Pekerjakan Ratusan Masyarakat Pinggiran, Raup Omzet Ratusan Juta per Bulan

Para karyawan UD Slamet Desa Pokaan Kecamatan Kapongan Situbondo yang didominasi kaum perempuan sedang memperhalus tusuk sate dari bambu sebelum diekspor ke Singapura dan India kemarin.[sawawi]

Fery, Pemuda Desa Situbondo yang Mampu Mengekspor Tusuk Sate ke Singapura dan India
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Di mata kolega, teman dan kawan seangkatan sekolahnya puluhan tahun yang lalu, sosok Fery tidaklah terlalu mencolok seperti pria sukses kebanyakan. Kala itu Fery kecil dikenal memiliki tekat baja dalam setiap memenuhi keinginan dan cita- citanya. Setelah tuntas mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi, Fery lebih memilih bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengepakan ikan salm dan udang (hictery) di Landangan Kecamatan Kapongan Situbondo. Dari tempat kerja inilah, Fery memiliki ide dan inisiatif kelak untuk memiliki usaha sendiri. Dan akhirnya kini dia terbukti memiliki usaha pembuatan tusuk sate dari pohon bambu hingga tembus ekspor ke Singapura dan India.
Secara runtut Feri menceritakan awal perjalanan rintisan usaha pembuatan tusuk sate dari bambu yang ia dirikan sejak 2000 silam. Berarti, usaha Fery kini sudah berjalan sekitar 17 tahun, mirip usia anak yang baru memasuki remaja.
Dengan bermodalkan dana seadanya, Fery kala itu membuat sendiri tusuk sate dari bambu dan ia edarkan sendiri ke tetangga dan warga yang memiliki hajatan perkawinan. “Dari sana saya mulai dikenal sebagai pemuda pembuat tusuk sate dari pohon bambu,” kenang Fery kemarin.
Seiring perjalanan waktu, Fery lambat laun bisa menambah jumlah produksi tusuk sate karena animo dan pemesanan warga desa setempat mulai meningkat. Dengan dibarengi tekat dan doa kepada Sang Ilahi, bisnis pembuatan tusuk sate buatan Fery semakin dikenal hingga ke tetangga desa dan luar Kabupaten Situbondo. “Orderannya kian hari kian meningkat. Makanya saya kala itu mengajak warga pinggiran Desa Pokaan untuk bersama-sama membuat tusuk sate,” aku Fery.
Rupanya, desain tusuk sate buatan Fery mendapat perhatian dari kolega kerjanya di pabrik udang Situbondo. Saat ada peluang besar itu, Fery mulai mengajak kerjasama para mitra kerja pabrik udang untuk transaksi tusuk sate hasil buatannya. Setelah diberi contoh tusuk sate hasil buatan UD Slamet, rupanya importir asal Singapura tertarik dan terjalinlah MoU untuk melakukan pembelian secara besar-besaran. Setelah dikenal di Singapura, sambung Fery, tusuk sate buatan UD Slamet lalu diminta pengusaha asal India. “Hingga saat ini kami masih melakukan kerjasama ekspor tusuk sate ke Singapura dan India. Alhamdulillah semua berjalan lancar,” papar Fery.
Seiring besarnya permintaan tusuk sate, bisnis Fery kian berkembang. Jumlah tenaga kerja juga bertambah.  Jika     semula hanya mampu mempekerjakan 5 karyawan, kini sudah bisa mempekerjakan 250 karyawan. Dengan penyerapan angka pekerja sebanyak itu, kini salah satu impian Fery sudah mulai tercapai yakni membantu pekerjaan warga desa setempat saat musim paceklik datang.
Feri mengaku tiap bulan mengeluarkan dana sekitar Rp 30 juta untuk membayar gaji seluruh karyawan dan omzet pendapatan bersih usahanya berkisar Rp 50-100 juta per bulan. “Jadi selain melayani pesanan lokal, kami mengirim ke restoran dan rumah makan berikut pabrik-pabrik di Situbondo dan luar Situbondo,” ungkap Fery seraya mengakui jenis tusuk yang dijual harganya bervariasi.

Tags: