PeluangCagubIndependen Terbuka di Jatim

Calon independenSurabaya,, Bhirawa
Potensi calon independen di pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur tahun 2018  masih terbuka namun juga tidak diharapkan muncul sebagai tandingan jalur partai. Kepala daerah asal jalur independen disebut akan mempersulit kerja sama eksekutif dan legislative.
Sebagai catatan calon independen bisa maju dalam Pemilukada , asal bisa memenuhi syarat dukungan minimal 3,5 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Ketua DPD PDIP Jawa Timur, Kusnadi mengatakan bahwa munculnya calon perseorangan itu bertolak belakang dengan teori demokrasi. Alasannya, sistem demokrasi di Indonesia sudah bersepakat parpol menjadi salah satu pilar dari demokrasi, sehingga calon yang ingin maju di Pilkada harusnya tetap lewat parpol.
“Calon independen itu jangan hanya menggunakan cara pandang ekonomis dan pragmatis baru kemudian mencari cantolan demokrasi. Tapi juga harus mengedepankan sistem tata negara yang sudah disepakati bersama,” tegas pria yang juga wakil ketua DPRD Jawa Timur saat dikonfirmasi Kamis (17/3).
Pertimbangan lainnya, calon tunggal sekarang sudah diperbolehkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK), sehingga kemunculan calon perseorangan yang biasanya hanya dijadikan boneka untuk kepentingan calon tertentu sudah tidak diperlukan lagi.
“Calon independen cenderung hanya dijadikan sebagai boneka,” tegas Kusnadi.
Bahkan, kalaupun calon perseorangan menang dalam Pilkada, maka proses calon pertanggungjawaban kepala daerah terpilih terhadap rakyat pemilih khususnya untuk  kongkritisasi janji-janji kampanye (visi-misi) juga akan mengalami kesulitan. Sebab, menterjemahkan visi-misi dalam RPJMD dan APBD itu juga harus bekerjasama dengan DPRD.
“Kalau fraksi-fraksi di DPRD yang merupakan kepanjangan tangan parpol, menolak tentu kepala daerah terpilih juga kesulitan merealisasikan visi-misinya,” dalih Kusnadi.
Terpisah, pakar ilmu komunikasi politik dari Unair Surabaya, Sukowidodo juga pesimis calon perseorangan akan muncul di Pilgub Jatim mendatang. Selain syarat dukungan yang jumlahnya cukup besar yakni sekitar 3,5 persen dari 30 juta pemilih di Jatim,  kulture masyarakat Jatim juga masih bersifat komunal.
“Calon independen itu berpotensi muncul pada daerah urban (perkotaan) yang masyarakatnya bersifat individualistik. Secara sosiologis masyarakat Jatim itu masih didominasi pedesaan yang cenderung bersifat komunal,” tegas Sukowidodo.
Menurut Sukowidodo, munculnya calon independen itu dipengaruhi karena kepercayaan (trush) masyarakat terhadap parpol rendah dan masyarakat memiliki sarana informasi yang memadai sehingga calon perseorangan cenderung akan memanfaatkan teknologi informasi dan media sosial untuk mendapatkan dukungan masyarakat.
“Saya meyakini calon perseorangan pada Pilgub Jatim mendatang akan mengalami kesulitan,” tegas Sukowidodo.
Di singgung soal peluang kandidat calon gubenur di Jawa Timur yang muncul ke publik menggunakan jalur independen? Dengan lugas Sukowidodo menegaskan bahwa para kandidat Cagub di Jatim itu memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup tinggi sehingga parpol akan berpikir ulang jika menolak mereka.
“Orang seperti Gus Ipul maupun Khofifah, saya kira tak mungkin menggunakan jalur independen karena parpol pasti akan merekomendasi jika mereka berdua maju lewat parpol,” pungkas Sukowidodo. [Cty]

Tags: