Pelabuhan Baru Kota Probolinggo Menuju Shadow of Singapore

Gubernur Khofifah siap kembangkan pelabuhan Probolinggo.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Kota Probolinggo merupakan sebuah obsesi bagi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Sebuah mimpi besar menjadikan Pelabuhan Baru Probolinggo sebagai Shadow of Singapore dengan memiliki sea port yang kedalamannya sama dengan pelabuhan Singapore, menjadi salah satu keinginan orang nomor satu di Jawa Timur itu. Sejauh ini, sudah ada tiga institusi yang presentasi tentang pengembangan Pelabuhan Baru di Probolinggo. Namun gubernur belum mendiskusikan secara komprehensif.
Khofifah bersyukur Allah memberikan anugerah pulau-pulau di Madura di antara pelabuhan sebagai breakwater, sehingga sedimentasi sangat kecil. Hal itu diutarakan Khofifah saat melakukan kunjungan kerja ke Pelabuhan Baru Probolinggo, Jumat 14/2/2020 siang. Kunjungan ini bagian dari pengembangan pelabuhan Probolinggo sebagai wujud realisasi Perpres nomor 80 tahun 2019.
“Di dalam Perpres 80 tahun 2019, Jawa Timur membutuhkan koneksitas yang harus kami lakukan percepatan pembangunannya. Ini harus disosialisasikan dan disinkronkan dengan berbagai perencanaan yang berjalan,” jelas Khofifah, yang kehadirannya disambut Wawali Mochammad Soufis Subri serta anggota forkopimda.
Khofifah menjelaskan, pengembangan pelabuhan di Probolinggo ini sangat besar sekali. Untuk itu, potensi dan jejaring di Kota/ Kabupaten Probolinggo menjadi konektivitas tol laut yang dirancang Presiden Joko Widodo.
Kebutuhan dana perlu dilihat pada proses perencanaan berikutnya. Pendanaan dalam perpres tidak sebesar yang direncanakan, maka perencanaan ini akan mengalami penyesuaian. Dalam sisi pariwisata Bromo Tengger Semeru, lanjut Khofifah, ada cruise yang merapat namun di tahun ini mengalami penurunan.
Di Kota Probolinggo, ada kebutuhan untuk meluaskan area, fungsi, digitalisasi proses yang ada di kedermagaan, bea cukai dan banyak hal lain di Pelabuhan Baru sesuai Perpres 80 tahun 2019. Terkait pariwisata, pengembangan yang dilakukan adalah Bromo Tengger Semeru dengan sasaran cruise dari Eropa.
“Sesungguhnya kita bisa menjual banyak titik destinasi wisata. Tidak hanya Bromo dan Gili. Kami bergarap ada koneksitas BTS dan wisata lain seperti Ijen dan wisatawan menambah lama tinggal di Jawa Timur. Tidak hanya sekadar luasan area tapi juga destinasi wisata di Jawa Timur kita sinkronisasikan,” jelas Gubernur Khofifah.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur Nyono menjelaskan, Pelabuhan Baru ini dibangun karena dampak lumpur Lapindo dan back up dari arah timur. Pelabuhan di kota ini punya keistimewaan terletak di posisi strategis, dilindungi kepulauan Madura sebagai breakwater dengan gelombang tidak lebih dari 1,5 meter dan sedimentasi kecil serta ada koneksitas dengan tol.
Di Kota Probolinggo ada tiga pelabuhan yaitu Pelabuhan Tanjung Tembaga, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan dan Pelabuhan Baru. Fasilitas Pelabuhan Baru yang dikelola PT DABN (Delta Artha Bahari Nusantara) ada gerbang, ground tank, pemadam kebakaran, jembatan timbang, lapangan penumpukan.
Saat ini aktifitas di Pelabuhan Baru ada direct bongkar tapioka dari Thailand milik CJI Pasuruan. Dalam satu bulan ada 40 kapal, 68 ship call dengan 15 pengguna. Pendistribusian lewat Pelabuhan Baru disebut 32 persen lebih hemat dari pada Pelabuhan Tanjung Perak. Rencana pengembangannya, pelabuhan ini jadi pusat logistik Jawa Timur bahkan nasional.
Untuk mendukung pengembangan pelabuhan, ada area industri di Kota Probolinggo seluas 500 ha dan Kabupaten Probolinggo 1000 ha. Terkait cruise, belum bisa bersandar lantaran di dermaga dua ada kapal batu bara. Rencananya, batu bara akan dibpindah ke dermaga satu tapi harus diperkuat dulu dengan kedalaman minimal 12 meter.
Menanggapi tentang rencana pengembangan pelabuhan tersebut, Khofifah punya pesan. “Pemerintah daerah bisa berkoordinasi dengan warga sekitar agar mereka bisa melihat ini (upaya pengembangan) adalah bagian dari masa depan mereka,” tambah Gubernur Khofifah.(Wap)

Tags: