Pegiat HAM dan Seniman Kecewa Kasus Munir Tak Tuntas

Para pegiat HAM dan seniman dari berbagai daerah saat memperingati 10 tahun kematian pejuang HAM Munir di Omah Munir Kota Batu, Minggu (7/9).

Para pegiat HAM dan seniman dari berbagai daerah saat memperingati 10 tahun kematian pejuang HAM Munir di Omah Munir Kota Batu, Minggu (7/9).

Batu, Bhirawa
Para pegiat HAM, para tokoh dan seniman nasional berkumpul dalam peringatan 10 tahun kematian pahlawan HAM, Munir Said Thalib di Omah Munir yang digelar di Jl Bukit Berbunga Kota Batu, Minggu (7/9). Mereka kecewa dan menyayangkan tidak adanya aksi tuntas dalam mengungkap siapa dalang atas pembunuhan Munir tersebut.
Diungkapkan oleh istri Munir, Suciwati, hingga saat ini tidak ada progress sesuai harapan mereka dalam mengungkap siapa dalang sebenarnya pada kasus pembunuhan Munir. “Sepertinya ada ketakutan untuk mengungkap siapa aktor dan dalang sebenarnya dalam pembunuhan Munir ini,”ujar Suciwati saat ditemui di Omah Munir, Minggu (7/9).
Padahal, kata Suciwati, sangat besar animo dari masyarakat di berbagai daerah untuk segera mengetahui dan mengungkap dalang dari pembunuhan Munir. “Tak hanya dari tokoh nasional dan daerah, dukungan juga datang dari masyarakat luar negeri. Namun penanganan kasus Munir ini seolah sudah tuntas. Padahal masih ada aktor yang ikut terlibat dalam kasus ini, ternyata tidak dimasukkan oleh jaksa dalam persidangan,” ungkap Suciwati dengan nada kecewa.
Kekecewaan Suciwati bertambah ketika ia menerima pernyataan dari wakil presiden terpilih saat ini, Jusuf Kalla (JK). Saat itu JK menyatakan bahwa kasus pembunuhan Munir sudah selesai. Menurut Suciwati, pernyataan JK tersebut menunjukkan bahwa JK tidak paham terhadap kasus pembunuhan Munir.
“Karena dia (JK) tidak memahami kasusnya, jadi kalau dia bikin statemen, apakah dia paham soal temuan TPF (Tim Pencari Fakta) Munir? Apakah dia juga menanyakan ke Komnas HAM tentang Muhdi menjadi tersangka?” tambah Suciwati.
Ia menjelaskan bahwa Komnas HAM telah membuka persidangan kembali terkait kasus pembunuhan Munir. Hal itu yang perlu dipahami JK karena pernyataan JK itu cerminan pemimpin yang tidak melakukan cek and ricek. “Untuk itu pula kita (pendukung Munir) harus terus berjuang melawan lupa yang terjadi di negeri ini,”ujar Suciwati.
Senada dengan Suciwati, pegiat HAM Malang Raya Luthfi J.Kurniawan mengatakan, dalam dua periode pemerintahan SBY  hanya sensitif terhadap isu. Artinya selama 10 tahun tidak ada aksi nyata untuk mengungkap siapa dalang dari pembunuhan Munir.
“Karena itu, dalam masa transisi pemerintahan kali ini, pemerintahan baru yang akan terbentuk saya harap tidak tersandera oleh kepentingan orang-orang dan kelompok tertentu,”ujar Lutfhi. Apalagi, masih ada orang-orang yang mengetahui atas kasus pembunuhan Munir ini masih berjibaku dalam masalah politik.
Sementara, mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Mukti Fajar melihat  kasus ini tak akan pernah terungkap jika tidak ada pihak yang berani melakukannya. “Namun demikian sebagai guru (dosen) Munir sejak menjadi aktivis mahasiswa hingga menjadi pejuang HAM, saya sudah bangga terhadap apa yang ditempuh Munir,”ujar Mukti Fajar yang juga menjadi Guru Besar di Universitas Brawijaya Malang. [nas]

Tags: