Pekerja Sosial Tak Sebanding Dengan Jumlah Persoalan

Kepala Dinas Sosial Kota Malang Dra. Sri Wahyuningtyas,M.Si saat mengisi materi pada kuliah tamu di Theater Dome UMM.

Kepala Dinas Sosial Kota Malang Dra. Sri Wahyuningtyas,M.Si saat mengisi materi pada kuliah tamu di Theater Dome UMM.

Kota Malang, Bhirawa
Persoalan sosial di Kota Malang terbilang cukup pelik. Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), yang meliputi gelandangan, pengemis, anak jalanan, kekerasan anak, kekerasan seksual, kemiskinan, pendidikan, dan ekonomi, semuanya membutuhkan perhatian serius.
Sri Wahyuningtyas, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Malang, mengutarakan, anak jalanan di Malang meningkat jumlahnya dan berasal tak hanya dari Malang, melainkan dari berbagai daerah.
Berdasarkan data Dinsos, jumlah fakir miskin di Kota Malang mencapai 36.000, juga terdapat 227 anak jalanan, 1800 gelandangan dan pengemis, dan 5 korban bencana alam.
Hal ini disampaikan Sri Wahyuningtyas pada kuliah tamu program studi (Prodi) Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bertema “Potret Masalah Sosial di Kota Malang” yang digelar di Theater UMM Dome, Kamis 17/11 kemarin.
Sayangnya, lanjut Sri, saat ini Dinsos hanya memiliki 5 pekerja sosial. Dibandingkan permasalahan yang ada, jumlah ini tak sebanding. Karenanya, wanita yang kerap dipanggil Bu Yuyun itu, berharap Prodi IKS UMM bisa menjadi pendamping masyarakat dalam melaksanakan program yang telah dirancang oleh Dinsos maupun Kementerian Sosial.
Program tersebut di antaranya perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), Program Keluarga Harapan (PKH), Kelompok Usaha Bersama (Kube), demikian pula menambah sarana prasarana lingkungan.
“Beberapa tugas pendamping misalnya sebagai pengontrol kesehatan ibu hamil untuk rutin memeriksakan kandungan ke puskesmas. Jika ada keluarga yang memiliki anak sekolah, apakah anak sudah sekolah aktif. Lalu untuk program Kube, juga pendampingan apakah dana yang diturunkan Kemensos terpakai dengan tepat. Sukses tidaknya program Dinsos dan Kemensos juga tergantung pada tingkat pendampingan yang dilakukan,” tukas Yuyun.
Sementara itu, ketua Prodi IKS UMM, Oman Sukmana menguraikan mahasiswa IKS akan difokuskan untuk terjun menangani permasalahan sosial di Malang Raya. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum, penelitian, dan skripsi akan diarahkan di Malang Raya. Sampai saat ini, alumni Prodi IKS UMM sudah ada yang bekerja di Dinsos dan Kemensos.
“Orientasinya pada 5 hal. Mahasiswa akan disiapkan menjadi analis kebijakan sosial, pekerja sosial masyarakat/ komunitas, manajer lembaga pelayanan sosial, konselor psikososial, dan peneliti sosial. Tidak hanya menggarap lingkungan fisik, tapi lulusan IKS juga akan menggarap lingkungan non fisik, perilaku, kehidupan sosial, dan ekonomi masyarakat,” pungkas Oman. [mut]

Tags: