Pelatihan Kerajinan Decoupage Ditutup dengan Hasil Memuaskan

Kadis DKUPP, Fitriawati, meninjau hasil akhir peserta pelatihan. [wiwit agus pribadi]

Anggota Koperasi yang Mengolah Limbah Jadi Kerajinan Laku Keras
Probolinggo, Bhirawa
Pendidikan dan pelatihan Kerajinan decoupage ditutup Kepala Dinas DKUPP (Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian Kota Probolinggo), Ir Fitriawati MM, Rabu (25/5) lalu, kerajinan berbahan dari berbagai limbah ini menghasilkan pundi – pundi rupiah bagi para anggota koperasi di wilayah Kota Probolinggo. Selama tiga hari pelatihan hasilnya memuaskan.
Menurut Fitriawati, harapan digelar pelatihaan dengan memberikan ketrampilan untuk para ibu anggota koperasi ini, bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan keluarga. Dan ketrampilan yang sudah didapatkan bisa menjadi bekal untuk mengembangkan kembali ketrampilannya.
Sehingga kedepan hasil karya kerajinan itu bisa dijual dan bisa menjadi pengrajin dekopit. Kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan juga memberikan kesempatan kepada semua anggota koperasi yang belum ikut pelatihan, agar nantinya juga bisa menularkan ilmunya kepada yang belum mengikuti pelatihan.
“Nantinya kerajinan yang dihasilkan peserta pelatihan akan diteruskan pada Dekranasda, kami membantu masalah pemasarannya, khususnya hasil kerajinannya yang memang layak untuk dipasarkan. Selain itu jika ada pameran maka bisa dibawa sebagai upaya pemasaran, sekaligus promosi,” kata Fitriawati.
Fitriawati juga sudah merencanakan produk kerajinan para emak – emak untuk dipasarkan melalui katalok online. Dilaunching di gerai dekranasnya dulu, kemudian dibuatkan katalok onlinenya.
Kegiatan Decoupage ini menarik perhatian dari Ketua Tim Pengerak PKK, Aminah dan sangat mendukung kegiatan ini. Hasil kerajinan yang dibuat sudah bagus dengan pelatih pertama, apa lagi sudah ada yang laku dijual. Sehingga perlu dikembangkan lagi dengan kreasi yang dimiliki, sehingga hasilnya akan lebih baik lagi.
Dengan menyulap limbah daur ulang seperti bungkus plastik, anyaman pandan, kain bekas, botol bekas ini menjadi seni menghias dengan cara menempelkan potongan-potongan kertas tisu menjadi serangkaian gambar. Kemudian diaplikasikan di beberapa media tertentu, seperti botol bekas, cangkir, vas bunga, dan media lainnya. Di mana gambar tersebut bisa diawetkan dengan lapisan plitur agar tidak luntur.
Katarina Suhenda Triningrum, salah satu perintis kerajinan decoupage mengatakan, dirinya menggeluti pekerjaan ini sejak sembilan tahun lalu atau sejak tahun 2013 silam. Bermodalkan gunting dan lem untuk memotong serangkaian tisu berwarna, hingga membuat anyaman pandan dia jadikan sebuat tas, tempat tisu, dan bahkan vas bunga yang unik dan eksotis, dapat dia kerjakan.
“Untuk bahan – bahan yang saya daur ulang ini, semuanya dari barang bekas, seperti botol bekas yang dihias dan saya jadikan vas bunga, terus yang paling sering itu dari anyaman pandan, yang memang bisa dibuat menjadi benda yang diinginkan, seperti tas, tempat tisu, dan yang lainnya,” ungkapnya
Semua hasil kerajinannya awalnya dipasarkan secara offline di rumahnya dan di beberapa paguyuban yang diikuti. Hingga kini di era modern ini dia juga memasarkan melalui platorm pasar online, seperti shopee, dan aplikasi e-commerce lainnya.
Tak ayal jika kini produk buatannya mampu laku di luar daerah, bahkan mampu menembus pasar luar negeri, seperti Thailand, China, dan beberapa Negara Asia lainnya. ”Ya kalau untuk harga dari hasil kerajinan ini bervariasi ya, dari harga Rp20 ribu hingga Rp350 ribu, karena memang untuk penyesuaian harga ini, dinilai dari tingkat kesulitan dan bahan yang tersedia,” tandasnya.
Bahkan Katarina kerap mendapati kesulitan, ketika mendapat banjir orderan. Seperti tenaga, waktu pengerjaan dan bahan – bahan yang tersedia. ”Memang untuk satu produk seperti tempat tisu ini terkadang bisa diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga hari, mas,” terangnya.
Fitriawati berharap, dengan pengembangan kerajinan decoupage di bawah naungan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kota Probolinggo, para anggota koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan lebih maju dan pesat.
Di sela – sela pelatihan juga diserahkan sertifikat peserta Pendidikan dan Pelatihan Kerajinan Decoupage, 10 peserta terbaik dan dua penanya aktif mendapat doorprise dari panitia, serta kelompok terbaik.
Sedangkan Yayuk, kelompok peserta pelatihan terbaik berharap, bisa digelar pelatihan lanjutan, karena dengan pelatihan pertama ini sudah ilmu yang tak terhingga pentinnya bagi kehidupan seorang ibu rumah tangga dalam menambah penghasil keluarga. Dan ternyata masih banyak yang perlu digali lagi kedepannya, sehingga diharapankan ada pelatihan lebih lanjut.
Hal yang sama diungkapkan Sri Astutik, dengan pelatihan ini sangat membantu dirinya dalam menambah penghasilan keluarga. Apa lagi hasil kerajinan ini sudah laku dijual dengan harga Rp70 ribu per buah. ”Ini awal yang baik dan yang langsung laku sebelum penutupan sudah ada delapan kerajinan, sehingga kami yakin akan berkembang lagi,” tandasnya. [wap.fen]

Tags: