Pembangunan Daerah Butuh Sentuhan Perempuan

Walikota Batu terpilih Ny Dewanti Rumpoko saat menjadi narasumber pelatihan kepemimpinan perempuan calon kepala daerah yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA), Kamis (18/5) kemarin.

Surabaya, Bhirawa
Berbagai persoalan pembangunan dan kemasyarakatan di daerah sangat membutuhkan sentuhan seorang perempuan. Oleh karena itu, para aktivis perempuan didorong untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan baik dengan cara menjadi anggota legislatif atau dengan menjadi  kepala daerah.
Pesan ini disampaikan Walikota Batu terpilih Ny Dewanti Rumpoko saat menjadi narasumber pelatihan kepemimpinan perempuan calon kepala daerah yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kamis (18/5) kemarin.
Menurut Dewanti, kerinduan masyarakat akan kehadiran perempuan sungguh dirasakan saat dirinya ikut Pemilihan Bupati (Pilbup) Malang beberapa waktu lalu. Meskipun dalam Pilbup tersebut dirinya akhirnya harus kalah dari calon incumbent Rendra Kresna, namun apa yang dilakukan selama di Kabupaten Malang tersebut sangat bereksan.
“Dari awalnya elektabilitas yang hanya dibawah 5 % kemudian bisa meraih dukungan hingga 40% membuktikan kehadirian perempuan sangat dirasakana,” turut Dewanti saat mengisahkan dirinya.
Sebagai orang yang tidak dikenal di Kabupaten Malang, namun berkat sentuhan perempuan yang dia lakukan masyarakatpun menjadi terbuka matanya betapa mereka merindukan perempuan.
“Alhamdulillah meski saat di Kabupaten Malang kalah, namun akhirnya saat Pilwali di Batu berhasil menang dengan relative mudah,” tuturnya sambil tersenyum.
Dalam kesempatan tersebut, Dewanti memberi motivasi kepada para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai pimpinan partai polotik dan organisasi perempuan tersebut agar perempuan memiliki ambisi yang kuat dalam berpolitik.
“Politisi perempuan harus punya ambisi tetapi tidak ambisius,” tegas Dewanti. Penegasan ini perlu disampaikan karena tanpa  ada ambisi yang kuat sulit rasanya seoranag perempuan dapat bertarung dalam gelanggang politik yang demikian keras tersebut.
“Perempuan tidak boleh lemah dan mudah menyerah  tetapi harus tegas dan mandiri. Namun demikian janganlah kemudian menjadi ambisius. Karena ambius biasanya akan menggunakan segala cara agar terwujud,” katanya lagi.
Ditemui ditempat yang sama asisten Deputi Bidang Politik Kementerian PP dan PA Dr A Darsono Sudibyo mengingatkan bahwa angka partisipasi politik perempuan di Jatim masih kecil sehingga kegiatan yang diselenggarakan tersebut adalah untuk mendorong agar para perempuan di Jatim ini tampil ke panggung politik.
“Banyak pemimpin perempuan dari Jatim yang hebat-hebat ada Bu Risma dari Surabaya yang fenomenal dan pasti masih ada yang lainnya lagi,” jelas Darsono lagi. Lebih lanjut menurut Darsono kalau perempuan diberi kesempatan untuk tampil sebagai pengambil keputusan pasti akan membawa dampak yang lebih baik.
“Bagaimanapun sentuhan seorang perempuan itu sangat dibutuhkan dalam mengatasi beberapa persoalan di masyarakat,” tuturnya lagi.
Salah seorang peserta pelatihan yakni Ketua Paguyupan Seniman (PAS) Jatim Luziati mengakui ada sjumlah kendala bagi perempyan untuk berkarir di dunia politik. Selain karena faktor budaya yang masih belum memberi keleluasan bagi perempuan dalam berpolitik, peran partai politik juga ikut menentukan.
“Selama ini parpol masih belum memberi peran yang signifikan bagi perempuan dalam pengambilan keputusan,” jelasnya. Hal itu terbukti tidak banyak perempuan yang bisa menduduki posisi strategis dalam  struktur kepengurusan partai.
“Jadi kalau ingin perempuan masuk di ranah politik maka partai politk harus sungguh-sungguh memberi peluang untuk berpolitik,” jelasnya berharap. [why]

Tags: