Pembangunan KA Gubeng-Juanda Tanpa Hambatan Lahan

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Rencana pembangunan kereta api elevated (kereta api layang) Stasiun Gubeng – Bandara Internasional Juanda, diprediksi tak mendapat hambatan soal lahan. Sebab mayoritas lahan yang akan dilewati kereta api ini merupakan lahan milik PT KAI dan TNI AL serta sedikit lahan warga Sedati, Sidoarjo.
“Biasanya setiap ada pembangunan infrastruktur jalan selalu mengalami hambatan lahan. Tapi untuk kereta api rute Gubeng-Juanda ini relatif tidak ada permasalahan besar. Karena sebagian besar lahan dari Gubeng – Aloha adalah milik PT KAI. Aloha – Sedati milik TNI AL dan setelah itu milik warga Sedati kemudian sudah masuk kawasan bandara,” kata Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub dan LLAJ) Provinsi Jatim, Dr Ir Wahid Wahyudi MT, dikonfirmasi, Minggu (5/4).
Menurut Wahid, rencana pembangunan kereta api elevated Gubeng-Juanda ini sudah mulai dirintis sejak 2007, berdasarkan studi Perusahaan Kereta Api Prancis SNCF (Société Nationale des Chemins de fer Français). Berdasarkan hasil studi tersebut, kemudian Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Pemprov Jatim melakukan penyusunan dokumen-dokumen perencanaan lainnya.
“Setelah ada studi kelayakan tersebut, lalu kita membuat DED (detail engineering design) hingga amdalnya (analisis dampak lingkungan). Dalam studi tersebut juga menyebutkan semua jalur perketeraapian di wilayah Surabaya metropolitan juga harus elevated termasuk Gubeng-Juanda. Alasannya agar tidak ada perlintasan sebidang,” ungkapnya.
Wahid mengatakan, permasalahan yang kini muncul dalam pembangunan KA Gubeng-Juanda adalah soal pembangunan stasiunnya. Saat studi SNCF pernah direncanakan pembangunan stasiun berada di terminal 1 Bandara Juanda. Namun seiring adanya rencana penambahan triple runway dan perluasan Bandara Juanda menjadi City Airport juga mengubah rencana lokasi pembangunan stasiun.
“Sekarang titik akhir kereta api atau lokasi pembangunan stasiunnya di kawasan Bandara Juanda sedang dibahas lagi. Sebab ada perubahan pengembangan kawasan bandara. Jika dulu dengan konsep badnara sekarang, lokasi stasiunnya di terminal 1. Tapi setelah ada perubahan bandara, pembangunannya menyesuaikan lagi,” katanya.
Meski ada perubahan, lanjut Wahid, Gubernur Jatim Dr H Soekarwo berharap pembangunan KA elevated bisa segera dimulai. Seperti melakukan pembangunan rel Gubeng – Aloha – Sedati  terlebih dulu, baru Sedati – Juanda setelah ada kepastian pembangunan lokasi stasiun. Sebab pembangunan elevated ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Jika ditanya kapan pembangunannya, ya harapan kita secepatnya. Sebab pembangunan kereta elevated Gubeng – Juanda ini masih banyak bergantung pada pemerintah pusat karena membangun sarana transportasi itu membutuhkan dana besar. Mungkin akan menghabiskan anggaran mencapai Rp4,8 triliun. Nanti akan dirumuskan mana yang dibiayai pemerintah pusat, pemprov dan kabupaten/kota,” pungkasnya. [iib]

Tags: