Pelajari Budaya dan Legenda Tiga Negara Melalui Poster

Mahasiswa Visual Communication Desain (VCD) Universitas Ciputra Surabaya, Veronika menjelaskan hasil karya ilustrasi legenda masyarakat Taiwan Sun, Moon and Lake pada pengunjung.

Surabaya, Bhirawa
Kekayaan budaya adalah aset yang sangat berharga bagi setiap bangsa. Melalui budaya, setiap bangsa mempunyai identitas yang bisa ‘dijual’ di kancah Mancanegara. Tidak hanya bahasa, tarian, musik, alat musik, cerita rakyat dan masih masih banyak lagi, juga merupakan budaya yang melekat dalam diri bangsa.
Salah satunya yang dilakukan mahasiswa Visual Communication Design (VCD) Universitas Ciputra, Maria Riezqie Firnanda. Dalam pameran ilustrasi poster ‘Conventry X UC X Da Yeh’ yang di gelar oleh UC beberapa hari yang lalu diungkapkan Maria Riezqie Firnanda jika ilustrasi yang ia buat merupakan hasil kolaborasi dengan Conventry University Inggris. Di mana, ia membuat sebuah ilustrasi tarian Papua yaitu, tarian selamat datang.
“Konsep ilustrasi poster sendiri bebas. Ada yang cerita rakyat, tarian maupun kebudayaan lain. Nah, aku ngambil tarian selamat dating,” ungkapnya.
Tarian Papua ini, lanjut dia, mempunyai makna yang sangat dalam bagi masyarakat Papua. Selain itu, tarian ini selalu ditampilkan ketika ada penyambutan orang-orang yang berkunjung ke Papua. Selain itu, papar mahasiswa semester empat ini, budaya masyarakat Papua yang jarang sekali terekspose, meskipun memiliki ragam budaya yang sangat menarik, seperti tarian, baju dan alat musik juga menjadi upayanya dalam mengangkat kebudayaan masyarakat Papua.
Berbeda dengan Maria yang lebih mengusung konsep budaya Papua, Veronica yang terlibat projek anatara UC Indonesia X Da Yeh Taiwan memilih mengusung cerita legenda masyarakat Taiwan. Di mana ilustrasi tersebut juga merupakan mencerminkan adat dan budaya kota kelahirannya, yaitu Kalimantan.
“Bukan semata-mata tanpa alasan saya memilih mengilustrasikan “Sun Moon Lake”. Karena legenda kuno masyarakat Taiwan ini sama persis dengan asas saya di Kalimantan, yang setiap tahunnya di gelar festival perahu naga dan Cap Go Meh. SementRa di Taiwan festival peringatan Sun Moon Lake Festival perahu naga, festival bulan serta festival bulan dan matahari,” tuturnya.
Jadi, jelas Veronica, dirinya mengambil legenda masyarakat Taiwan yang ditawarkan oleh Da Yeh karena legenda ini juga erat kaitannya atau hampir miril dengan cerita budaya dan kehidupan saya sebagai mbagian dari masyarakat Kalimantan Barat.
Sun Moon Lake sendiri, di jelaskan Veronika merupakan cerita legenda masyarakat Taiwan yang menceritakan dua ekor naga yang menculik bulan dan matahari. Kejadian tersebut menyebabkan, bumi menjadi gelap gulita karena pusat cahaya di tutupi oleh Sang naga. Kemudian sepasang suami istri yang melihat naga tersebut membawa bulan dan matahari ke telaga mencoba untuk menyelamatkan bulan dan matahari dengan mengorbankan nyawa mereka.
Diakui Veronika, dalam proses pembuatan ilustrasi legenda masyarakat Taiwan tersebut ia menemui beberapa kesulitan untuk menggambarkan lingkungan budaya masyarakat Taiwan pada tempo dulu.
“Saya nyoba meraba-raba ilustrasi legenda kuno ini. Bayangan saya, Taiwan identik dengan bambu, alam, pakaian tradisional dan rambut kuncir dua bagi perempuannya. Selain itu, saya juga mencari referensi seekor naga yang diilustrasikan oleh masyarakat Taiwan.” ujarnya.
Lebih lanjut, meskipun pihaknya memilih mengangkat cerita legenda kuno masyarakat Taiwan, namun hal tersebut tak melunturkan kebanggannya terhadap budaya bangsa Indonesia.
“Pertukaran ilustrasi budaya dan cerita legenda 3 negara ini, selain menambah pengetahuan juga memahamkan kkta tentang budaya dan cerita legenda mereka. Begitupun sebaliknya, mereka juga memahami bagaimana budaya kita” pungkas mahasiswa semester empat VCD Universitas Ciputra ini.

Beri Kesempatan Mahasiswa Berbisnis dan Berkreativitas
Sebagai salah satu bentuk menghargai kekayaan budaya bangsa adalah mempelajari budaya asing. Hal itulah yang dilakukan Universitas Ciputra Surabaya. Diungkapkan Ketua program study Visual Communicatik Desain (VCD) universitas Ciputra, Marina Wardaya ini jika gelaran dua pameran yang bersamaa merupaka wadah bagi mahasiswa VCD untuk menunjukkan kemampuannya. Selain itu, dalam pameran pertama yang merupakan kolaborasi antara Da Yeh University (Taiwan), Universitas Ciputra dan Conventry University (Inggris) merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk pengalaman dari hasil kerjasama antar tiga negara.
“Kita ingin anak-anak mendapatkan global feeling, global expose. Kita bikin mereka dapat pengalaman yang luar biasa. Ada sekitar 30 karya ilustrasi mahasiswa. Di mana 20 di anataranya merupakan cerita legenda maupun kebudayaan yang kita miliki” ujarnya
Diantaranya, imbuh dia, Legenda Banyuwangi, Legenda Barong Bali, Bawang Merah Bawang Putih, Jaka Tarub, Keong Mas, Lutung Kasarung, Roro Jonggrang. Karena jika kita ngomong kuliah saja, paparnya, hal itu kurang menantang di tengah persaingan global ini. Sehingga kita harus mau terbuka dengan model diskusi multi-kelas tiga negara melalui sebuah aplikasi.
“Dalam kelas tersebut, baik Indonesia (UC)-Taiwan (Da Yeh) maupun Indonesia (UC)-Inggris (Conventry) mereka saling briefing dan diskusi dalam memberi masukan. Sehingga hal ini membuat pengalaman baru untuk desain yang mereka buat.
Selain pameran ilustrasi dari tiga negara, program studi VCD juga menggelar pameran maket bisnis dari hasil projek tugas akhir mahasiswa VCD. Di akui Marina, jika tugas akhir yang mereka usung berbeda dengan prodi VCD di kampus-kampus lainnya. “Jika tugas akhir kampus lain menampilkan desain lebih dulu, kita berbeda. Kita membuat produk bisnis dulu baru tugas desain” paparnya.
Salah satu karya desain yang dipamerkan dalam maket bisnis UC Surabaya minggu (27/5) lalu adalah Outlining Desain. Tutor dosen luar biasa UC Surabaya, Pandu Rukmi Utomo menuturkan, jika konsep Outlining Desain kali ini mengangkat mengenai kebangkitan kota Surabaya dalam melawan Teroris atau yang disebutnya sebagai Surabaya straight back (SSB). Ada empat konsep desain outlining yang mereka usung, dianataranya desain Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang ia nilai sebagai salah satu orang yang merasakan dampak terjadinya serangan teroris, desain Suro dan Boyo yang mengangkat sisi komedi kota Surabaya dengan kata-kata inspiratifnya. Desain typografi yang mengusung kalimat-kalimat motivasi dan kekuatan “arek-arek” Surabaya. Kemudian yang terakhir adalah desain Hiu dan sate. Di mana ia menilai bahwa Surabaya yang kaya akan kekuatan kulinernya mampu membawa kota Surabaya untuk kembali tenang dan nyaman.
“Kenapa kita memilih beberapa ikon yang khas dengan Surabaya. Karena kita melihT serangan teror ini dampak nya lebh banyak ke hati. Dengan kita inisiasi, melalui art gratis, sablon gratis, harapan kira hati kita terpersenjatai, tidak sendirian, dan banyak yang perduli. Itu yang ingin kami sampaikan melalui kampanye outlining desain yang kita buat” Pungkasnya. [ina]

Tags: