita langsung (Tabela) Tanam Benih Langsung. Jadi ini mempersingkat waktu. Kalau petani konfensional dalam satu tahun panen tiga kali, kita bisa empat kali panen, itu kalau padi,”paparnya.
Informasi dihimpun, untuk jenis padi yang di tanam bisa dari jenis padi apapun, seperti jenis padi basmati dan lainnya. Dan adapun pilot project yang dipakai untuk yang pertama kali ini dengan menggunakan tiga instalasi. Dalam satu instalasi yang digunakan membutuhkan asumsi biaya sekitar Rp 10 juta.
“Seandainya ini dikembangkan oleh masyarakat bisa pakai bahan yang ada ditengah masyarakat. Contoh penyanggahnya bisa pakai bambu, hemat luar biasa,”pungkasnya.
Sementara itu, Mohammad Halil, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh PC ISNU Bondowoso. Karena menurutnya, tujuan dari yang dilakukan ini yakni tak lain untuk meningkatkan penghasilan masyarakat. Dengan mengoptimalisasi penggunaan lahan di Desa Gayam yang merupakan daerah yang tandus, yakni pada bulan empat sampai delapan tidak bisa ditanami.
“Ini menjadi edukasi dan peningkatan ekonomi masyarakat. Kita akan memberikan support semaksimal mungkin kegiatan ini. Baik melalui kegiatan anggaran yang ada di Dinas Ketahanan Pangan, dan juga nanti di tim anggaran kita usulkan nanti,”urainya.
Ditempat yang sama, Kepala Desa Gayam, Rendy Sapta Setyawan, mengaku antusias terhadap upaya mengajak masyarakatnya untuk bertani di tengah kondisi alam di wilayahnya yang hanya bisa menanam padi, sayuran dan lainnya pada saat musim penghujan saja.
“Pemerintah Desa akan mensupport. Tahun depan Pemdes akan melakukan perkembangan hidroganik ini menjadi wisata edukasi hidroganik dengan Dana Desa,”terang salah satu anggota PC ISNU Bondowoso itu. [san]

Tags: