Pedagang Ikan Asin Keluhkan Mahalnya Garam Krosok

Warga Mayangan Probolinggo menjemur ikan asin walaupun garam mahal. [Wap]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Mahalnya harga garam krosok di Kota Probolinggo berimbas pada industri ikan asin. Para pengusaha ikan asin, terpaksa merogoh kocek dalam-dalam karena meroketnya harga garam yang semakin langka. Sedangkan Pemerintah kabupaten Probolinggo akan menambah lahan garam dengan sistem geo isolator.
Seperti yang dialami pada sentra produksi ikan asin, Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, kota Probolinggo. Puluhan pemilik industri rumahan ikan asin mengeluh dengan kenaikan garam krosok yang saat ini terjadi. Dalam sebulan terakhir, mereka mengaku kesulitan bahan baku garam yang menjadi komponen utama pembuatan ikan asin.
Saat ini, satu karung berisi 50 kilogram garam krosok harus dibeli dengan harga Rp.220 ribu. Padahal sebelumnya, satu karung hanya dibeli seharga Rp.50 ribu. Satu sak garam biasanya digunakan untuk mengasinkan ikan sebanyak 150 kilogram ikan berbagai jenis. “Naiknya gak wajar, tak hanya itu garamnya sulit didapat,” tutur Fatimah pembuat ikan asin di Mayangan Senin 31/7.
Meski harga garam naik tinggi, produsen mengaku tak mau menaikkan harga ikan asin. Saat ini, rata-rata mereka menjual ikan asin seharga Rp. 35 ribu per kilogram. Agar tetap memproduksi ikan asin, mereka harus menambah modal untuk bertahan.
Demikian pula di kabupaten Probolinggo, produksi pengasinan ikan di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan. Karena dampak mahalnya harga garam, kini pruduksi menurun drastis hingga 50 persen.
“Sulit untuk mensiasati jika harga garam masih mahal, karena garam merupakan bahan utama untuk pengasinan ikan. Jalan keluarnya terpaksa kita menurunkan produksi. Sedangkan harga garam fari petambak sekarang saya Ambil Rp 4.000, yang sebelumnya hanya Rp 1.700 per kilo gramnya,” ujar Siti Saleha pemilik usaha pengasinan ikan di Kali buntu.
Setiap harinya biasanya mampu memproduksi 1 ton ikan asin, saat ini produksinya menurun drastis, ia hanya mampu memproduksi 3 kwintal saja. Dan itu sudah terjadi bebrepa bulan terakhir sejak mahalnya harga garam, akunya.
“Satu kali produksi itu butuh 4 kwintal garam, harganya Rp 2.000.000. jadi kita itu gak mampu untuk menutupinya, ditambah mahalnya harga ikan. Karena ikan asin yang saya produksi ini, berbagai jenis ikan,”paparnya
Secara terpisah Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo, Dedy Isfandi mengatakan, akan melakukan evaluasi terkait kelangkaan dan mahalnya harga garam di Probolinggo. Salah satunya, untuk menambah lahan garam dengan sistem geo isolator.
Menurut Dedy, geo isolator adalah sebuah lahan garam geo isolator menggunakan terpal. Yang berfungsi untuk mempercepat proses pembuatan garam dan menambah hasil produksi. Dengan geo isolator itu, proses panen garam akan lebih cepat, karena dibawah hamparan garam dilapisi terpal, jadi pengeringannya lebih cepat,” jelasnya.
Nantinya sistem geo isolator akan disebar di beberapa tempat pada kelompok tani garam di Kabupaten Probolinggo. Namun, Dedy tidak merinci ada berapa tambak garam yang akan difasilaitasi sistem geo isolator itu. “Kami masih mengajukan ke pemerintah pusat, karena fasilitas masuk dalam anggaran APBN,” tandasnya.
Hingga 26 Juli 2017, asumsi produksi garam mencapai 900 ton yang diperoleh dari 400 petani garam di Kabupaten Probolinggo, tahun ini target produktivitas garam di Kabupaten Probolinggo mencapai 80 ton per hektar per tahun dengan luasan lahan 315,3 hektar di 4 (empat) kecamatan sentra garam meliputi Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton, tambahnya. [wap]

Tags: