Pembuangan TPA Regional Terpadu Terus Disiapkan Pemkab Probolinggo

Tim rencana pembangunan TPA Regional tinnjau lahan 30 H.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

(Tunggu Tim Apraisal Pusat untuk Bebaskan Lahan 30 H)
Probolinggo, Bhirawa
Rencana pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) regional terpadu di Desa Purut, Kecamatan Lumbang, terus disiapkan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo menargetkan tahun ini proses pembebasan lahan 30 hektare tersebut tuntas. Kini, tinggal menunggu tim appraisal dari Pusat yang akan menilai harga lahan di areal seluas 30 hektare tersebut.Hal itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Probolinggo Hasyim Asy’ari, Senin 20/1/2020.
Menurut Hasyim pihaknya terus mempersiapkan rencana pembangunan TPA regional terpadu tersebut. Sesuai perencanaan, pembangunan TPA regional terpadu itu ditargetkan dilaksanakan tahun 2021. “Pembangunan TPA regional terpadu itu direncanakan tahun 2021. Tahun ini kami targetkan proses pembebasan lahannya tuntas. Sehingga, tahun berikutnya fokus rencana pembangunannya,” katanya.
Hasyim menjelaskan, pembebasan lahan tetap langsung dari pusat. Karena pembangunan TPA regional terpadu itu diajukan melalui APBN. Termasuk pembebasan lahannya, diajukan ke pemerintah pusat. Pihaknya dari Kabupaten Probolinggo hanya menyiapkan lahan yang akan dibebaskan dan dibangun TPA regional terpadu.
“Perkembangan sekarang, kami tunggu tim appraisal dari pusat untuk menilai yang akan dibebaskan itu. Baru setelah itu tahap sosialisasi ke masyarakat, khususnya pemilik lahan dan proses pembebasan,” paparnya.
Dengan lahan luas 30 hektare, lanjut Hasyim, diajukan anggaran yang dibutuhkan pembebasan lahan sekitar Rp 50 miliar. Namun, realisasi nilai pembebasan masih menunggu tim appraisal. “Kami ajukan Rp 50 miliar untuk pembebasan lahannya. Karena ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pembebasan,” ujarnya.
Diketahui sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo mengajukan ke pemerintah pusat anggaran sekitar Rp 200 milyar untuk pembangunan TPA Regional tersebut. Dalam pengajuan itu, TPA regional bakal dibangun di atas lahan 30 hektare di Desa Purut, Kecamatan Lumbang.
Dengan begitu kabupaten Probolinggo bakal memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Terpadu. Sesuai petunjuk dari Pemprov Jatim, menurutnya, TPA regional itu akan ditempatkan di Kabupaten Probolinggo. Kami sudah temukan lahan sekitar 30 hektare di Desa Purut, Kecamatan Lumbang, yang siap dibangun TPA Regional. Lahan itu statusnya milik warga, tapi strategis dan pas untuk TPA Regional. Tinggal proses pembebasannya, katanya.
Hasyim menjelaskan, Kabupaten Probolinggo hanya kebagian lokasinya saja. Nantinya, pengelolaan TPA Regional itu akan ditangani oleh Pemprov Jatim melalui kantor UPT. Sebab, TPA regional itu akan dimanfaatkan tidak hanya Kabupaten Probolinggo. Namun, juga dimanfaatkan beberapa daerah. Yaitu, Kabupaten/Kota Probolinggo, Kota/Kabupaten Pasuruan, dan Lumajang.
Kecuali, ke depan Pemprov menghibahkan TPA regional itu ke Kabupaten Probolinggo. Tentu, pengelolaannya akan diambil alih Pemkab Probolinggo,” terangnya.
Pembangunan TPA Regional Terpadu itu diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp 200 miliar. Termasuk pengajuan anggaran untuk pembangunan TPA regional itu sudah kami titipkan ke Komisi VII DPR RI. Bahkan, Ibu Gubernur Jatim telah menyampaikan ke Menteri Keuangan, terkait pembangunan TPA Regional tersebut, tandasnya.
Belakangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Probolinggo kerap mendapatkan keluhan tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara (TPS). Alasannya, armada truk sampah yang dimiliki hanya 8 unit. Idealnya, Kabupaten Probolinggo memiliki 16 unit dump truck sampah.
Karenanya, melalui APBD 2020, Pemkab Probolinggo mengalokasikan anggaran sekitar Rp 2 miliar untuk pengadaan dump truck sampah. Tidak tanggung-tanggung, tahun ini direncanakan membeli 4 unit truk. Sisa kekurangannya 4 unit lagi direncankaan pada tahun berikutnya.
Lebih lanjut Ahmad Hasyim Ashari mengatakan, salah satu bentuk keseriusan dalam penanganan sampah tahun ini, pihaknya mengalokasikan anggaran untuk pembelian 4 unit dump truck sampah. Karena keterbatasan anggaran dan mahalnya harga dump truck sampah itu, kami rencanakan tahun ini menambah 4 armada. Satu unitnya diperkirakan seharga Rp 500 juta, katanya.
Hasyim mengaku sudah melakukan kajian soal pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Seboro, Kecamatan Krejengan. Bukan karena petugas angkut sampah malas-malasan, namun karena keterbatasan waktu dan truk sampah. Bahkan, ada sejumlah sampah di TPS yang tidak bisa diangkut setiap hari. Karenanya, dibutuhkan tambahan armada dan petugas angkut sampah.
Ternyata, kondisi di lapangan memang tidak memungkinkan 8 unit truk sampah mengangkut semua sampah di TPS yang tersebar di Kabupaten Probolinggo ini, jelasnya. Ia mengaku, tidak ingin sampah terlalu lama menumpuk di TPS. Karenanya, perlu adanya tambahan truk sampah.
Dengan begitu, diharapkan sampah di TPS hanya ada mulai sore sampai pagi. Karena ketika pagi sampai siang sudah diangkut oleh petugas. Sampah yang menumpuk terlalu lama akan semakin menyengat baunya. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang. Petugas angkut sampah semakin berat karena tonase sampah yang diangkut dua kali lipat dibanding musim kemarau, tambahnya.(Wap)

Tags: