Pelajar Situbondo Terjang Sungai untuk Sekolah

Para siswa SDN I Campoan, Kecamatan Mlandingan harus terjun kesungai karena tidak adanya jembatan. Mereka juga bergantian untuk saling menggendong. [sawawi]

Yang Ironi Dari Puluhan Siswa SDN I Campoan Dalam Mendapatkan Ilmu Pelajaran
Situbondo, Bhirawa
Sejumlah siswa SDN I Campoan, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten Situbondo tiap harinya harus berjuang dengan susah payah untuk bisa sampai kesekolahnya saat menimba ilmu dari para gurunya. Mereka sudah kebal dengan terjangan arus sungai meski nyawa taruhannya.  Yang sangat ironis kondisi memilukan ini sudah bertahun tahun tidak diperhatikan Dinas Pendidikan (Dipendik) Kabupaten Situbondo.
Tak hanya kerasnya terjangan arus sungai yang harus ditaklukkan para siswa, terjalnya jalan yang curam serta tingginya jalan yang berbukit harus ditempuh untuk bisa sampai ke sekolah.  Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi proses belajar mengajar yang ada di Kota Situbondo.
Mengetahui kondisi ini, Sekretaris Pemkab Situbondo Syaifullah baru memberikan respon atas masalah yang dihadapi para siswa dipelosok desa Campoan tersebut. Mantan Kepala Bapeda ini berjanji akan memperioritaskan pembangunan jembatan agar para siswa tak menyeberang sungai lagi. “Kami menyadari sulitnya akses para siswa SDN I Campoan saat akan berangkat menimba ilmu di sekolah. Bahkan mereka harus menyeberang sungai,” ujar Syaifullah.
Syaifullah memastikan rencana pembangunan jembatan tersebut setelah dirinya usai bertemu unsur Pimpinan DPRD Situbondo, baru baru ini. Menurut Syaifullah, Bupati Dadang Wigiarto dan Wakil Bupati Yoyok Mulyadi, sangat menaruh perhatian serius terhadap dunia pendidikan di pedesaan. Oleh karena itu, lanjut Syaifullah, dirinya akan mengkroschek dokumen APBD 2017 terlebih dahulu. “Jika pembangunan jembatan penghubung ke SDN 1 Campoan ternyata tidak dianggarkan tahun 2017 ini, Pemkab akan memperioritaskan melalui APBD 2018 mendatang,” tegas Syaifullah.
Lebih jauh Syaifullah menegaskan, pemkab tak hanya fokus memperbaiki infrastruktur perkotaan, melainkan juga di pedesaan termasuk pemenuhan infrastruktur dunia pendidikan. Ini menyusul adanya puluhan siswa SDN 1 Campoan harus bertaruh nyawa untuk sampai ke sekolah. Mereka harus menyeberangi derasnya sungai, karena tidak adanya jembatan penghubung.
“Paling terasa saat musim penghujan seperti sekarang ini. Para siswa harus berhati-hati saat menyeberang. Jika debit airnya sewaktu-waktu membesar akan sangat membahayakan keselamatan siswa,” ujar Suyono, salah satu warga setempat.
Sulitnya akses ke sekolah, kata Suyono, membuat puluhan siswa SDN 1 Campoan itu tak satupun mengenakan sepatu. Mereka memilih mengenakan sandal, karena harus melewati jalan setapak yang dikelilingi tebing curam. Sebab dengan memakai sandal ke sekolah, kata dia, siswa akan lebih mudah saat akan menyeberangi sungai. “Rata rata siswa sini memakai sandal saat berangkat ke sekolah. Karena kalau memakai sepatu nanti akan basah saat akan melintasi sungai,” paparnya.
Sementara itu pihak SDN 1 Campoan setiap hari menugaskan dua hingga tiga orang guru, untuk berjaga di sungai saat siswanya akan menyeberang sungai. Bahkan sebagian siswa yang memiliki postur lebih besar harus menggendong teman sekelasnya, karena khawatir siswa yang lebih kecil bakal terseret arus sungai. “Ini gantian mas. Kadang siswa yang lebih tua menggendong adik kelasnya. Ini sudah kesadaran bersama,” ujar salah satu guru. [awi]

Tags: