Pelayanan Buruk, Pasien RSD Mardi Waluyo Meninggal

RSD Mardi Waluyo Blitar

RSD Mardi Waluyo Blitar

Kota Blitar, Bhirawa
Buruknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit Daerah (RSD) Mardi Waloyo Kota Blitar diduga mengakibatkan salah satu pasien operasi, Misrikah (62) warga Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan Kota Blitar meninggal dunia.
Kejadian naas tersebut berawal saat Misrikah (62) mengalami gejala sakit tenggorokan, di mana menurut keterangan salah satu anak menantu, Eny Kasmawati  ibunya sejak dua bulan lalu menderita sakit di tenggorokan.
Berdasarkan pemeriksaan dokter maka diusulkan untuk dilakukan operasi. Namun naasnya hendak dilakukan operasi terjadi kegagalan karena ruang operasi RSD Mardiwaloyo terjadi kebocoran saluran air. Operasi kemudian baru dilakukan pada 9 Maret lalu dengan dilakukan pembedahan pada bagian tenggorokan.
“Sebelumnya ibu saya dioperasi pada 9 Maret lalu, namun hasil operasinya gagal dan dilakukan operasi untuk kedua kalinya beberapa hari berikutnya. Untuk pelaksanaan operasinya dilakukan oleh dokter bedah umum, dokter Marsudji,” kata Eny Kasmawati, Kamis (12/3).
Eny Kasmawati menjelaskan selama masa perawatan di RSD milik Pemkot Blitar, keluarga melihat pelayanan di sana lambat dan buruk. Salah satunya adalah saat pasien mengalami gejala yang membutuhkan peran perawat, justru pasien terkesan diberlakukan dengan seenaknya.
“Kami sangat kecewa dengan pelayanan yang diberikan, pada saat kami mengeluh mengenai infus macet saja, perawat tidak bisa membetulkan. Termasuk saat  harus membersihkan tenggorokan dengan cara scan, mereka juga tidak bisa,” kesalnya.
Untuk itu pihaknya sangat  menyangkan sikap dan cara perawatan di RSD yang cukup megah tersebut yang terkesan sembrono dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Termasuk saat detik-detik menjelang meninggalnya ibunya Misrikah, justru para perawat dinilai tidak bisa mengambil tindakan apapun untuk menangani kejadian tersebut.
“Saat itu ibu saya mengalami kejadian sesak nafas yang seharusnya dilakukan penyedotan darah di tenggorokan, namun para perawat terkesan  tidak bisa melaksanakan tugasnya secara profesional,” jelasnya.
Pihaknya juga  menduga yang menyebabkan ibunya meninggal karena tindakan medis tak prosedural atau malpraktik, di mana dalam melakukan perawatan termasuk saat melakukan penyedotan lendir yang ada di saluran tenggorokan tidak dilakukan secara maksimal.
“Bahkan suami saya juga sudah mengingatkan jika penyedotan belum tuntas tapi perawat bilang sudah ini saja. Bahkan sebelumnya kami meminta untuk dirujuk ke rumah sakit lain, tapi tidak disetujui karena mereka merasa masih mampu menanganinya,” terangnya lagi.
Sementara saat dikonfirmasi Direktur RSD Mardi Waloyo Kota Blitar drg Christine Herawaty mengatakan jika pihaknya masih akan melakukan croscek atas kejadian ini. Dia mengelak untuk menjelaskan lebih lanjut karena belum mengerti secara penuh penyebab kejadian yang menyebabkan salah satu pasiennya meninggal dunia. “Saya minta waktu ya. Nanti akan saya cek lagi ya,” katanya dengan singkat. [htn]

Tags: