Pelajar Asing dari 11 Negara Pentaskan Tari Kenjeran di Pamekasan

Pelajar dari 11 negara, mementaskan Tari Kenjeran,  tari kreasi tradisional Madura di Pamekasan,  Senin (1/6) malam.

Pelajar dari 11 negara, mementaskan Tari Kenjeran, tari kreasi tradisional Madura di Pamekasan, Senin (1/6) malam.

Kenalkan Budaya Madura
Pamekasan, Bhirawa
Pelajar dari 11 negara peserta program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) Kementerian Luar Negeri, Senin (1/6) malam mementaskan Tari Kenjeran, yakni kreasi tradisional Madura di area Monumen Arek Lancor, Pamekasan.
Para pelajar tersebut berasal dari Korea Selatan, Serbia, Vietnam, Slovakia, Fiji, Papua Nugini, Polandia, Jerman, dan Selandia Baru, Thailand serta Filipina. Mereka pentas dalam acara malam puncak ulang tahun kedua salah satu radio swasta di Pamekasan.
“Pementasan tari kesenian tradisional Madura oleh pelajar dari sebelas negara pada malam puncak hari ulang tahun ini dimaksudkan untuk menggugah semangat mencintai budaya Madura bagi masyarakat Madura sendiri, karena warga luar negeri saja mau mempelajari budaya Madura,” kata Direktur Radio Ada FM,  Suhartono.
Para pelajar dari 11 negara ini belajar musik dan tari tradisional Madura selama empat hari di Sanggar Seni Musik Putra Meonk. Pertunjukan para pelajar asing ini, disambut hangat hadirin. Bahkan mereka kagum, karena hanya dalam hitungan hari, mereka mampu menguasai tari tradisional Madura.
Tari Kenjeran ini menggambarkan kehidupan masyarakat nelayan di pesisir Pantai Kenjeran di Surabaya yang memiliki tradisi dan adat istiadat hampir sama dengan masyarakat nelayan di Pulau Madura.
Menurut pembina Sanggar Musik Putra Meonk Halifaturrahman, selain mempelajari tari kreasi, siswa asal luar negeri ini juga memelajari musik tradisional daul, dan lagu Madura. “Dan semua kesenian tradisional yang dipelajari itu bisa mereka kuasai dengan sempurna,” kata Mamang, sapaan karib Halifaturrahman.
Staf Ahli Bidang SDM Pemkab Pamekasan Kadarwati dalam sambutannya menyatakan, keinginan orang luar untuk mempelajari seni budaya Madura, menunjukkan bahwa jenis kesenian tradisional tersebut memiliki nilai yang patut dibanggakan. “Kita seharusnya sebagai putera daerah malu, karena orang luar saja, mau mempelajari kesenian dan kebudayaan kita,” katanya.
Selain mementaskan Tari Kenjeran,  siswa dari 11 negara ini juga mementaskan lagu Tandhuk Majheng, lagu berbahasa Madura yang berarti tiba dari melaut. Lagu ini dibawakan oleh pelajar asal Filipina Carmela dengan iringan musik daul yang dimainkan oleh pelajar asing lainnya.
Musik Tradisional Daul merupakan salah satu jenis musik tradisional yang kini digemari masyarakat di Pulau Garam itu. Jenis musik ini awalnya dikenal sebagai musik patrol, karena biasa dimainkan oleh warga saat hendak patroli keliling desa, pada bulan puasa untuk membangunkan warga makan pada waktu sahur.
Musik jalanan ini menjadi jenis musik yang populer saat terjadi pemadaman di semua kabupaten di Pulau Madura, akibat kabel listrik di bawah laut putus tersangkut jangkar kapal pada 1990-an. Saat itu, masyarakat banyak yang memainkan musik Daul tersebut.
Dalam perkembangannya, jenis musik ini tidak hanya terbatas pada musik jalanan, akan tetapi menjadi musik pentas, terutama pada perayaan karnaval dan pada akhir tahun pelajaran sekolah (imtihan). Jenis musik ini juga pernah dipentaskan di Istana Negara dalam rangka menyambut kunjungan kenegaraan Presiden Amerika Barack Obama pada 2010. [din]

Tags: