Pelari Dunia Bisa Kenal Dekat Budaya Suku Tengger

Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf memberangkatkan ribuan peserta Bromo Marathon International 2017 di garis start di teras Plataran Bromo di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Minggu (1/10).

Marathon Sambil Menikmati Pegunungan Bromo
Pasuruan, Bhirawa
Meski rute menanjak dan naik turun di 2.500 Mdpl, namun ribuan peserta Bromo Marathon 2017 tetap menikmatinya lantaran terbawa kesegaran alam hingga keindahan panorama Gunung Bromo. Terbukti, sebanyak 1.834 dari 36 negara, berlari mulai start hingga finish. Bahkan, sebagaian besar peserta memanfaatkan rute alam yang ditentukan dilakoninya dengan gembira hingga berfoto selfie.
“Kami terus berlari untuk mengatur napas, sebab rute luar biasa. Tadi kami juga sempat banyak berhenti untuk menyempatkan diri berfoto bersama hingga berselfie berlatar alam yang indah,” terang Sabrina, warga Surakarta, Minggu (1/10).
Menurutnya, memang medan yang harus dilalui peserta terbilang cukup berat. Untuk kategori marathon 10 kilometer, tercepat harus membutuhkan waktu lebih dari 1,5 jam.
“Kalau rute biasa bisa ditempuh paling lama 45 menit. Jika di alam Bromo ini, membutuhkan waktu hampir 2 jam. Untungnya, banyak background perbukitan, hijau dedaunan membuat saya bersama teman lainnya sangat menikmatinya. Sehingga medan yang begitu berat bisa teratasi,” tambah Sabrina.
Peserta lainnya dari Spanyol, Salouff mengatakan medan Bromo Marathon tetap berat. Karena, menjadi peserta kategori 21 kilometer merupakan olahraga jenis hicking.
“Rutenya di Bromo Marathon ini sangat mengagumkan. Naik-turun sangat terjal, panoramanya indah dan udaranya sejuk. Tadi saya sempat berfoto selfie berlatar Gunung Bromo maupun Gunung Batok. Luar bisa sekali acara di Pasuruan ini,” kata Salouff diartikan dengan gaetnya.
Lari di Pegunungan Bromo atau yang disebut Bromo Marathon 2017 yang digelar masyarakat Tengger terbagi dalam tiga kategori, yakni 10 K, 21 K dan 42 K. Lari mengambil start dan finish di teras Plataran Bromo di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
Sebelum pemberangkatan, ribuan peserta dari 36 negara tersebut tengah dihibur dengan pertunjukan seni tradisional khas Tengger antara lain Slomperetan.
Warga Tengger yang juga insiator Bromo Marathon, Dedy Kurniawan mengungkapkan pada garis start hingga titik tertentu, peserta disuguhi berbagai kesenian budaya khas Tengger.
“Tak hanya berlari, mereka juga menikmati keindahan panorama dan udara pegunungan Bromo hingga dihibur kesenian khas Tengger. Sehingga, para pelari dunia dan wisatawan bisa mengenal lebih dekat dengan kebudayaan Tengger yang unik dan khas,” papar Dedy Kurniawan.
Sementara itu, Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf mengungkapkan kegiatan Bromo Marathon dinilai menunjang pariwisata Bromo, sebagai 10 destinasi wisata nasional andalan.
“Dampak kegiatan ini langsung bisa dirasakan oleh masyarakat Tengger di Tosari. Terbukti, ratusan home stay dan hotel-hotel, dipenuhi para tamu pengunjung,” papar HM Irsyad Yusuf. [hil]

Tags: