Pembelajaran Berbasis Prokes yang Menyenangkan

Susanto

Menyambut Tahun Pelajaran 2021/2022

Oleh :
Susanto
Guru SMA Negeri 3 Bojonegoro. Alumnus Pascasarjana UNS Surakarta.

Tahun pelajaran baru 2021/2022 rencananya akan dimulai pada tanggal 12 Juli 2021 dengan pembelajaran terbatas. Artinya, pembelajaran terbatas menyesuaikan kondisi daerah masing masing. Tentunya, pada hari pertama akan diawali dengan Masa Pengenalan Lingkungan sekolah (MPLS) dalam nuansa pandemi Covid-19.Setiap tahun ajaran baru sekolah selalu melakukan MPLS sebagai upaya memberikan pemahaman kepada peserta didik baru untuk mengenal budaya sekolah yang sehat dan menyenangkan. Dengan kata lain, MPLS bisa dijadikan penanaman karakter yang kuat kepada peserta didik meskipun kondisi pandemi.

Lantas apa esensi tahun ajara baru di tengah menuju tatanan baru pasca Covid-19? Tentunya ada beberapa hal yang perlu dikaji sekaligus menjadi renungkan bersama agar pada peserta didik nantinya sebagai generasi yang kuat. Pertama, pendidikan karakter dalam sekolah adalah solusi sebagai gerakan untuk meneguhkan kembali kemartabatan bangsa. Mengapa demikian? Karena pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan: Khususnya guru) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,

Kedua, MPLS dan awal tahun ajaran baru kali ini harus menyenangkan dengan semangat antikekerasan dan kebencian. Momen tahun pelajaran baru yang bersamaan dengan MPLS dapat juga dijadikan titik pijak dalam mengelorakan pendidikan karakter semangat antikerasan agar para siswa baru dapat belajar dengan tenang. Dalam artian, MPLS ini dapat sebagai titik tumpu membangun kesadaran jangan sampai ada aksi kekerasan yang melibatkan warga sekolah baik itu guru, kepala sekolah, karyawan dan juga sesama siswa.

Pada hari pertama untuk mengikuti pembelajaran para siswa harus tetap membutuhkan pendampingan. Tentunya suasana yang ingin dibangun adalah memperdalam keterikatan orang tua dengan anak saat siswa belum masuk sekolah karena pandemi. Hubungan antara orang tua dengan anak harus erat saling bekerja sama bisa memecahkan persoalan siswa yang dihadapi. Baik dalam belajar atau pergaulan di sekolah, maupun di rumah.

Sementara itu, baik yang mengikuti MPLS dan para siswa yang lebih atas tingkatannya peran guru sangatlah vital sebagai penyelaras pendidikan karakter. Bagaimanapun juga pendidikan karakter merupakan pilihan dan solusi cerdas dalam meneguhkan kemartabatan sebuah bangsa. Sekolah sebagai tempat dalam menanamkan perilaku berbudi pekerti luhur benar-benar efektif dan berdampak positif bagi psikologis siswa di tengah pandemi.

Membangun Rasa Aman

Lantas bagaimana menyiasati PTM terbatas di kala pandemi seperti saat ini? Pertama, adanya penguatan kesadaran moral bahwa anak-anak membutuhkan rasa aman dari orang ada disekelilingnya. Langkah ini sebagai upaya preventif bahwa sejatinya anak-anak yang ada perlu mendapatkan proteksi dari orang-orang dewasa atau juga teman sebaya. Lingkungan keluarga dan sekolah adalah tempat kampanye dan sosialisasi yang efektif untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Kedua, dalam teks dan konteks apapun baik pandemi atau tidak anak-anak harus terlibat dalam budaya sehat dari berbagai bentuk. Anak-anak harus tetap menjadi pribadi yang utuh bukan selalu dalam bayang-bayang ganasnya Covid-19 dari teman-teman sebayanya atau juga orang yang ada dilingkunagannya.. Peran guru-guru di sekolah atau lembaga pendidikan sangat dominan. Guru harus menampilkan sosok yang bisa memberi rasa aman dan juga memotivasi bagi keberlangsungan kesehatan di sekolah sehingga siswa dapat belajar dengan baik begitu juga orang tua saat dirumah.

Ketiga, pembelajaran tatap muka yang terbatas masa pandemi tentunya tugas guru harus ekstra keras. Guru selalu mengedepankan inovasi pembelajaran khususnya dalam metode dan cara mengajarnya dalam berbagai situasi termasuk era dan pasca Covid-19 menuju kehidupan normal. Dalam konteks yang lebih luas, guru harus luwes dan adaptif dengan kekinian. Guru harus selalu untuk mengubah dirinya dan gaya mengajarnya. Meraka harus bisa merespon perkembangan dan mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif berbasis tehnologi. Pembelajar dalam hal ini siswa dapat mempeoleh sesuatu dengan cermat dan tidak membosankan.

Keempat, belajar dari Covid-19, komunikasi guru dan siswa saat pandemi harus berkelanjutan saat kehidupan tatanan normal nantinya. Pola komunikasi dan pembelajaran yang terbiasa dalam pemecahan masalah secara mandiri dan tidak menjadi beban psikologis. Efektivitas media, metode, dan strategi pembelajaran yang tepat secara tidak langsung dapat dirasakan dampaknya bagi siswa. Pencarian problematika dan solusnya yang ada pada mata pelajaran yang diajarkan meski interaksinya terbatas harus selalu menjadi dasar penguatan karakter siswa.

Nah, semangat untuk melakukan PTM terbatas sesuai protokol kesehatan saat tatanan baru menjelang dibukanya sekaligus tahun ajaran baru sekolah 2021/2022 disemua jenjang adalah hal mendesak. Perlu langkah cermat dari pemerintah dan juga warga sekolah agar tumbuh kesadaran rasa nyaman dan aman tanpa bayang bayang Covid-19. Jangan sampai ada tudingan bahwa sekolah menjadi tempat penyebaran Covid-19. Tentunya, emutus mata rantai Covid-19 harus menjadi tanggung jawab semua warga sekolah, dan masyarakat (orang tua). Dengan demikian, 5 M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjaga kerumunan, membatasi mobilitas} harus menjadi karakter dasar agar pemutusan mata rantai covid-19 bisa maksimal.

———– *** ———–

Tags: