Pembangunan Waduk Gongseng Terancam Macet

Maket pembangunan Waduk Gongseng, sayangnya proses pembangunan terancam terhenti karena terkendala masalah pembebasan lahan.

Maket pembangunan Waduk Gongseng, sayangnya proses pembangunan terancam terhenti karena terkendala masalah pembebasan lahan.

Terkendala Pembebasan Lahan
Pemprov Jatim, Bhirawa
Masalah pembebasan lahan yang belum beres sampai saat ini membuat pembangunan Waduk Gongseng di Bojonegoro terancam terhenti. Karena hingga saat ini proses pembebasan lahan masih belum ada jalan penyelesainnya.
Kepala Dinas PU Pengairan Jatim, Ir Supaad MSi melalui Kepala Bidang Pembangunan, Rudi Novianto, sampai saat ini  pembebasan lahan milik PT Perhutani belum juga bisa diatasi. Sehingga proyek penampungan air bagi masyarakat itupun terbengkalai.
Dijelaskannya, pembebasan lahan belum bisa dilakukan karena  PT Perhutani meminta pengganti sama atas lahan tersebut. Sementara, Pemprov Jatim belum bisa menyiapkan lahan tersebut.
“Jadi proyek ini terhenti karena regulasi. UU mensyaratkan bahwa harus ada pengganti yang sama pemanfaatan atas lahan itu. Baik luas dan posisi lahan maupun juga tegakan. Ini yang sulit. Kami sudah beberapa kali menemui Kementrian PU dan Kementrian Kehutanan atas masalah ini. Tetapi tetap tidak ada hasil,”katanya, Rabu (3/6).
Terakhir, Gubernur Jatim Soekarwo, kata Rudi juga sudah berkirim surat kepada presiden perihal pemanfaatan lahan itu. Namun hasilnya juga nihil. “Pak Gubernur sudah menyiasati dengan mengajukan pinjam pakai atas aset PT Perhutani itu. Tetapi sampai saat ini belum ada jawaban. Mungkin karena belum ada regulasi yang mengatur model seperti ini,”katanya.
Rudi menjelaskan, pihaknya ngotot terhadap penyelesaian waduk tersebut karena sifatnya yang mendesak. Waduk tersebut dibangun untuk mengembalikan fungsi waduk Pacal yang telah berkurang debit airnya.
Saat ini, waduk peninggalan Belanda tersebut debit airnya berkurang banyak. Dari semula 40 juta m3 menjadi 22 Juta m3. Akibatnya, proses irigasi lahan pertanian di wilayah Bojonegoro terganggu.
Petani yang semula bisa menanam padi dua kali dan polowijo sekali dalam setahun, kini hanya mampu menanam sekali saja dalam setahun. Itu karena tidak semua lahan teraliri air.”Itu sebabnya dibangun waduk Gongseng dibangun. Bila waduk ini selesai, maka bisa menampung hingga 20juta m3 air. Kekuatan itu (Gongseng dan Pacal) akan mampu mengaliri 16000 hektare (Ha) lahan sawah petani di wilayah Bojonegoro,”urainya.
Alasan lain adalah karena pembangunan waduk Gongseng sudah berjalan sekitar 6%. Selain akses jalan masuk, Pemprov Jatim juga sudah menyiapkan infrastruktur penunjang.
“Membangun waduk itu bukan perkara mudah. Harus ada kajian matang menyangkut kondisi cekungan, geologis hingga DED-nya. Di luar itu, proyek ini juga harus mendapat sertifikasi dari komisi keamanan bendungan. Nah, waduk Gongseng ini sudah jalan semua. Tinggal membangun infratstruktur utama,”paparnya.
Meski begitu, Rudi mengaku terus melakukan upaya pendekatan kepada pemerintah pusat. Satu di antaranya adalah pendekatan politis yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.
“Mudah-mudahan segera ada jalan keluar. Sehingga waduk bisa selesai,”katanya.
Selain membangun Waduk Gongseng di Bojonegoro, saat ini Pemprov Jatim juga tengah menyiapkan empat waduk lain di tempat berbeda. Di antaranya waduk Tukul di Pacitan, waduk Bendo di Ponorogo, waduk Tugu di Trenggalek, serta waduk Bajul Mati di Banyuwangi. [rac]

Tags: