PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Terapkan Managemen Anti Korupsi

Surabaya, Bhirawa
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya berupaya terus untuk meningkatkan pelayanan bagi warga Kota Surabaya. Untuk itu PDAM Kota Surabaya menerapkan manajemen anti korupsi untuk meningkatkan pelayanan dan laba perusahaan.
Dirut PDAM Surya Sembaya Kota Surabaya Mujiaman menjelaskan langkah pertama yang dilakukan adalah sertifikasi kompentensi karyawan dilakukan secara masif. Kemudian melakukan standardisasi sistem menejemen dan PDAM mengikuti standar AISO.
“Seperti AISO 9001, AISO 17025, AISO 55000 mengenai aset, sedangkan AISO yang terbaru adalah 3071 adalah manajemen anti korupsi. Saya yakin di BUMD seluruh Indonesia belum ada yang menerapkan seperti itu,” ungkapnya, Selasa (25/12).
Manajemen anti korupsi ini, ia berharap, pertengahan 2019 PDAM sudah bersertifikasi, dan penerapannya sudah berjalan sejak pertengahan 2017.
”Sampai sekarang sosialisasi dan idenfikasi serta analisis itu telah diterapkan. Kita sekarang sudah membenahi dan sudah berjalan hingga sekarang. Kita dievaluasi dan dibimbing oleh konsultan eksternal dan KPK. Serta nanti akhir pertengahan 2019, kita akan sertifikasi,” tegasnya.
Posisi KPK menurut Mujiaman awalnya sebagai supervisi dalam bidang pencegahan anti korupsi. Seperti sistem pertemuan dengan pelanggan, ruangan diubah agar pertemuannya lebih terbuka, hingga sampai hal teknis hal ini dinamakan manajemen anti korupsi.
“Semuanya harus transparan, baik karyawan maupun masyarakat boleh memberikan masukan,” katanya.
Sesuai dengan rencana 2017, PDAM Surya Sembada Kota Surabaya menargetkan seluruh warga kota dan di pelosok sudah mendapatkan air, namun ada beberapa yang belum mendapatkan air selama 24 jam.
“Saya yakin seluruh kota dan pelosok sudah mendapatkan air, namun ada juga yang belum mendapatkan air selama 24 jam dan ini memang persoalan,” ujar Mujiaman.
Menurut Mujiaman, persoalan tersebut sedang dilakukan penanganan serius dengan membangun reserver-reserver dan meningkatkan kapasitas di mana sebelum 30 Desember 2018 naik menjadi 11.500 liter/detik.
”Saudara-saudara kita yang ada di Gresik dan Sidoarjo memikirkan kapasitas 1.000 liter/detik perlu biaya sangat besar, hampir Rp 1 triliun, sedangkan Kota Surabaya biaya tidak terlalu berat dan selesai,” katanya.
Terkait efisiensi di Surabaya ini, ia menjelaskan, bisa dikatakan sudah pasti yang terbaik apalagi menurutnya pertumbuhan penggunaan air pada 2018 sangat tinggi, mencapai 7 persen. Sedangkan pertumbuhan laba usaha mencapai di atas 10 persen yang sebelumnya hanya 2 persen selama bertahun-tahun. “Pertumbuhan sekarang sangat cepat 5 hingga 8 tahun mencapai di atas 10 persen,” tegasnya. [dre]

Tags: