Pelajari Kedisiplinan Masyarakat Jepang

Endang Poerbowati

Endang Poerbowati
Disiplin dan bersih, begitulah kesan yang saat ini masih ada dalam ingatan Endang Poerbowati terhadap masyarakat Jepang. Tentu saja, kesan itu bukan ia dapat dari mendengar informasi atau membaca berita, tapi Kepala Program Studi Sastra Jepang Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya ini pernah menetap selama dua tahun di Jepang.
Di mana selama setahun ia ditugaskan untuk menjadi guru. Tak ayal, waktunya ia habiskan untuk belajar belajar dan belajar. Sementara satu tahunnya, dia diharuskan untuk membaur dengan masyarakat Jepang. Mulai jadi buruh pabrik hingga hidup laiknya masyarakat Jepang. Bahkan, ia sempat menjadi penerjemah bahasa Jepang di NHK. Yang satu negara hanya diambil satu orang dari hasil seleksi yang dilakukan.
“Jadi memang selama training disana (Jepang,red) kita harus bekerja disemua lapisan masyarakat,” ungkap perempuan kelahiran Surabaya, 22 juni 1966.
Kunjungannya ke Jepang tersebut tak lepas dari beasiswa yang dia dapatkan dari Mombuka Nakusho (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Jepang) untuk menjadi Teacher Training. Dikatakan Endang, sapaan akrabnya, budaya kedisiplinan dan kemandirian Jepang mempengaruhi kehidupannya. Maka dari itu, usai pulang dari Jepang pada tahun 2001 lalu, hingga saat ini ia menerapkan dua nilai itu terhadap anak-anaknya dan mahasiswanya.
“Salutnya di Jepang itu, meskipun disana serba modern dan berteknologi, tapi anak-anak Jepang selalu antusias dengan hal-hal yang baru. Bukan malah mengeluh karena tidak bisa,” ujar dia.
Seperti halnya, sambung ibu satu anak ini, saat dia mengenalkan makanan kolak. Tidak hanya itu, Endang juga mengajarkan bagaimana cara pembuatan kolak kepada siswa-siswi yang duduk di bangku SMP di tempat dia mengajar dan ibu rumah tangga.
“Lucunya saat mereka membuat kolak, itu dicampur nasi. Dalam kolak ini kan ada labu dan santan, bagi masyarakat Jepang ini tergolong sayuran yang cocok sebagai pelengkap nasi. Tapi meskipun dicampur rasanya ya enak. Kalau habis gitu, makanan (kolak) tetap dicari orang-orang,” katanya.
24 tahun mengajar sebagai tenaga pendidik untuk bahasa Jepang, hal itu tidak lepas dari ketertarikannya dengan bahasa. Kesan perempuan Jepang yang halus berbicara dan lucu kemudian membuatnya tertarik. Di samping itu, masyarakat Jepang yang masih menjunjung tinggi budaya lama membuat Endang jatuh hati untuk terus belajar bahasa Jepang.
“Yang saya lihat, apa yang dijaga masyarakat Jepang dengan budayanya ini belum dimiliki negara-negara lain. Sekalipun mereka punya sesuatu yang canggih dan modern, mereka selalu padukan dengan budaya mereka. Kreatifitas mereka ini tinggi,” papar dia.
Hingga saat ini, dari pengalaman yang ia dapatkan di negara Jepang, Endang Poerbawati mampu menjaga hubungan diplomasi Indonesia dan Jepang terutama perihal pendidikan. Ia juga aktif dalam mengenalkan budaya Indonesia ke Jepang, maupun sebaliknya.
“Sampai saat ini hubungan saya dengan Kementerian Pendidikan Jepang sangat baik. Karena memang tujuan utama saya memperkenalkan Indonesia ke negara lain. Apalagi yang selalu saya tanamkan kepada diri saya maupun orang lain untuk menjadi diri sendiri dan menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang sopan, ramah dan baik di mata bangsa lain,” pungkas dia. [ina]

Tags: