Pedagang Kuliner Sidoarjo Naikkan Harga Dagangan

Konsumen menikmati kuliner dengan rasa pedas, saat harga cabai sedang mahal-mahalnya. [alikus/bhirawa]

(Harga Cabai Mahal)
Sidoarjo, Bhirawa
Melonjaknya harga cabai di pasaran membuat sejumlah pedagang makanan di Kota Sidoarjo mengeluh. Mereka terpaksa menaikan harga makanan, karena harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Sidoarjo, per kilogramnya mencapai Rp100 Ribu.
Kondisi ini salah satunya dirasakan H Redy, pemilik Ceker Lapindo, masakan yang selalu menggunakan bahan baku cabai sebagai bahan pokok masakannya. Saat ditemui di warungnya, beberapa waktu lalu, yang ada di selatan Lapas Sidoarjo, dia mengeluhkan harga cabai yang semakin tidak terkontrol hingga saat ini.
”Sampai saat ini harganya melambung tinggi sampai Rp100 ribu. Bagi kami itu sangat berat. Karena masakan kami banyak memakai cabai untuk menjaga resep,” keluh H Redy.
Menurut pria berusia 53 tahun ini, untuk bahan utama masakannya yang dikenal dengan pedasnya itu, ia setiap hari membutuhkan cabai sebanyak 25 hingga 30 Kg. Meski demikian, meski harga cabai mahal, H Redy mengaku tidak akan mengurangi bahan utama masakannya itu. Sebab, selama ini konsumen sudah mengenal jika masakan Ceker Lapindo identik dengan pedasnya. ”Kami tidak akan merubah resep. Kami takut pelanggan jadi kabur,” katanya
Untuk menjaga rasa pedas pada Ceker Lapindo, H Redy mengaku terpaksa menaikan harga per porsinya. Jika sebelum harga cabai mahal, untuk satu porsi Ceker Lapindo senilai Rp16 Ribu. ”Sekarang kami naikan menjadi Rp18 Ribu per porsi. Tapi jika harga cabai nanti turun, harga per porsi akan ia turunkan seperti semula. H Redy berharap, pemerintah segera bisa mengatasi harga cabai kembali normal seperti sebelumnya.
Kondisi serupa juga dikeluhkan Wito (52), pedagang Sego Sambel yang berada di Perum Magersari Kota Sidoarjo. Dia juga mengeluh dengan naiknya harga cabai yang terlalu tinggi.
”Dengan kenaikan harga cabai terlalu tinggi di Sidoarjo ini sangat memberatkan pedagang makanan seperti kami,” katanya.
Meskipun harga cabai mahal, dia mengaku tetap menggunakan cabai kualitas baik, karena makanan yang dijual menonjolkan sambelnya. Kalau ia mengurangi cabainya, mungkin sambelnya kurang enak.
”Untuk menjaga pelanggan, kami tetap memakai cabai yang baik,” terang Wito.
Wito menambahkan, setiap harinya dia membutuhkan cabai rawit sekitar 30 hingga 35 Kg, dan cabai besar sekitar 10 hingga 15 Kg.
”Kami berharap pemerintah segera bisa menurunkan harga cabai agar para pedagang kecil seperti kami ini bisa terus berdagang dan dapat untung,” pungkasnya.
Menurut Kepala Bidang Pasar Dinas Perdagangan Kab Sidoarjo, Nawari SH MSi, kenaikan harga cabai tersebut dikarenakan karena saat ini cuaca hujan yang tidak normal. Sehingga banyak merusak tanaman cabai dan menjadi busuk. Akibatnya stock di pasaran kurang.
”Mereka menaikkan harga cabai itu mungkin realistis karena itu, mereka kulakan dengan harga tinggi juga, nanti harga cabai akan turun kembali normal, bila cuaca juga normal,” komentarnya belum lama ini.
Dengan masih mahalnya harga cabai, diakui Nawari wajar bila ada pedagang kuliner yang menaikkan harga. Tapi menurut pendapatnya jangan terlalu mahal. Karena produknya itu banyak untuk konsumen menengah kebawah.
”Nanti bila harga cabai sudah turun lagi, ya saya harap harga makanan kuliner juga turun seperti semula,” ujarnya. [kus]

Tags: