Pembelajaran PMP Harus Sesuai dengan Era Milenials

Dr Saiful Rachman

Dindik Jatim, Bhirawa
Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mengembalikan mata pelajaran (mapel) Pendidikan Moral Pancasila (PMP) untuk satuan pendidikan menuai tanggapan berbagai pihak. Ini karena, telah diterapkannya mata pelajaran PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang juga memfokuskan pada pendidikan Pancasila.
Menurut Wakil Kepala SMAN 16 bidang Humas, Abdul RAzzaq Thahir jika nantinya mata pelajaran PMP diterapkan dalam pembelajaran justru menimbulkan pertanyaan baru. Pasalnya, mata pelajaran PPKN sudah mewakili muatan dalam pendidikan Pancasila.
“Kalau seandainya nanti ada PPKN dan PMP, dua mapel ini kan hampir sama. Jika keduanya tetap digunakan saya khawatir muatan pelajaran siswa akan banyak. Beban mereka bertambah jadi anak kan tidak fokus, ” ungkap dia. Jika benar akan diterapkan, lanjut dia, PMP tidak hanya sekedar menjadi kemasan program kerja pemerintah saja. namun juga tolak ukur pemerintah dan guru dalam menerapkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya kira pemerintah cukup bijaksana dalam menerapkan kebijakan itu. Tapi balik lagi, apakah keduanya tetap digunakan atau salah satunya dihapuskan kami belum mendengar informasi tersebut,” lanjut dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rachman menjelaskan baik PMP maupun PPKN keduanya memiliki roh yang sama. Jika penekananya PMP pada pendidikan moral, PPKN penekannya pada Pancasila untuk nilai-nilai orientasi wawasan kebangsaan.
“Tidak semacam doktrin. Tapi anak-anak kita mengenal Pancasila lebih dalam lagi. Baik dari kehidupan, masyarakat dan era milenials. Pancasila menjadi suatu rem dari pengaruh buruk globalisasi,” ujar dia.
Disinggung terkait Perbedaan pendidikan karakter dan pendidikan moral, Saiful menjelaskan jika kedua memiliki pemahaman yang berbeda. Orientasi pendidikan moral tidak terletak pada nilai-nilai budaya dan pembiasaan positif. Karena latar budaya dan suku yang ada di Indonesia berbeda-beda. Sedangkan pendidikan karakter, sangat berkaitan dengan nilai-nilai budaya. “Pemahaman orang tua ini harus mengarah ke sana. Tapi jika kita berbicara soal PPKN dan PMP, sebenarnya PPKN ini sudah mewakili PMP. Tapi PMP menekankan pada sisi moral,” kata dia.
Hal yang sama juga diutarakan Ketua Dewan Pendidikan Jatim, Prof Akh Muzakki. Dalam kebijakan tersebut, pihaknya memberikan beberapa catatan untuk diterapkannya kembali pembelajaran PMP. Salah satunya dalam cara penyampaian yang harus mengena dalam diri generasi milenials.
“Secara substansi PMP jaman orde baru dan yang akan diterapkan jelas berbeda. Tapi konsumsi dasar pokoknya sama. Hanya saja, materi itu harus dikemas dalam model pembelajaran yang bisa mengena untuk generasi milenials,” jelas dia.
Menurut dia, Doktrin kenegaraan harus disampaikan secara relevan di era milenials ini. sebab jika menyangkut jiwa patriotik kebangsaan pihaknya menegaskan jika hal tersebut berkaitan dengan indeks tantangan dari fenomena globalisasi. Sehingga, hal tersebut berdampak pada cara pandang sesoarang dalam melihat sesuatu. [ina]

Tags: