Pembuat Wayang Berbahan Karton Ingin Lestarikan Budaya Jawa

Melestarikan budaya pewayangan, menjadi obor semangat Joni Tukirin (82) memilih jalan hidup sebagai perajin wayang kertas karton.Sehingga keahliannya membuat wayang berbahan kertas karton muncul dari banyak pengalaman mereka melihat pentas wayang. [achmad basir/bhirawa]

Kab Bojonegoro, Bhirawa
Deretan wayang dengan berbagai macam karakter tokoh terpajang rapi di dinding dalam warung kopi kecil di Jl Hayam Wuruk, Kec Kota Bojonegoro. Pria paruh baya itu memang dikenal sebagai perajin wayang karton. Joni Tukirin juga menggelar lapak wayang berbagai ukuran dari bahan yang sama.
”Kalau dari karton memang mudah rusak, tetapi semua kalangan bisa memainkan, anak-anak bisa, dewasa juga bisa, buat hiasan dinding juga tidak kalah bagus. Juga harga mulai Rp3 ribu-an hingga Rp30 ribuan” ujarnya, kemarin.
Sementara di luar, Joni Tukirin, tengah sibuk menggambar sketsa pada kertas karton dobel hasil pengeleman. Wayang karton karya Joni patut diacungi jempol karena memiliki nilai seni yang tak kalah dari wayang kulit.
Perjalanan mereka saat mengenal wayang hingga keinginan membuat kerajinan tokoh-tokohnya berbahan kertas karton dibilang mirip. Bagi Joni, asal kelahirannya di Klaten, Jawa Tengah kental dengan nuansa Jawa Keraton. Sehingga pementasan wayang kerap diadakan setiap acara besar.
”Sejak SD, Saya sering diajak almarhum ayah melihat wayang secara langsung. Makanya, hafal nama-nama wayang dari dalang kondang di sana,” jelas Joni.
Kebiasaan mereka melihat pentas membuat 150 nama tokoh wayang di luar kepala mulai dari Janaka, Dursasana, Gathot Kaca dan Bathara Guru. Tujuan luhur selain komersial, mengenalkan wayang sekaligus upaya uri-uri budaya Jawa.
”Waktu itu sampai teringat-ingat terus. Dari itulah, Saya mulai gambar wayang hingga seiring waktu lihai membuat wayang berbahan karton secara otodidak,” imbuhnya.
Joni menjelaskan, proses pembuatan wayang kertas karton mereka. Hasil karya mereka juga memiliki ciri khas. Jika wayang buatan Joni terlihat proporsional dari seluruh sisi, baik warna maupun bentuknya. Waktu yang diperlukan untuk membuat satu wayang lebih lama daripada 10 wayang sekaligus. Pasalnya, penyelesaian satu wayang paling singkat memerluka dua hari. Sedangkan untuk membuat sepuluh wayang sekaligus hanya perlu seminggu.
“Kuncinya ada di kesempatan membuatnya. Bila hanya satu wayang biasanya sering lupa. Berbeda dengan 10 wayang yang akan dikerjakan serius,” kelakar Joni.
Selama ini, tak hanya uang yang dihasilkan dari bisnis kerajinan wayangnya. Kerap kali kunjungan dari beberapa sekolah seluruh jenjang yang ingin mengetahui langsung bentuk wayang. Joni merasa sangat senang ketika pelajar dibimbing oleh gurunya belajar tentang wayang.
”Setiap Sabtu dan Minggu dengan sharing cerita wayang hingga mewarnai bersama dari sketsa yang telah disiapkan,” beber Dia.
Antusiasme pelajar terhadap budaya Jawa ini terbukti dengan sejumlah pesanan dari beberapa sekolah di Bojonegoro, bahkan diantaranya tergolong favorit. Biar murah asal bermanfaat bagi banyak orang,” pungkas Joni. [bas]

Tags: