“Pelajaran” Mudik Lebaran

Karikatur LebaranSelain kebahagiaan menyambut Idul Fitri, lebaran 2016 (1437 Hijriah) juga memberi “hikmah” pelajaran menghadapi lalulintas super sibuk. Diperlukan kelayakan kendaraan dan kesehatan fisik yang prima untuk menjalani perjalanan panjang. Kemacetan lalulintas dalam perjalanan bisa menyebabkan keletihan akut. Ditambah sirkulasi udara (oksigen makin menipis) dalam kendaraan ber-AC, bisa mengancam jiwa.
Kemacetan dalam perjalanan telah menjadi suasana rutin tiap libur panjang. Puncak kemacetan juga selalu terjadi pada tiap musim lebaran. Tetapi pada tahun ini, kepadatan semakin “menggila,” terutama pada trans-Jawa. Wilayah kabupaten Brebes, menjadi simpul utama kemacetan lalulintas trans-Jawa. Arus mudik dari arah barat ke timur bertumpu di jalan tol Brebes timur. Macet total selama berjam-jam. Di lokasi itu, terenggut 13 jiwa korban, karena kelelahan akibat macet.
Berdasar catatan Kementerian Kesehatan, korban jiwa merupakan ekses macet selama tiga hari puncak mudik (3-5 Juli 2016). Terdapat beberapa faktor menjadi penyebab terjadinya korban jiwa. Diantaranya, kelelahan dan kekurangan cairan (dehidrasi). Terutama pada kelompok rentan, yakni anak-anak dan lajut usia. Serta pemudik dengan riwayat penyakit kronis (hipertensi, diabetes, jantung) dapat meningkatkan risiko.
Pada situasi macet total, ruang dalam kendaraan (yang relatif sempit) dan tertutup, menyebabkan menurunnya kadar oksigen. Ditambah dengan pemakaian AC terus menerus bisa meningkatkan kadar karbon dioksida (CO2). Korban meninggal, merupakan penumpang kendaraan pribadi maupun bus umum angkutan lebaran. Rata-rata tidak tertolong saat dirujuk  ke rumahsakit, disebabkan dehidrasi akut.
Sebenarnya, cuaca sangat mendukung kenyamanan mudik. Tidak hujan, tidak juga terlalu panas. Awan sedikit menebal mengurangi terik panas matahari. Namun kemacetan panjang (sampai 5 kilometer) menyebabkan situasi tak menentu. Sopir dan penumpang hanya bisa pasrah. Itulah yang menyebabkan tekanan psikologis, terkungkung dalam ruang sempit kabin mobil. Emisi gas buang kendaraan (zat karbon) makin meningkat di area kemacetan.
Korban jiwa karena kemacetan panjang saat mudik lebaran, menjadi fenomena yang harus diwaspadai pada tahun berikutnya. Pada sisi lain, korban yang disebabkan kecelakaan lalulintas sangat berkurang. Dengan fenomena itu, niscaya diperlukan pengaturan pemerintah untuk mengamankan dan menyamankan mudik lebaran. Tidak hanya sekadar pengaturan lalulintas (buka tutup jalan). Melainkan fasilitasi lebih holistik, termasuk penambahan rest area (tempat istirahat).
Sebenarnya, fasilitasi kenyamanan ber-lalulintas mudik lebaran telah disediakan. Rest area juga telah dibangun di berbagai daerah, terutama pada lokasi padat lalulintas. Dilengkapi tukang pijat pula. Bahkan hampir seluruh lokasi jembatan timbang (yang tutup sementara) telah dijadikan rest area. Tetapi seiring pertambahan jumlah kendaraan, rest area tidak mencukupi. Lebih lagi di jalan tol, rest area sangat terbatas.
Boleh jadi, khusus di jalan tol, diperlukan pos rest area pada jarak setiap 5 kilometer. Walau sederhana, namun dilengkapi persediaan obat-obatan. Toh di setiap sisi kanan dan kiri jalan tol biasanya masih tersisa rumija (ruang milik jalan) cukup memadai. Usai masa mudik dan balik, pos rest area bisa dibongkar, atau dijadikan pos PJR (Polisi jalan Raya).
Ternyata, partisipasi masyarakat di sepanjang perjalanan sangat diperlukan. Selain instalsi Puskesmas di jalur mudik, perlu pula disiagakan karangtaruna siaga mudik. Pemerintah kabupaten dan kota  seyogianya meng-inisiasi karangtaruna siaga mudik lebaran, dengan supervisi Satpol PP tingkat kecamatan dan Polsek. “Pasukan” masyarakat ini sekaligus dapat menjadi agen keamanan lebaran, khususnya antisipasi gangguan terhadap penyakit masyarakat (pekat).
Secara umum, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kecelakaan paling tinggi di dunia. Kini, bukan hanya accident (kecelakaan) yang harus diwaspadai, melainkan juga kemacetan memerlukan penanganan serius.

                                                                                                  ———   000   ———

Rate this article!
Tags: