Pecahkan Rekor Muri, Rangkai 2.360 Wayang Punakawan

Rektor Universitas Surabaya, Benny Lianto menunjukkan piagam rekor MURI diantara Mahasiswa baru di Ubaya Sport Center.

Masa Orientasi Bersama Universitas Surabaya
Surabaya, Bhirawa
Masa orientasi bersama (MOB) universitas Surabaya (Ubaya) diperingati berbeda dan unik. Pasalnya, mahasiswa baru tahun akademik 2019/2020 ini diajak untuk merangkai dan mewarnai ribuan wayang kertas. Alhasil, kegiatan tersebut mampu memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan kategori Pemrakarsa dan Penyelenggara Merangkai Wayang Kertas Terbanyak oleh Mahasiswa yaitu sejumlah 2.360 buah wayang.
Rektor Ubaya, Ir Benny Lianto, MMBAT usai menerima piagam rekor MURI mengatakan latar belakang diadakan merangkai wayang kertas untuk memberi apresiasi keragaman budaya Indonesia.
“Mahasiswa sebagai generasi muda harus cinta budaya, harus tahu keberagaman budaya yang begitu luas. Saya kira generasi muda harus peduli dan ikut memikirkan budaya Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan tersebut juga dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
Manager MURI, Ariyani Siregar menuturkan, ada empat kriteria yang dinilai dan bisa dikategorikan dalam pemecahan rekor MURI. Yaitu paling, pertama, unik dan langkah. Dan Universitas Surabaya (Ubaya) mencatatkan diri dengan peserta “paling” banyak. Torehan ini menggugurkan Universitas Brawijaya yang sebelumnya menduduki peringkat pertama rekor MURI dengan kegiatan yang serupa. Yakni berjumlah 1.012.
“Dan Jumat (2/7) pagi ini (rekor) Universitas Brawijaya ditumbangkan oleh Ubaya dengan jumlah peserta 2.360 peserta,” ungkap dia.
Rekor tersebut, lanjutnya tercatat dalam rekor MURI dengan urutan yang ke 9.087 dan juga tercatat sebagai rekor dunia.
“Selain jumlah peserta yang banyak. Ini juga sangat unik. Karena jadi ajang promosi yang mampu menjembatani pengenalan budaya di lingkup milenials. Apalagi milenials sekarang kurang menyukai budaya (pewayangan) ini. Jadi ini momentum yang tepat mengenalkan budaya bangsa,”katanya.

Ungkapan Apresiasi Budaya dan Keberagaman
Perolehan Muri yang didapat Ubaya, juga tidak lepas dari tema yang diusung pada MOB tahun ini. Yakni Budaya dan Apresiasi Keberagaman. Ketua Masa Orientasi Bersama (MOB) Ubaya 2019, Taufik Akbar Rizqi Yunanto mengatakan melalui kegiatan MOB ini, mahasiswa diajak untuk belajar dan mengenal keberagaman dengan bertemu banyak teman dari berbagai latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
“Wayang menjadi simbol atau ikon keragaman budaya asli dari Indonesia. Kegiatan ini adalah salah satu cara memperkenalkan budaya lokal setempat dan mengapresiasi keberagaman di Indonesia yang perlu dilestarikan. Mahasiswa juga perlu mengetahui wayang Punakawan yang menjadi ciri khas wayang di Pulau Jawa,” katanya.
Istilah Punakawan diambil dari bahasa Jawa yang berasal dari kata puna yang berarti susah dan kawan yang berarti teman. Sehingga Punakawan dapat dimaknai sebagai teman dikala susah. Punakawan sendiri merupakan gambaran dari empat tokoh pewayangan yang terdiri dari Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Pada umumnya para Punakawan ditampilkan sebagai sekelompok abdi atau penasehat yang menghibur dalam pementasan wayang baik itu wayang kulit, wayang golek, atau wayang orang sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana.
“Melalui kegiatan ini mahasiswa belajar mengenal wayang Punakawan dan nilai-nilai dari keempat tokoh,” ujarnya, menambahkan.
Sementara itu mahasiswa baru Ubaya Reza Ismatul Maula Mardliyyah menuturkan sangat antusias saat merangkai dan mewarnai wayang kertasnya.
Mahasiswa asal Malang itu membuat kreasi wayang kertas dengan teknik “doodle art” dan mengambil tema batik. Dia juga memadukan nuansa modern dan tradisional.
“Kegiatan ini sangat bagus dan menginspirasi. Karena jurusan saya juga berkaitan dengan ini,” kata mahasiswi jurusan Fashion dan Desain itu.
Hal yang sama juga diungkapkan Nindira Novandri (19). Pasalnya, merangkai Doodle art Wayang Punakawan merupakan pengalaman pertamanya. Ia menuturkan jika kegiatan tersebut lebih seru karena mahasiswa diajak untuk berkreasi dan kreatif untuk membuat wayang lebih menarik.
“Jarang banget sih aku lihat kegiatan ini dalam ospek. Biasanya kan baris berbaris. Jadi lebih suka yang ada art-nya. Apalagi ini diajak berkreasi kita-kita nya,”ungkapnya. [ina]

Tags: