Pelanggaran Lalin Operasi Zebra 2017 Didominasi Usia Remaja

Operasi Zebra Semeru 2017 Polda Jatim yang dilakukan Satlantas Polrestabes Surabaya, Kamis (16/11). [abednego]

Polda Jatim, Bhirawa
Operasi Zebra Semeru 2017 yang dilaksanakan Polda Jatim beserta jajaran selama 14 hari mencatat jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas (lalin) pada 2017 naik menjadi 12,85%. Dengan dominasi anak remaja usia 16 sampai 20 tahun sebagai pelaku atau pelanggar lalin terbanyak.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, selama 14 pelaksanaan Operasi Zebra atau terhitung mulai 1 sampai 14 November 2017, jumlah laka lantas di Jatim naik 12,85%. Dengan perbandingan pada 2016 sebanyak 537 kasus, dan naik menjadi 606 kasus pada 2017.
“Data kami mencatat, pelanggaran lalin maupun kecelakaan lalu lintas didominasi pengendara usia 16 hingga 20 tahun. Dari 2016 sampai 2017 naik sebanyak 195,84 persen jumlah pelanggar maupun korban laka lantas yang didominasi usia remaja,” kata Kombes Pol Frans Barung Mangera dalam anev hasil Operasi Zebra Semeru 2017, Kamis (16/11).
Barung mewanti-wanti orangtua, sekolah maupun lingkungan pendidikan untuk memperhatikan anak didiknya. Sebab tindakan preventif ini tidak bisa hanya dilakukan oleh polisi saja. Tetapi peranan setiap orangtua, pihak sekolah maupun lingkungan pendidikan diminta turut juga memperhatikan masalah pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas yang didominasi anak usia remaja.
“Anak usia remaja atau belasan tahun janganlah diberikan kendaraan bermotor. Karena selama 14 hari pelaksanaan Operasi Zebra, yang mendominasi kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran lalu lintas yakni pengendara motor yang masih usia remaja,” katanya.
Dijelaskan Barung, kendaraan bermotor atau motor mendominasi jumlah kecelakaan lalu lintas. Pada 2016 tercatat sebanyak 716 kendaraan bermotor yang terlibat laka lantas. Sementara pada 2017 naik 12,43% atau sebanyak 805 kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas.
“Bisa dibayangkan, ada kecelakaan yang melibatkan dua motor langsung, atau lebih. Dalam satu kecelakaan, motor yang terlibat bisa di atas satu motor. Artinya, pengguna motor potensial di dalam laka lantas di Jatim,” tegasnya.
Sementara penyebab laka lantas ini, sambung Barung, human error menjadi faktor utama kecelakaan lalu lintas. Di antaranya pelanggaran seperti mendahului, berbelok dan berpindah jalur sebanyak 223 kasus, atau naik 22,53% dari tahun sebelumnya. Selanjutnya yakni tidak menjaga jarak, sebanyak 121 kasus atau naik 15,24% dari 2016.
“Human error menjadi faktor utama penyebab kecelakaan lalu lintas di Jatim. Hal itu didapati dari data hasil Operasi Zebra Semeru 2017 yang dilakukan Polda Jatim beserta jajaran,” pungkasnya. [bed]

Tags: