Pemagangan Siswa SMK Harus Disesuaikan Kompetensi

PKL_SMK_2012Surabaya, Bhirawa
Tingginya angka pengangguran bagi lulusan SMK menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi Pemprov Jatim. Perlu sejumlah evaluasi agar persoalan ini segera terselesaikan. Tidak hanya dari proses belajar mengajar di sekolah, melainkan juga saat siswa mengikuti praktik kerja industri (Prakerin) atau magang.
Ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Zainudin Maliki mengungkapkan, daya saing lulusan SMK lebih banyak diukur dari keahlian siswa ketimbang pemahamannya terhadap teori. Sebab, Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) tentu akan lebih memilih tenaga kerja yang siap pakai. Sedangkan salah satu proses yang paling penting dalam melatih kompetensi siswa ialah saat siswa mengikuti prakerin atau pemagangan. Sayang, dalam proses ini siswa SMK justru tidak dapat maksimal karena pemagangan yang tidak sesuai dengan kompetensi.
“Kita bisa lihat di perusahaan-perusahaan tempat siswa SMK itu magang. Jadi apa mereka di sana. Ada yang jurusan akuntansi di suruh jadi terima tamu, ada yang jurusan komputer disuruh merapikan atau mengirim berkas. Ini kan tidak sesuai kompetensi apapun,” kata Zainudin dikonfirmasi, Rabu (12/11).
Seperti diberitakan sebelumnya, angka pengangguran dari lulusan SMK dinyatakan paling tinggi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim. Dari total pengangguran pada Agustus 2014 sebesar 843.490 orang, terdapat 10,53 persen atau lebih dari 84 ribu lulusan SMK menganggur, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 10,5 persen. Kondisi ini semakin memperihatinkan karena jumlah pengangguran lulusan SMK ternyata lebih tinggi dibandingkan lulusan SD ke bawah yang hanya 1,71 persen.
Menurut Zainudin, pemagangan perlu benar-benar menerapkan pendidikan yang otentik. Tidak hanya asal ke perusahaan saja. “Di luar negeri, pemagangan itu dilakukan di perusahaan yang memang memiliki unit untuk melatih siswa yang akan magang. Lalu perusahaan itu sendiri yang menilai. Di sini, magang malah disuruh nyiapkan minuman untuk bos,” kata mantan rektor Unmuh Surabaya itu.
Selain magang, Zainudin juga mengkritik lemahnya life skill siswa SMK. Dia mencontohkan, siswa SMK mungkin saja bisa membuat karya atau mahir di satu kompetensi keahlian tertentu. Namun dari sisi life skill dia lemah, sehingga tidak dapat membaca peluang atau pasar. “Percuma kalau bisa membuat produk tapi tidak punya bakat untuk menjualnya,” tutur Zainudin.
Sementara Kepala BIdang Statistik Sosial BPS Jatim, Gantjang Amanullah mengatakan, data tenaga kerja dan tingkat pengangguran terbuka yang disajikan BPS Jatim memang benar sesuai mekanisme yang dijalankan.
“Sebenarnya dengan adanya data yang telah kami rilis, maka diharapkan ada solusi bersama untuk bisa mengetahui permasalahan sebenarnya. Jika program yang dijalankan sudah bagus, namun hasilnya masih belum maksimal, maka mungkin saja ada sesuatu yang harus benahi ke depannya,” ujarnya.  [tam.rac]

Tags: