Pelatihan Pembuatan Shuttlecock, Kualitas Produk Peserta Mirip dengan UMKM

Para peserta saat memasang bulu untuk membuat shuttlecock, Kamis (28/9). [wawan triyanto/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Baru lima hari menjalani pelatihan membuat shuttlecock, kualitas produk yang dihasilkan para peserta sudah nyaris sama dengan produk UMKM atau home industry.
Menurut Kabid Barang dan Jasa Industri Olahraga Kempora M Gajah Nata Surya, antusias peserta untuk mengikuti pelatihan Diklat SDM Tenaga Teknis Barang Industri Olahraga yang digelar Kemenpora mulai 25-29 September di Hotel Novotel Surabaya sangat tinggi.
Mereka begitu serius mengikuti arahan para instruktur mulai dari memilih bulu, menjahit, mengelem hingga menjadi shuttlecock yang siap pakai. “Bahkan shuttlecock buatan peserta kualitasnya hampir sama dengan produk UMKM,” kata Gajah saat ditemui di lokasi, Kamis (28/9).
Ia berharap para peserta bisa memanfaatkan ilmu yang didapat selama pelatihan. Sebab peluang untuk berbisnis shuttlecock cukup terbuka karena bulu tangkis adalah salah satu cabang olahraga yang paling diminati masyarakat. “Walaupun sudah ada industri pembuatan shuttlecock, tapi peluang di bisnis ini masih terbuka,” katanya.
Ditemui di tempat yang sama, salah satu instruktur Agus Sudrajat mengakui sebagian besar peserta sudah ada yang bisa menghasilkan shuttlecock dengan kualitas yang lumayan bagus. “Memang hasilnya masih kasar, tapi kalau mereka mau belajar lagi saya yakin kualitas produknya bisa bagus,” kata Agus sambil menunjukkan shuttlecock karya peserta.
Kepala Seksi Pengembangan Kreativitas Dispora Jatim Indra Sibarani berharap para pemuda yang mengikuti kegiatan ini nantinya bisa menjadi pengusaha. “Kalau jadi pengusaha bisa menyediakan lapangan pekerjaan,” katanya.
Sementara itu salah satu peserta, Lutfiana mengaku mendapat pengalaman baru selama mengikuti pelatihan, sebab baru kali ini ia bisa membuat shuttlecock.
Saat disinggung apakah ia berminat untuk berbisnis shuttlecock, Lutfiana mengaku masih harus banyak belajar, karena ia juga belum mengetahui pangsa pasarnya.
“Untuk memproduksinya mungkin berat, tapi kalau menjual produk atau menyuplai bahan produksi saya siap,” kata Lutfiana yang sudah memiliki usaha salon kecantikan itu. [wwn]

Tags: