Pejuang Belia Peraih Nobel Perdamaian

malalaResensi Buku
Judul Buku    : I am Malala; Menantang Maut di Perbatasan Pakistan-Afganistan
Penulis              : Malal Yousafzai & Christina Lamb
Penerbit           : Mizan
Cetakan           : Pertama, 2014
Tebal                  : 386 halaman
Peresensi        : Supriyadi
Pengamat Sosial Pada Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta

Adalah Malala Yousafzai, seorang gadis belia kelahiran Pakistan, 12 Juli 1997. Pada masa remajanya ini, dia dihadapkan oleh teror yang mengintai dirinya. Bahkan dia telah diburu karena telah menyuarakan hak-hak pendidikan bagi anak-anak perempuan. Ketika berada di dalam sebuah bus, seorang masuk dan mencari Malala kemudian menembaknya.
Penembakan merupakan suatu hal yang sangat mengerikan. Penembakan terkait dengan peperangan, pembunuhan, atau bahkan kriminalitas. Namun demikian, pada kenyataanya, penembakan adalah sebuah hal yang sangat menakutkan. Apalagi, penembakan tersebut memakan korban seorang remaja perempuan berusia 14 tahun, Malala Yousafzai. Sungguh hal itu merupakan kekejaman yang nyata.
Itulah secarik kisah yang ditulis oleh Malala dengan bantuan seorang jurnalis Inggris, Christina Lamb dalam bukunya yang berjudul “I am Malala”. Dalam buku tersebut, Malala menguraikan memoar keterancamannya dan sekaligus mengulas perjuangannya, mengapa dia bisa ditembak padahal dia adalah seorang perempuan yang masih di bawah umur.
Meski Malala adalah seorang gadis belia di bawah umur, ternyata perjuangan dan keberaniannya secara lantang menyuarakan hak pendidikan bagi anak-anak perempuan telah menyinggung gerakan Taliban di Pakistan. Oleh karena itu, di suatu bus yang mengangkut anak-anak pulang sekolah, Malala pun mendapatkan tembakan secara tragis oleh salah seorang anggota Taliban yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu.
Pelaku penembakan adalah anggota dari gerakan ekstremis-radikalis Taliban. Menurut Hendri F. Isnaeni, Taliban yang ada di Pakistan bukanlah Taliban yang diperangi oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Afganistan. Mereka mengadopsi nama Taliban karena memang dekat dengan kelompok yang menguasai Afganistan sejak 1996 itu. Taliban bermarkas di Waziristan Selatan, daerah semi-otonomi yang dikuasai suku-suku lokal di sepanjang perbatasan Pakistan dan Afganistan.
Kelompok Taliban Pakistan ini membenci kedekatan hubungan antara Pakistan dan Barat. Mereka juga membangun kekuatan bersama Taliban yang ada di Afganistan, meskipun pada dasarnya tujuan dari kedua kelompok Taliban tersebut berbeda. Jika Taliban Afganistan menginginkan pembebasan dari penindasan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, maka Taliban Pakistan tidak demikian, tetapi menargetkan Pakistan sendiri sebagai pihak yang harus ditundukkan.
Taliban Pakistan ini juga mengeluarkan dekret larangan bagi anak-anak perempuan untuk bersekolah dan pergi ke pasar. Dengan demikian, banyak warga Pakistan ketakutan karena larangan tersebut karena mendapatkan ancaman. Namun demikian, Malala hadir untuk menentang larangan tersebut. Malala tetap pergi ke sekolah dan memperjuangkan hak-hak bagi anak-anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang sama.
Akibat yang dipertaruhkan Malala itu ternyata memang harus dibayar mahal dan mengancam nyawanya. Malala pun ditembak pada 9 Oktober 2012 lalu. Sebuah bus sekolah yang mengantarkan anak-anak pulang dari sekolah pun diberhentikan oleh seorang penembak dari Taliban. Penembak itu pun menargetkan Malala sebagai objeknya karena telah lantang berani menentang Taliban.
Meskipun kasus penembakan terhadap Malala tersebut menuai banyak pemberitaan kontroversial, tetapi yang jelas secara nyata adalah bahwa Malala seorang yang berani dalam memperjuangkan hak-hak bagi anak-anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak di Pakistan. Tidak main-main, bahkan Malala telah mempertaruhkan nyawanya demi apa yang diperjuangkannya tersebut.
Perjuangan dan keberanian Malala tersebut pun mendapatkan simpati dunia. Malala berhasil memperoleh penghargaan Internasional Children’s Peace Prize tahun 2011 dengan berada di posisi runner up. Tidak hanya itu, Malala juga berhasil meraih nominasi Nobel Prize 2012 dan Person of The Year 2012. Malala juga menerima National Peace Award dari Perdana Menteri Raza Gilani. Yang terbaru, pada 2014 ini, Malala berhasil meraih penghargaan nobel perdamaian.
Berbagai penghargaan yang diterima oleh Malala tersebut mengukuhkan dirinya sebagai perempuan belia yang berpengaruh di dunia. Dia telah menunjukkan keberaniannya untuk pendidikan bagi kaum perempuan. Hanya saja, keberaniannya itu penuh dengan risiko; tembakan pada kepalanya. Namun demikian, dialah pejuang bagi anak-anak perempuan untuk pendidikan.
Perjuangan Malala tersebut sangat menginspirasi dunia. Keberaniannya dalam mempertaruhkan nyawanya sendiri demi perjuangan untuk pendidikan itu telah menuai banyak simpati masyarakat dunia. Tidak hanya itu, namanya pun dikenang sebagai simbol perlawanan, perjuangan, dan keberanian dalam membela anak-anak perempuan agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Hal itu pun membuat gerakan radikal Taliban di Pakistan sangat murka yang menganggap Malala berpikiran sekuler dan pro-Barat.
Akhirnya, dengan membaca buku yang berjudul “I am Malala” ini, para pembaca diajak untuk menyelami kisah perjuangan dan keberanian Malala Yousafzai, gadis belia yang memiliki pengaruh besar dalam perjuangannya yang gigih. Dia berani mempertaruhkan nyawa demi perjuangannya menuju kebenaran. Dia adalah pahlawan kecil yang menjadi simbol keberanian dalam melawan ketidakadilan dan kebrutalan. Secara tersirat, perjuangan Malala itu juga menjadi keteladanan bagi seluruh masyarakat dunia untuk turut berjuang dalam menegakkan sendi-sendi keadilan dan pendidikan yang layak.

                                                                   ———————— *** ————————-

Rate this article!
Tags: