Pedagang Asongan Terminal Nganjuk Naik Haji

Rodiah pedagang asongan yang menabung selama 18 tahun akhirnya berangkat ke tanah suci, diiringi isak tangis haru sanak saudaranya.(ristika/bhirawa)

Rodiah pedagang asongan yang menabung selama 18 tahun akhirnya berangkat ke tanah suci, diiringi isak tangis haru sanak saudaranya.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Di antara 631 jamaah calon haji asal Nganjuk yang diberangkat oleh Bupati Nganjuk Drs Taufiqurrahman, terdapat nama Rodiah, sosok inspiratif yang tinggal di Jl. Imam Bonjol Kelurahan Payaman Kecamatan Nganjuk. Nenek kelahiran 63 tahun silam, yang sehari-harinya sebagai pedagang asongan di terminal bus Nganjuk itu akhirnya berangkat ke tanah suci setelah, menunggu selama enam tahun.
Banyak orang tidak mengira jika pedagang asongan mampu pergi ketanah suci, Rodia yang berjualan keliling sejak tahun 1979 mampu mengunjungi tanah suci. “Setiap harinya saya berjalan, keliling terminal membawa barang dagangan berupa krupuk dan kacang dengan sepedah ontelnya,” tutur Rodia saat ditanya Bhirawa.
Berkat kegigihan Rodiah, dalam menghadapi kerasnya kehidupan, dirinya telah mendaftar sebagai peserta jamaah calon haji pada tahun 2009. Kemudian Rodiah bersama jamaah yang lain berangkat ke tanah suci tahun pada kelompok terbang 59. “Saya memang punya impian yang kuat untuk pergi ketanah suci,” ucap Rodiah pendek sambil menitikkan air mata haru.
Sambil menunggu keberangkatan, Rodiah juga bercerita bagaimana dia menjalani rutinitasnya. Wanita pekerja keras ini mengawali harinya dengan bangun pagi sekitar pukul 03.00 Wib kemudian melakukan aktivitas sholat subuh.
Setelah itu ia bergegas berangkat menuju ketempat dimana biasanya angkutan pedesaan dan bus mangkal untuk menawarkan barang daganganya. “Saya mulai menabung dan punya tekad naik haji pada tahun 1997, sejak itu saya terus mengumpulkan uang untuk saya tabung,” ujar Rodiah saat menuju Pendopo Kabupaten Nganjuk.
Rodiah juga mengaku jika sepulang dari tanah suci, dia akan tetap menjalankan rutinitasnya sebagai asongan di terminal bus. Karena dari berdagang asongan dirinya dapat terbang ke rumah Allah. “Pulang haji ya saya akan tetap berjualan keliling, karena itu kehidupan saya,” kata Rodiah didampingi anak-anaknya.
Keberangkatan Rodiah ke tanah suci tahun ini sempat membuat tetangganya tidak percaya. Karena dalam keseharian, Rodiah hidup sangat sederhana dan hanya sepeda ontel tua yang dimilikinya yang setiap hari menemaninya berjualan kerupuk dan kacang di terminal bus Nganjuk.
Saat akan berangkat menuju Pendopo Kabupaten Nganjuk, tetangga dan sanak saudara meneteskan air mata mengiringi kepergian Rodiah ke tanah suci. Isak tangis mereka mengandung banyak harapan bahwa Rodiah menjadi bias haji yang mabrur dan diridhoi Allah SWT. [ris]

Tags: