Pembersihan Kotoran Alam Melalui Upacara Melasti

Ribuan Umat Hindu berkumpul di lapangan SMP Brawijaya Kepung Timur dengan berjalan arak-arakan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan. Ribuan umat ini akan melakukan upacara Melasti yang artinya membuang kotoran alam dengan sumber kehidupan.[van/bhirawa]

Ribuan Umat Hindu berkumpul di lapangan SMP Brawijaya Kepung Timur dengan berjalan arak-arakan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan. Ribuan umat ini akan melakukan upacara Melasti yang artinya membuang kotoran alam dengan sumber kehidupan.[van/bhirawa]

Kediri, Bhirawa
Ribuan Umat Hindu berkumpul di lapangan SMP Brawijaya Kepung Timur dengan berjalan arak-arakan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan. Ribuan umat ini akan melakukan upacara Melasti yang artinya membuang kotoran alam dengan sumber kehidupan.
Ketua Loka Palasraya Ida Pandita Wesnawa Atmaja Nirmala yang biasa dipanggil Singgih Pandita mengatakan, dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti laut, danau, waduk dan sumber-sumber air lainnya bagi wilayah yang tidak memiliki laut atau danau dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan.
“Itu yang dapat digunakan untuk pembersihan buana agung dan buana alit yaitu segala kotoron alam semesta dan diri,” ungkapnya usai memimpin pelaksanaan upacara Melasti di Waduk Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Minggu sore.
Menurutnya sumber-sumber air tersebut memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, termasuk umat manusia. “Karena itulah, upacara melasti selalu diadakan di tempat-tempat khusus seperti tepi pantai, danau atau tepi waduk dan sumber – sumber air lainnya bagi wilayah yang tidak memiliki laut atau danau,” jelas Singgih Pandita.
Sementara pelaksanaan ppacara melasti bagi umat Hindu pada Tahun Baru Caka 1937 dikuti Umat Hindu dari berbagai Kecamatan berdatangan secara berkelompok ke waduk. Setiap kelompok atau rombongan berasal dari satu kesatuan wilayah yang sama, semisal dari banjar atau desa yang sama.
Kadek Astrawan Ketua Parisade Kabupaten Kediri mengatakan sekitar 15.000 peserta membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan, yaitu arca, pratima, dan pralingga dari pura yang ada di wilayah masing-masing untuk disucikan menuju Waduk Siman yang berjarak sekitar 1,5 Km. “Setiap anggota masyarakat juga menyiapkan sesajian sesuai kemampuan masing-masing. Sajian ini merupakan bagian dari pelengkap upacara melasti,” jelas Kadek Astrawan.
Menurutnya sebelum pelaksanaan ritual, panitia dari tiap rombongan (banjar atau desa) akan menyediakan sebuah meja atau panggung yang diposisikan membelakangi Waduk Siman. Meja ini merupakan tempat untuk meletakkan berbagai perangkat suci peribadahan dari pura beserta beraneka jenis sesajian.
“Seluruh anggota rombongan kemudian duduk bersila menghadap ke arah jajaran perangkat ibadah dan sesajian tersebut, sekaligus menghadap ke sumber air suci. Singgih Pandita kemudian akan memimpin berjalannya prosesi upacara,” jelasnya.
Seanljutnya para pemangku lalu akan membagikan air suci dan bija (beras yang telah dibasahi air suci). Air suci tersebut untuk dipercikkan ke setiap umat hindu yang datang sementara bija akan dibubuhkan ke dahi. Selepas prosesi tersebut, perangkat-perangkat peribadahan diarak kembali ke pura untuk menjalani beberapa tahapan ritual yang lain.
Untuk menjaga ketertiban dan keamanan pelaksanaan upacara melasti, barisan Pecalang Dharmasana Kabupaten Kediri (Polisi Adat Agama Hindu) mengatur tempat, jalan dan ketertiban pelaksanaan bagi setiap daerah (banjar). Hal ini dilakukan agar masing-masing daerah dapat melaksanakan ritual dengan khidmat dan optimal.
Di sisi lain, terjaganya ketertiban dan kekhidmatan pelaksanaan ritual tahunan ini akan menjadi momen yang tak terlupakan bagi para pengunjung dan wisatawan yang berkesempatan untuk menyaksikan Upacara Melasti Umat Hindu di Waduk Siman Kabupaten Kediri. [van]

Tags: