Pelaksanaan US di Jatim Ramah Anak – Anggaran

harun-di-bangkalanSurabaya, Bhirawa
Ternyata Pelaksanaan Ujian Sekolah (US) SD/MI  lebih ramah anak dan ramah anggaran.  Selain lebih jujur dan tidak memberatkan peserta ujian secar psikologis, jumlah anggaran yang digunakan jauh lebih rendah dari pada UN SMA dan SMP.
Disebut lebih ramah anak karena dalam pelaksanaannya, siswa tidak terlalu banyak pihak mengawasi. Hanya guru silang satuan pendidikan yang mengawasi tanpa perguruan tinggi maupun kepolisian. Selain itu, daerah juga lebih bebas berinovasi. Salah satunya di Surabaya, dalam pelaksanaan US SD/MI ini seluruh daftar peserta berikut fotonya dipampang di depan sekolah.
“Ini tidak ada dalam Prosedur Operasional Standar (POS). Tapi ini inovasi yang baik karena anak akan lebih termotivasi,” tutur Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Harun MSi saat memantau pelaksanaan US SD/MI di SDN Dr Soetomo V,VI,VII dan VIII Surabaya, Selasa (20/5).
Menurut Harun, inovasi dari sekolah ini patut diapresiasi. Tak hanya itu, dia juga akan mengusulkan inovasi ini untuk dimasukkan dalam POS UN. Sehingga, semua sekolah menerapkan hal serupa. “Ini juga sebagai antisipasi agar tidak ada lagi perjokian juga sebagai dokumen penting sekolah,” ungkap Harun.
Kepala SDN VI Dr Soetomo Hariyanto mengatakan, pihak sekolah sengaja memampang foto peserta di halaman sesuai dengan formasi tempat duduk. Ini dilakukan agar siswa bangga dan termotivasi. Selain itu, dokumen ini juga menjadi bukti bahwa siswa benar-benar pernah bersekolah di tempat tersebut.
Kabid TK, SD dan Pendidikan Khusus (PK) Dindik Jatim Nuryanto menambahkan, tidak hanya ramah anak, US pertama kalinya ini juga lebih ramah anggaran. Sebab, dengan anggaran Rp13,65 miliar, US telah berjalan dengan baik. Padahal anggaran ini digunakan mulai percetakan soal dan jumlah siswa lebih banyak. Sementara, anggaran yang digunakan UN mencapai Rp40,4 miliar.
“Jenjang SD/MI jumlah siswanya lebih banyak, anggarannya malah lebih murah. Bahkan anggaran UN sebesar Rp40,4 miliar itu tidak termasuk cetak,” tutur Nuryanto.
Seperti diketahui, pelaksanaan UN jenjang SMA,SMK dan Paket C dengan peserta 438 ribu menelan anggaran sekitar Rp15 miliar. Sementara untuk UN jenjang SMP dan Paket B dengan peserta sekitar 600 ribu menelan biaya kurang lebih Rp25 miliar. Itu pun biaya untuk percetakan sudah ditanggung oleh pusat.
Lebih lanjut Nuryanto mengatakan, selain inovasi memampang nama peserta. Dalam US kali ini sejumlah daerah berinisiatif membentuk tim independen. Tim ini terdiri dari guru kelas 6 yang disebar lintas kecamatan. “Ini tidak ada dalam POS juga. Tapi Surabaya sudah memulainya sebagai suatu inovasi yang bisa kita ajukan pada tahun depan masuk POS,” tutur Nuryanto.
Langkah ini dinilai sudah tepat. Sebab, guru kelas 6 pun meski tidak diperbolehkan mengawasi, mereka berhak tahu bagaimana proses US berjalan. [tam]

Tags: