Pelindo Peroleh Konsesi Teluk Lamong 72 Tahun

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) memperoleh hak konsesi pengusahaan Terminal Teluk Lamong (TTL) selama 72 tahun, seiring kesepakatan perusahaan itu dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
“Dengan perjanjian tersebut, Pelindo III sebagai Badan Usaha Pelabuhan (BUP) berhak melakukan kegiatan usaha di area konsesi TTL yang luasnya mencapai sekitar 380 hektare,” kata Direktur Utama Pelindo III, Djarwo Surjanto di Surabaya, Selasa (19/5).
Menurut dia, luasan tersebut sesuai dengan rencana pengembangan TTL tahap “ultimate” atau tahap akhir. Dari luasan itu akan terdiri dari dua zona yakni zona operasi langsung terminal seluas kurang lebih 140 hektare, dan zona pendukung operasi seluas kurang lebih 240 hektare. “Zona pendukung terbagi dalam zona logistik untuk depo dan sentra distribusi dan konsolidasi barang,” ujarnya.
Sementara, jelas dia, zona industri untuk “processing” curah kering, dan zona industri untuk packaging, dan supporting facilities terminal peti kemas. Melalui konsesi tersebut, Pelindo III berhak mengusahakan TTL dengan jangka waktu konsesi selama 72 tahun terhitung sejak terbitnya surat Dirjen Perhubungan Laut tentang uji coba operasional di TTL pada 11 November 2014.
“Untuk itu, kami akan berkontribusi pada kas negara dalam Penerimaan Pajak Bukan Pajak (PNPB) sebesar 2,5 persen per tahun dari persentase pendapatan kotor terminal yang beroperasi secara semi-otomatis tersebut,” tuturnya.
Ia menambahkan, Terminal Teluk Lamong dibangun untuk mengantisipasi kondisi kelebihan kapasitas di Pelabuhan Tanjung Perak. Apalagi, infrastruktur itu merupakan pelabuhan tersibuk kedua di Indonesia yang menjadi gerbang ekonomi Kawasan Timur Indonesia.
“Pada tahap ultimate yang direncanakan terealisasi pada tahun 2025, terminal tersebut akan memiliki kapasitas lapangan penumpukan peti kemas domestik dan internasional hingga 5 juta TEUs. Kami yakin, keberadaannya mampu mengelola penumpukan curah kering yang mencapai 20 juta ton,” tambahnya.
Ia menyebutkan, kini Terminal Teluk Lamong merupakan terminal berkonsep hijau atau “green port” pertama yang dimiliki Indonesia. Terminal tersebut sekaligus menjadi aksi Pelindo III menjawab hangatnya isu internasional tentang pengurangan emisi gas buang.
“Ada pula sejumlah peralatan modern di Terminal Teluk Lamong akan dioperasikan dengan bahan bakar gas sehingga ramah lingkungan. Hal itu mendukung program pemerintah yang mendorong penggunaan bahan bakar gas,” imbuhnya.
Bahkan, lanjut dia, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dijadwalkan meresmikan Terminal Teluk Lamong pada Jumat (22/5). Kehadiran Presiden Jokowi sekaligus meresmikan proyek Pelindo III lainnya yakni revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS).
“Kini, APBS yang menjadi akses masuk Pelabuhan Tanjung Perak telah diperlebar mejadi 150 meter dan diperdalam mejadi minus 13 meter Low Water Spring (LWS). Dengan begitu, dapat dilalui kapal yang berukuran lebih besar,” paparnya.
Ia berharap, peresmian keduanya akan menjadi momentum kebangkitan maritim nasional yang bermula dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya gerbang Kawasan Timur Indonesia. [ma,ant]

Tags: