Pelabuhan Probolinggo Dipenuhi Pemudik, Warga Madura Pilih Naik Perahu

Warga Madura mudik pakai perahu dari pelabuhan Tanjung Tembaga.

Probolinggo, Bhirawa
Tradisi mudik lebaran sudah bukan menjadi hal yang istimewa lagi tapi sudah menjadi kewajiban, lebaran menjadi pilihan tidak twerkecuali bagi warga Madura yang merantau di Probolinggo untuk kembali ke kampung halamannya. Untuk mudik mereka lebih memilih menggunakan perahu dibandingkan transportasi darat.
Mulai beberapa hari kemarin pelabuhan Tanjung Tembaga Mayangan, Kota Probolinggo maupun di pelabuhan Kalibuntu Kraksaan sudah dipenuhi oleh pemudik asal Pulau Madura. Rata-rata para pemudik ini berasal dari Pulau Kambing Kabupaten Sampang. Mereka mudik dengan menggunakan perahu nelayan pencari ikan, ada pula yang menggunakan kapal motor angkutan barang. Perahu motor itu rata-rata bisa mengangkut 50 orang penumpang.
Warga lebih suka menggunakan angkutan laut karena lebih hemat dari segi ongkos. Untuk perjalanan selama 6 jam dari Probolinggo ke Sampang, pemudik hanya merogoh kocek Rp 10 ribu. Jika mereka membawa barang bawaan seperti sepeda motor, perabotan rumah tangga, pakaian dan kebutuhan lainnya, cukup membayar Rp 30 ribu.
Sementara jika menggunakan moda transportasi darat, setidaknya mereka harus menyediakan Rp. 80 ribu untuk tiket bus. Itupun memakan waktu sekitar 7 jam dengan catatan tidak mengalami macet di jalan raya. Jika macet dipastikan mereka akan lebih lama di perjalanan.
“Ongkosnya murah, kalau lewat darat tidak mungkin segitu ongkosnya, apa lagi barangnya banyak, mesti mahal ongkosnya. Selain itu bebas macet kalau lewat di lautan,” ujar Mohamad Fades, warga Pulau Kambing Kabupaten Sampang, Kamis 14/6.
Dem,ikian pula yang diungkapkan Solehuddin. Pria yang berjualan sate Ini, mengaku memang tidak semua warga Madura yang mudik lewat di lautan. Ada juga sebagian yang naik angkutan darat via jembatan Suramadu. Namun, kata dia, kebanyakan lebih memilih naik perahu melalui pelabuhan Probolinggo maupun pelabuhan Kalibuntu Kraksaan.
“Kalau dari desa kami kebanyakan lewat laut karena langsung bersandar di pulau kami. Kalau lewat darat masih oper lagi di Sampang untuk menuju desa kami. Jadi kalau pakai perahu lebih praktis dan lebih cepat,” terangnya.
Pada musim mudik Lebaran, menjadi momen para pemilik perahu dari Madura untuk meraup rejeki. Perahu mereka laris manis karena banyak warga, mudik menggunakan transportasi perahu karena ongkosnya terjangkau, ujar Mahruf pemilik kapal motor asal Mayangan Probolinggo.
Demikian pula dengan pelabuhan tradisional di Desa Kalibuntu, Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, mulai dipadati oleh pemudik. Jalur ini, rata-rata dimanfaatkan oleh mereka yang bekerja di Pulau Madura ke sejumlah daerah di Jawa Timur atau dari arah sebaliknya.
Sejumlah pemudik mengungkapkan, bahwa jalur ini merupakan jalan pintas bagi warga yang hendak pulang kampung dari Pulau Madura melalui Pelabuhan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan.
Mereka menggunakan jasa perahu motor menuju pelabuhan Kalibuntu dan sebaliknya dengan jarak tempuh sekitar 4 jam hingga 5 jam, dengan tarif dalam sekali perjalanan untuk tiap penumpang sebesar Rp. 30 ribu.
Dengan ongkos naik kapal motor sebesar itu, mudik menyeberangi Selat Madura dikatakan jauh lebih murah daripada jalur darat. Selain itu, jalur mudik ini bebas macet sehingga penumpang tidak perlu berdesak- esakan. Dibandingkan lewat Suramadu, ya lebih murah lewat sini mas, kelebihan lain mudiknya lancar, gak macet atau kepanasan akibat berdesakan” kata Zainal Arifin, salah satu pemudik.
Ia menambahkan, selama 4 tahun bekerja di Pulau Garam, sudah 3 tahun bersama keluarganya, tetap setia memanfaatkan jalur laut untuk mudik ke Probolinggo. “Kita selalu lewat sini, alhamdulillah tidak terjadi apa-apa meski naik kapal motor nelayan” tambah pemuda asal Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo itu.(Wap)

Tags: